Tiga satu

371 78 3
                                    

Selamat membaca fans papa muda hehehe

_____

"Gagal. Yakin, gue!" kelut Junet saat kembali duduk di teras rumah Eron. "Om Pandu jutek banget, Ron." Junet mengacak rambutnya.

"Belum aja kali, Ron. Elo, nih, nyerah mulu." Eron mematikan keran lalu merapikan selang. Ia baru saja menyiram tanaman dan rerumputan di halaman depan rumah lalu berjalan ke dalam rumah diikuti Junet.

"Gue harus gimana kalau emang Om Pandu gak suka sama gue?!"

"Alasannya apa Om Pandu begitu?" lirik Eron sambil membawa ember berisi baju Athena yang sudah siap dijemur ke tempat jemuran baju.

Junet duduk di kursi kecil, memandang Eron yang mulai menjepit satu persatu baju bayi cantiknya ke jemuran berbentuk seperti tangan gurita, atau biasa saya sebut jemuran cumi-cumi.

"Lo ikutin saran Akas buat ke Andra. Kerja yang serius, beli makanan bergizi, work out supaya badan keren berbentuk. Noh, Bondan bisa jadi pelatih lu bedua. Baru, deh, lo ngadep Om Pandu, langsung lamar anaknya." Eron menjembreng kain bedong, lalu menjemur di jemuran baju lain.

"Lu nggak pikir, ngelamar anak orang cukup dengan badan keren berotot. Rada-rada lu, Ron!" kesal Junet.

"Ya lagian. Gitu aja nanya gue. Gue aja susah dapetin Sonya." Eron mencebik. "Net, lo pepet aja pelan-pelan si Dira, atau lo main ketempat Pak Duta. Dia juga baru punya bayi, kembar juga, lo bawa apa kek ke rumahnya, sambil tanya tentang Dira atau Om Pandu. Kalau lewat Bapaknya nggak tembus, ya lewat Kakak-kakaknya Dira, lah. Ke Mas Datra sama Kak Diva sekalian."

"Diva bukannya di Australia? Udah mau setahun ini di sana ikut suaminya karena ada kerjaan lain," sahut Junet.

"Oh iya. Nah! Lo sewa aja rumahnya, kali aja kosong, deket kan sama rumah Dira. Bisa makin sat set lo deketin anak bungsu Om Pandu." Ide cemerlang! Mendadak Junet dapat pencerahan. Selama ini ia belum pernah mencoba hidup sendiri, ia masih satu rumah dengan orang tuanya yang memberikan kebebasan kepada anak-anaknya.

Bayangkan, ayahnya Junet bekerja sebagai petinggi di Angkatan Udara, Mamanya pegawai negeri dengan title banyak berjajar dibelakang nama. Kakak perempuan Junet pelatih Voli putri tingkat nasional, ia bekerja ala kadar, maksudnya suka pindah-pindah karena masih mencari yang pas, lalu adiknya baru lulus kuliah jurusan perhotelan tapi mau kerja di bank. Semua tidak nyambung yang seharusnya, ada yang mengikuti jejak orang tuanya. Tak selamanya buah jatuh tak jauh dari pohon, ini bukannya jauh lagi, tapi mental kemana-mana.

"Berapa duit, ya? Kalau mahal, nggak, deh." Junet tak punya banyak tabungan. Ia malu kalau minta ditambahi orang tuanya.

"Tanya dulu Junettt ... lo lama-lama lemot juga!" kesal Eron.

"Nanti, deh gue cek."

Pembicaraan selesai. Kini Junet sabar menunggu Eron hingga selesai menjemur baju bayi. Tak lama kedua orang tua Eron pulang dari rumah nenek. Junet menyapa, lalu duduk di teras bersama ayah Eron.

"Bu, gimana Nenek?" tanya Eron sambil mengeluarkan makanan yang dibawa ibunya dari rumah nenek ke atas meja makan.

"Biasa, lah ... manjanya kumat." Ibu tersenyum tipis. Ia merogoh sesuatu dari dalam tas lalu memberikan ke Eron. "Nih, yang kamu minta. Mau ngapain, sih! Ibu harus buka album lawas Nenekmu. Jangan iseng, ya! Awas!" ancam ibu yang dijawab senyuman lebar Eron.

"Thank you, Eyang utinya Athena ...," peluk Eron erat.

"Nenek tadi tanyain Sonya, Ron," lanjut Ibu.

"Lha ... tumbennn ... Nenek habis kepentok apaan kepalanya?"

"Hih! Asal aja kalo ngomong. Jangan gitu ... udah kerasa kali, udah punya cicit, jadi luluh hatinya."

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang