Dua lima

360 85 5
                                    

Papa muda hadir lagi ....

____

Sonya duduk dan hanya diam, saat nenek mendadak datang tanpa mengabari lebih dulu. Nenek datang diantar sopir.

"Sudah mau melahirkan kamu, Sonya? Suami kamu mana? Apa sesombong itu kalian sampai nggak mau ketemu Nenek?" sindirnya.

"Bukan gitu, Nek, Sonya udah ajak Eron main ke rumah Nenek, tapi Eron belum ada waktu." Sonya menutupi alasan yang sesungguhnya, padahal Eron memang tidak mau. Rasa sakit hati juga kecewanya kepada Nenek, sudah kepalang bikin dongkol.

"Harusnya kamu nasehati. Kamu istri dan harus bisa begitu." Nenek menatap dengan tatapan dingin. "Tujuan kamu itu apa mau nikahin cucu Nenek? Apa duda di luar sana nggak ada satupun yang kamu suka? Kenapa pilih Eron yang masih kuliah?! Dia itu harusnya nikmatin masa mudanya, bukan kayak sekarang ... mikirin ini itu. Eron mana sekarang!" judesnya Nenek.

Sonya menghela napas panjang, tangannya ia letakkan diatas perut buncitnya. "Kalau hari sabtu dan minggu, Eron ojek online, Nek," jawab Sonya lirih, ia tau pasti disemprot lagi. Benar saya, Nenek memekik kencang lalu memegang dadanya.

"Kenapa ngojek! Kamu tau Eron siapa, 'kan!" Nenek melotot. Sonya diam menatap. Apa salahnya jadi tukang ojek, Sonya sendiri tidak masalah.

"Nek, Eron--"

"Diam. Jangan sanggah omongan Nenek. Benar dugaan Nenek, Eron nikah sama kamu malah jadi kayak gini hidupnya. Blangsak kayak gini. Bikin malu. Apa sih! Menariknya kamu! Janda nggak tau diri. Harusnya sadar dari awal! Kamu tolak Eron! Bukannya malah diterima. Mau taruh dimana muka Nenek! Benar-benar!" makinya terus menerus. Nenek beranjak, berjalan keluar rumah namun saat tiba di depan pintu, ia urungkan berjalan lagi.

"Rumah ini, kamu juga yang minta? Tinggal di sini sampai cucu saya harus kerja banting tulang?" sindirnya lagi.

"Nggak, Nek, Sonya--"

"Keterlaluan. Semoga kalian bercerai! Muak lihat kamu lama-lama. Semoga Eron sadar sudah dalah memilih istri!" Nenek berjalan ke arah mobil, sopir menatap Sonya miris, wanita hamil itu berdiri di depan pintu rumah dengan air mata sudah mengembeng di pelupuk.

Mobil nenek sudah menjauh, lalu Keisha berjalan ke arah rumah Sonya. Ia memeluk Sonya erat.

"Sabar, Nya, sabar ...."

"Jangan bilang-bilang Eron, kalau Nenek ke sini, ya, Keish," pintanya. Keisha mengangguk.

"Mulutnya pedes amat, pantesan Eron lama-lama kesel sama Neneknya sendiri. Aku kaget tadi dengar suara teriak-teriak kayak gitu. Kamu nggak papa? Aku buatin teh hangat, ya," tawar Keisha.

"Nggak usah, Keis, aku nggak papa. Oh  iya, makasih baju-baju bayinya, ya, masih bagus-bagus banget." Sonya menghapus air matanya dengan tangan.

"Sama-sama, kamu masuk ke dalam, istirahat," ujar Keisha sambil mengusap bahu Sonya. Tristan kebetulan sedang tidak di rumah, hari minggu ia di showroom sampai sore. Sedangkan Abe asik ngemil buah sambil nonton kartun.

Sonya masuk, ia menutup pintu lalu tangisnya pecah. Begitu bencikah nenek dengannya, bahkan di rahimnya ada calon cicit perempuan yang seharusnya menjadi bibit kebahagiaan keluarga.

Ia berjalan ke dapur, membuat makan malam untuk mereka berdua, sesekali ia meringis sakit karena kontraksi palsu, ia dapat informasi setelah membaca artikel.

Tangannya menyeret kursi, ia duduk mengatur napas sambil memantau tahu goreng juga tumisan sayur. Begitu sedih juga sakit hatinya jika ingat perkataan nenek tadi. Sehinakah seorang janda seperti dirinya?

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang