Empat Empat

487 77 13
                                    

Selamat hari sabtu 🖼

_______

"Mas, udah sebulan lebih, lho," ujar Dira saat mereka sedang duduk menunggu souvenir pernikahan mereka selesai di letakkan ke dalam mobil Junet. Dus-dus besar mulai ditata. Junet tak bergeming, ia hanya diam sambil menggenggam jemari tangan Dira.

"Net," panggil Duta yang ikut ribet karena bertanggung jawab sebagai ketua panitia pernikahan Dira walau dilaksanakan di rumah papa mamanya.

"Ya, Mas," jawab Junet mendongak menatap Duta yang berdiri di dekat mereka berdua.

"Gue udah dapet undangan dari Andra. Lo nggak siap-siap fitting baju? Akasia dari kemarin repot ke sana kemari karena jadi ketua panitia, gue sampe batal meeting bisnis sama dia.

"Nggak, Mas. Biar aja." Junet memalingkan wajah.

"Kenapa lo, ribut sama dia? Atau mereka?" cecar Duta. Junet tak mau menjawab, ia hanya menunduk lalu berdiri dari duduknya.

Pintu bagasi mobil tertutup, sudah semua. "Ayo, kita lanjut ke toko kue, Mama Zita udah di sana duluan sama Papa Pandu," tukas Junet. Dira beranjak, berjalan ke pintu penumpang bagian depan. Junet berjalan ke arah pintu kemudi.

"Net. Kalian udah kayak saudara kandung, kakak beradik, kembar malah. Jangan karena kesalahan sepele bikin hubungan kalian yang sudah belasan tahun hancur. Omongin baik-baik, cari solusi. Jangan sampai lo menyesal karena cuma gengsi semata."

Duta, sekalinya bicara atau berpendapat langsung Mak Jleb. Duta membuka pintu bagian tengah, ia duduk santai sementara Junet terlihat berpikir keras.

Dilain tempat.

"Temuin aja, deh, tomprokin tuh mereka. Sebulan lagi Andra nikah, nggak bisa begini," gusar Akasia. Ia kelimpungan terus pokoknya, cara apa pun tidak bisa membuat kedua sahabatnya bertemu dan membahas.

"Iya, nggak asik lama-lama gini. Kas ... culik Junet, yuk. Pake cara lama." Tristan beranjak. Ia memakai sling bag lalu mengeluarkan kunci mobil.

"Ke mana lo?" Eron mendongak, ia mematikan puntung rokok ke asbak.

"Culik Junet. Gue bilang mau ketemu dia bahas kerjaan, gue mau minta tolong rapihin laporan keuangan agen sembako."

"Junet di mana emangnya?" Akasia beranjak, mereka semua sedang duduk lesehan di warung soto kaki kambing di dekat sekolah mereka dulu. Hari sabtu sore, tidak ada kerjaan, ya nongkrong makan bersama. Bukan ... bukan ... tapi menemani Akasia yang pingin makan soto kaki kambing, sedangkan Tristan dan Eron memesan nasi goreng kambing, Akasia yang doyan banget makanan berkuah sedangkan yang lainnya tidak begitu.

"Ajak Bondan, dia yang bisa nyekek Junet," celetuk Eron.

"Bondan lagi di puncak, acara keluarga Anisa sekaligus rayain ulang tahun Niken, tuh anak lucu ya, kecil-kecil dipakein krudung, gemes lihatnya." Eron berujar.

"Bikin lagi, Sonya lagi masa pemulihan, 'kan?" Tristan membuka pintu mobil.

"Nggak, ah. Athena aja anak gue, cukup." Eron masuk ke dalam mobil, duduk di baris tengah. Sementara Akasia di depan.

"Junetnya di mana?" Akasia mencoba menghubungi Junet.

"Masih di rumah Om Pandu," jawab Tristan. "Kita samperin di rumahnya aja. Kalau si Andra, dia udah OK gue ajak ketemuan di rumah gue. Keisha sama anak-anak lagi ada acara RT, Ibu-ibu PKK, jadi pada kumpul makan-makan. Malam paling selesai. Kita jadi ada waktu bahas masalah ini." Tristan melajukan mobil ke arah lain, ia akan membeli beberapa makanan dan minuman ringan untuk mereka. Di rumahnya sedang tidak ada mbak juga, tak mau merepotkan Keisha yang sibuk, jadi pesan makanan saja.

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang