"Pacarmu itu bener-bener kebelet nikah!" Iyo mulai mendumel. Baru kemarin siang bicara dengan Kalandra, malamnya Nora memberitahu jika besok siang Kalandra akan datang bersama Ayah dan ibu tirinya. "Harusnya kan nunggu seminggu. Atau gak nunggu sampai renovasi rumah selesai?!"
Nora meringis. "Mas Kala takut, nanti kalau gak disegerakan, Papi berubah pikiran."
"Udah, udah. Papi nih dari semalem ngomel mulu. Nanti hipertensinya kambuh lagi lho." Teguran Mami membuat Papi akhirnya duduk. Mami ikut duduk di sebelah Papi. Kemudian Mami beralih menatap Nora. "Kamu gimana, Dek? Udah siap untuk nikah?"
Nora mengangguk pelan disertai senyuman.
Kirana ikut tersenyum. Kecuali Iyo yang masih menggerutu pelan.
Siangnya, Kalandra, Ayah serta Tante Feby tiba, mereka disambut dengan ramah. Iyo yang beberapa saat lalu mendumel tiada henti kini menyunggingkan senyuman. Tentu hanya pada Darius dan Feby. Sementara pada Kalandra, ia hanya menatap tajam pria itu.
"Mas Kala," sapa Nora usai menyalami Om Darius dan Tante Feby.
Kali ini Kalandra menyunggingkan senyum. Meski tipis membuat mata Iyo memicing kesal.
Sebelum Iyo bicara, segera Kirana mengambil alih. Menyilahkan para tamunya masuk. Langsung menyantap makan siang, diiringi dengan obrolan hangat antara para orang tua. Beda lagi dengan Nora dan Kalandra yang hanya sesekali angkat suara.
Entah kenapa Nora merasa gugup. Padahal pertemuan ini hanya sekedar pertemuan kedua orang tua untuk membicarakan acara lamaran dan tentunya rencana pernikahan mereka.
Usai menyantap makan siang, mereka beralih ke ruang tamu. Pembicaraan mereka mulai masuk ke intinya.
Iyo menginginkan untuk acara lamaran setelah renovasi rumahnya selesai. Itu berarti masih ada empat minggu lagi.
Tentu ekspresi Kalandra langsung kecut, sementara Iyo tertawa senang.
"Dan untuk pernikahan, kalian maunya gimana?" tanya Mami, kini menyerahkan semuanya pada Kalandra dan Nora. Keduanya saling bertatapan sejenak. Kalandra mengangguk, menyilahkan Nora bicara.
"Aku dan Mas Kala sepakat untuk pernikahannya gak usah terlalu meriah. Cukup undang kerabat dekat aja. Aku maunya nikahnya di rumah aja."
"Lho Nak, jangan kayak gitu lah." Iyo langsung protes. "Nikahnya harus meriah. Kayak kakak-kakakmu. Kalau kamu maunya ijab kabul di rumah, iya gak pa-pa. Tapi kita harus adain resepsi juga yang meriah."
Tentu Iyo tak membedakan anak-anaknya, apalagi soal pernikahan. Orion, putra sulungnya, pernikahannya sangat-sangat meriah, dengan konsep super mewah. Begitupun Aurora. Meski awalnya Aurora dan Ardan menikah tanpa acara resepsi, tapi setelah Alula lahir. Iyo membuat acara resepsi pernikahan untuk putrinya tersebut.
"Gak usah Pi. Aku gak pa-pa kok," tolak Nora.
Iyo langsung menatap tajam Kalandra. "Ini pasti maunya kamu, kan?!"
"Papi, ini maunya aku," ujar Nora. "Dan Mas Kala juga setuju kok," sambung Nora, tak lupa melempar senyum pada Kalandra.
Iyo pun akhirnya setuju.
Dan mereka pun menentukan waktu lamaran dan rencana pernikahan.
"Sebelum kalian nikah, kalian gak boleh ketemu!" ujar Papi setelah Om Darius dan Tante Feby pulang lebih dulu. Kalandra yang masih ingin tinggal langsung di usir.
"Papi ..." Nora menyahut. Setengah merengek.
"Inget! Kalian itu sekarang dipingit!" Iyo tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Loves Me
ChickLit|Sequel I Hate Men| I Hate Men.... But when he loves me, I feel peace and happiness... -Annora Shabira Satrio ▪︎Oct, Copyright ©2022 NanasManis