Lima

723 84 6
                                    

Suara tangis bayi membuat Tristan segera membuka kedua matanya. Putra pertamanya sudah lahir, betapa ia merasa bahagia bahkan air matanya terus mengalir saat Keisha mengejan untuk melahirkan jagoan mereka ke dunia penuh fantasi ini.

"Aku ambilin pampersnya, ya, Keis," ucap Tristan sambil menuju ke tas perlatan bayi. Mereka masih di rumah sakit, esok baru pulang. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, Tristan baru tidur dua jam.

"Iya, tolong sama tisu basahnya. Abe pupup," ucap Keisha yang begitu cantik, bahkan tidak lelah. "Abe pinter banget, baru lahir dua hari udah pupup, ya." Dengan wajah sumringah, Keisha bicara dengan putranya yang lahir dengan berat tiga kilo pas, nggak lebih nggak kurang.

Mereka gotong royong mengurus Abe--panggilan anaknya sejak dalam kandungan--karena Tristan tidak mau Keisha sendirian merasakan lelahnya merawat bayi.

Rambut panjang Keisha, dirapikan Tristan, ia menyatukan dengan perlahan lalu menguncir ulang. Terakhir, dikecup bahu mulus Keisha sebelum dipeluk erat.

"I'm happy, mommy Keisha," bisiknya ditelinga sang istri.

"Aku juga, Papa Tristan," sahut Keisha. Tristan merapikan bantal pada sofa supaya Keisha nyaman untuk duduk karena ingin menyusui Abe.

Senyum dan pandangan mata Tristan tak kunjung hilang ke arah Keisha, bahkan dalam kondisi menyusui, istrinya masih sempat membelai kepalanya.

Keisha selesai menyusui, Abe diletakkan kembali di box bayi, tak lupa ia selimuti. Pintu terbuka, wajah Eron muncul, tak lupa dibelakangnya ada Andra dan Junet. Akasia tak ikut, ia kelelahan karena mengecat kamarnya sendiri. Bundanya sudah memberi tau untuk panggil orang supaya mengerjalan, tapi bukan Akas kalau nggak ngeyel. Jadilah sekarang meriang karena kelelahan.

"Mana donut sama green tea latte aku,  Ndra," tanya Keisha.

"Tenang Kak Kei, nih, siap," ujar Andra sambil memberikan ke tangan Keisha sementara Tristan menikmati sate padang pesanannya.

Ke empat lelaki itu duduk lesehan di karpet yang dibawa Tristan dari rumah, sedangkan Keisha di sofa. Tristan melirik istrinya yang bisa santai sejenak, biarin Keisha badannya makin semok, demi memberi ASI ekslusif anak mereka, setelah tidak kasih ASI, Tristan ajak work out sampai badannya kembali aduhai.

"Mau sate padang, Keis?" tawar Tristan.

"Nggak, buat kamu aja," jawab Keisha lalu kembali menggigit donut keju.

"Harusnya, ada yang traktir kita, udah sebulan jadi simpanan janda seksi, diem-diem aja," celetuk Andra. Eron mencebik sebal, ia menghela napas panjang.

"Gue mau kenalin Sonya ke Nenek, tapi gimana caranya? Nenek mepetin gue sama cewek lain, cucu temennya." Eron tampak uring-uringan. Sudah dua kali ia bohong ke Sonya, karena ia terpaksa mengantar Cantikan berkegiatan tapi dengan alasan mengantar nenek atau sahabatnya pergi.

"Tetep jujur, Ron, perempuan bisa terima diawal dari pada bohong dulu baru cerita. Apalagi Sonya udah dewasa, pola pikirnya pasti lebih matang," sahut Keisha.

"Masalahnya, Kak, Nenek ultimatum gue kalau dekat atau punya pacar janda, langsung dijodohin, nikah malah. Ogah lah, gue, tapi dia kan Nenek gue, gimana coba?" Eron begitu menahan kesal.

"Bapak sama Ibu, gimana di sana, udah lo kasih tau?" Andra kini bertanya.

"Mereka lagi, apa-apa nurut Nenek. Eh, bentar deh, apa jangan-jangan gue bukan cucu kandung Nenek, ya, sifat gue aja sering bertentangan. Nah, Adek gue itu nggak pernah bantah Nenek. Fix, gue bukan cucu kandung Ne-- aduh! Sakit, Andra!" omel Eron karena kepalanya di jitak.

"Asal aja kalau ngomong. Muka lo aja mirip almarhum Kakek," sambung Andra.

"Ya kali aja, kan, gue emang cucu kandung Kakek, tapi bukan Nenek. Apa Nenek gue istri ke-- Ndra! Pukul gue lagi gue aduin Sonya, lho!" tegur Eron.

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang