12 | EMPAT MATA I

5.3K 715 71
                                    

"Ngapain kamu ke sini?!"

Seperti biasa Om Iyo selalu menatapnya galak dan tak menerima kehadirannya setiap kali ia menampakkan diri.

"Kalau mau ngajak saya main catur, hari ini saya gak bisa. Lagi gak mood main catur!" lanjut pria berusia senja tersebut.

"Saya ke sini bukan mau ngajakin Om main catur."

"Terus?!" Om Iyo bersidekap menatapnya tajam. Bahkan pria itu tidak duduk, membuatnya yang tadi duduk menjadi berdiri.

"Saya mau ngomong sesuatu ke Om."

"Oh soal desain kolam renang itu, ya? Kan saya sudah setujui apa yang sudah kamu ganti."

"Bukan Om."

Om Iyo kini diam. Lalu mengendikkan dagu ke arah pintu berwarna coklat. "Masuk sana." Kalandra pun melangkah ke arah sana, Om Iyo mengekor. Tapi, sebelum masuk ke ruangan tersebut, Kalandra membiarkan Om Iyo masuk lebih dulu.

Ruangan tersebut merupakan ruangan yang biasanya Orion tempati jika menerima tamu yang berurusan dengan pekerjaan. Model ruangannya seperti ruangan atasan di sebuah kantor. Ada meja kerja dan juga dua buah sofa panjang saling berhadapan dengan meja di antaranya.

Alih-alih duduk di sofa, Om Iyo duduk di kursi yang biasa Orion duduki jika menerima tamu. Duduk di balik meja kerja putranya tersebut. Jadi, Kalandra duduk di hadapannya. Mereka dibatasi oleh meja berwarna cokelat tersebut.

Om Iyo hanya diam, menatapnya tanpa ekspresi. Kalandra pun memulai apa yang ingin ia katakan. "Saya mau melamar Nora untuk jadi istri saya!" ujar Kalandra serius.

"Gak pake basa basi dulu, ya?!" balas Om Iyo sinis.

"Tadi kan udah, Om." Iyo mendengus mendengar Kalandra.

"Percaya diri sekali kamu mau ngelamar anak saya setelah saya tolak dan selama hampir sebulan ini saya gak pernah bersikap baik ke kamu. Apa yang membuat kamu yakin kalau saya akan merestui hubungan kalian?!"

"Harus percaya diri Om. Yang membuat saya yakin kalau Om merestui hubungan saya dengan Nora karena sekarang Om berada di hadapan saya." Kalandra tersenyum kecil. "Kalau saja Om gak merestui, sudah pasti Om gak bakalan ngajak saya bicara di ruangan ini."

Mata Iyo memicing di balik kacamatanya. Tetap mempertahankan raut tanpa ekspresinya.

"Kenapa saya harus merestui kamu dengan anak saya?!" Iyo bersandar, memasang ekspresi mengintimidasi. Sedikit mengangkat dagunya.

"Saya memang pernah gagal memenuhi amanat Om untuk menjaga Nora. Tapi, saya berjanji untuk kali ini Om berikan kesempatan bagi saya untuk menjaga Nora. Membahagiakan Nora dan membuat Nora tersenyum. Sebagai seorang laki-laki, apalagi yang akan menjadi suami, saya sudah mapan. Punya pekerjaan, bahkan saya seorang bos. Saya juga punya rumah dan dua mobil. Itu soal materi." Kalandra diam sejenak menunggu respon Om Iyo. Tapi, Om Iyo hanya diam mendengarkan.

Tiba-tiba saja Kalandra merasa gugup. Kepercayaan diri yang tadi mengusainya entah hilang kemana. Dadanya berdentum tidak karuan. Rasa takut dan cemas ia rasakan saat ini. Sehingga ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat untuk mengurangi perasaan tersebut.

"Dan soal mental, saya juga sudah sangat siap. Umur saya sebentar lagi tiga puluh delapan tahun. Saya yakin bisa menjadi seorang suami dan seorang ayah yang baik ...."

"Kenapa kamu mau sama anak saya?!" Iyo memotong ucapannya.

Kalandra merasakan keringat mengalir di punggungnya. Padahal pendingin ruangan tersebut menyala.

"Saya mencintai anak Om. Saya menyayanginya. Saya mau membahagiakan Nora!" ujar Kalandra mantap.

"Kamu tau kondisi Nora?"

When He Loves MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang