"Tan ... tolongin aku dong," pinta Keisha, istri Tristan yang sedang hamil delapan bulan. Rumah tangga mereka segera dilengkapi dengan hadirnya buah hati. Rentang usia lebih tua Keisha enam tahun, tak menjadi masalah. Awalnya sih iya, tapi nyatanya mereka tak bisa menghalau rasa cinta keduanya.
"Sini, sayang," jawab Tristan sambil tersenyum manis.
"Udah, deh, jangan senyum kayak gitu, kamu mau bikin aku diabetes," keluh Keisha sambil menunduk malu. Tristan tertawa, kedua matanya menyipit dengan lesung pipi yang semakin membuat Tristan manis.
"Kamu juga bisa bikin aku diabet, lagi hamil gini makin manis ... imut ... lucu ... dan pipi tembemnya minta aku gik--"
"Tristan! Main yuk!" Suara pengganggu itu terdengar. Tristan berdecak kesal, ia melepaskan kedua tangan dari wajah Keisha, berkacak pinggang lalu menatap jengah ke Akasia dan Eron yang sudah memarkirkan motornya di depan rumah Tristan.
"Ngapin, sih, lo pada!" tegur Tristan.
"Ngajak lo main gundu," jawab Eron yang kini berjalan mendekat ke teras rumah.
"Kak Keisha telepon gue, minta tolong bantu masang lemari baju bayi kalian." Akasia menyusul berjalan setelah memarkirkan motornya di garasi.
"Lho ... kamu kok nggak bilang aku?" Tritan menyipitkan mata menatap istrinya.
"Lupa. Akas, Eron, lemarinya itu, masih di dus. Rakit di garasi aja ya, aku ke dalam mau bikin minuman." Keisha masuk ke dalam rumah, tapi sebelumnya Tristan menghujani perut buncit istrinya dengan ciuman.
"Nasib jomblo! Elah ... nonton ginian. Asam lambung gue kumat dah!" teriak Eron.
"Makanya, buru-buru kerjar Miss Sonya," celetuk Akasia.
"Lo pikir semudah membalik roti bakar di teflon? Sonya susah gue taklukan. Udah segala cara dan upaya gue lakukan dan masih nihil." Eron mengusak kasar kepalanya. Membuat rambut potongan poni lempar ala Jeno NCT Dream acak-acakkan.
"Usaha lo kurang greget. Resep gue udah dipraktekin?" Kini Tristan yang bersuara.
"Udah. Kena tampol di parkiran mobil. Mana anak maba pada cengengesan lihat gue dipermalukan begitu." Eron manyun-manyun. Tristan dan Akasia melempar pandangan, lalu seperti daya magnet yang kuat, mereka tau harus melakukan apa.
"Gue telepon Pak Duta, dulu, ya. Lupa kasih tau kalau laporan kedai lusa baru gue kirim." Akasia berdiri, lalu mengangguk pelan ke arah Tristan.
Setelah cukup menjauh dari garasi rumah Tristan, Akasia menghubungi Sabria, adik Keisha sekaligus calon ibu dari anak-anak Akasia.
"Yang, lagi apa?" Akasia menahan tawa. Pasalnya Sabria geli jika Akas memanggilnya begitu.
"Apa sih, Kas, geli dengernya!" Tuh, kan, langsung protes. Akasia tergelak.
"Oke, sorry, bebeb. Bri, tolong hubungi Sonya, dong."
"Mau ngapain!"
"Emergency. Masa kamu nggak tau. Jangan gitu dong, bebeb ...."
"Akasss ... geli oy! Manggil kayak gitu sekali lagi nggak dapet jatah bulanan, ya!" ancam Sabria.
"Eh ... jangan, dong, kering lah, aku ..., iya deh iya, tolong ya, Bri, hubungi Sonya."
"Iya. Kas, aku ke sana siangan, ya, Bunda minta aku antar pesanan lukisan ke rumah temannya."
"Iya. Mami Silvi jadi ajak kamu belanja souvenir lamaran nggak?"
"Nggak. Katanya nanti tau-tau udah jadi. Mami kenapa heboh banget tau kamu mau lamar aku, semua jadi dia yang siapin."
"Biar aja. Kasihan Nenek-nenek kalau nggak diiyain nanti ngambek." Kemudian Akasia tertawa geli. Sabria kesal dan mengancam mengadukan omongan Akasia ke Mami Silvi. Akasia tak berkutik, ia meminta Sabria tidak merealisasikan ancamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksi Papa Muda ✔
RomanceSahabat sejati, katanya ... nyatanya mereka lebih dari sekedar sahabat. Semua hal hampir mereka ketahui, bahkan para istri juga tau. Kecuali urusan ranjang, mereka saling merahasiakan, selain itu ... SEMUA MEREKA TAU. Kenalkan, mereka : Akasia Tri...