Mata Iyo memicing menatap Kalandra yang memperhatikan Nora. Jika biasanya pria itu terlihat tanpa ekspresi, kini ekspresinya begitu teduh dengan tatapan lembut tertuju pada putrinya yang sedang mengamati taman yang belum sepenuhnya jadi tersebut.
Memang, Iyo, Kirana dan Nora pergi untuk memantau renovasi rumah yang telah rampung 80%. Sebentar lagi renovasi rumah tersebut selesai.
Tadinya Iyo berada di dalam bersama Kirana, tapi karena tak melihat kehadiran Nora, ia pun keluar dan menemukan Nora melihat tamannya, serta Kalandra.
"Matanya mau saya colok?! Ngapain lihatin anak saya?!"
Kalandra langsung berekspresi datar. Iyo mendengus pelan saat pria itu menoleh menatapnya.
"Anak Om cantik, jadinya saya lihatin," ujar Kalandra datar membuat Iyo berdecak kesal.
"Iyalah cantik. Papinya ganteng." Iyo tersenyum pongah, kemudian tertawa pelan karena mengingat masa lalunya. Banyak wanita yang menggandrungi dirinya. Kemudian berhenti tertawa, menatap sengit Kalandra. "Kalau kamu biasa aja. Pasti gak banyak kan cewek yang suka kamu?!"
Kalandra mengerjap pelan. "Memang gak banyak Om." Iyo kembali tertawa. Bahkan terbahak-bahak. "Tapi, anak Om suka sama saya."
Tawa Iyo berhenti seketika. "Dasar anak kurang ajar!!"
Kalandra diam, tak bergeming. Sudah menjadi makanan hari-harinya mendapatkan sikap galak dari Om Iyo.
Karena mendengar suara Papi, membuat Nora berhenti mengamati tamannya tersebut. Lalu melangkah mendekati dua pria yang disayangi dan dicintai itu.
Nora mengulum senyum karena mengingat jika Papi merestui hubungannya dengan Kalandra. Tapi Papi melarangnya memberitahu Kalandra. Jadi Nora pun tak memberitahu Kalandra.
Melihat dua pria tersebut adu mulut membuat Nora tersenyum geli. Ada-ada saja Papi dan Kalandra.
"Jangan deket-deket sama anak saya!"
"Ini jauh kok Om."
Iyo mendengus, ia beralih menatap Nora. "Ayo kita pulang." Nora pun mengangguk.
Papi berjalan lebih dulu. Kalandra dan Nora di belakang, tapi jarak mereka cukup jauh.
Namun, seiring langkah mereka. Kalandra mendekat hingga tangan mereka yang berayun saling bersentuhan membuat Nora mendongak. Menatap Kalandra yang tetap menatap lurus ke depan tanpa ekspresi, tapi tangan kanan pria itu meraih tangan kirinya dan menggenggamnya. Nora tersenyum.
"Hei! Hei! Itu tangan kamu jangan kurang ajar ya!" Nora tersentak saat mendengar suara Papi yang kesal. Langkahnya berhenti dan juga Kalandra. Papi menghampiri mereka kemudian melepaskan tautan tangan mereka.
Nora melongo di tempatnya.
Bukannya menggandeng tangannya, Papi malah menggandeng tangan Kalandra, menyeret pria itu jauh darinya.
•••
"Agas cucunya Kakek yang paling gembul!" seru Iyo seraya merentangkan kedua tangannya. Agas berlari ke arahnya dengan tawa riang kemudian memeluknya. Ia pun mencium pipi Agas dengan gemas membuat bocah berusia empat tahun itu tertawa.
"Kakek, Kakek," panggil Agas.
"Apa Nak?' Iyo kini mendudukkan Agas di sebelahnya.
"Agas mau beli sepeda baru."
"Lho? Kan baru dua minggu yang lalu Kakek beliin Agas skuter."
"Beda Kakek! Agas mau beli sepeda!"
"Minta sama Ayahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Loves Me
ChickLit|Sequel I Hate Men| I Hate Men.... But when he loves me, I feel peace and happiness... -Annora Shabira Satrio ▪︎Oct, Copyright ©2022 NanasManis