Sembilan

430 77 10
                                    

Sonya terkejut saat melihat Eron berdiri di depan rumahnya, tubuh basah dengan napas terengah karena menahan hawa dingin.

"Kamu apa-apaan sih!" omel Sonya sambil menarik paksa tangan Eron.

"Nggak mau putus," lirih Eron sambil memeluk Sonya saat mereka sudah di dalam rumah.

"Ron ... lepas, aku basah kena badan kamu."

"Aku bilang ... aku nggak mau putus," ucapnya lagi. Sonya memejamkan mata, ia membalas pelukan Eron.

"Aku mau kamu, bukan yang lain. Tolong ... berjuang supaya Nenek mau restuin kita. Setelah lulus, aku janji aku langsung cari kerja dan mapan, supaya aku bisa nafkahi kamu, Sonya. Please, jangan nyerah sama hubungan kita, aku mohon." Suara Eron terdengar parau.

Sonya membelai kepala Eron, lalu melepaskan pelukan. Kedua mata mereka saling menatap, Eron menangis. Sonya berjinjit, ia mengecup pipi pemuda yang terlihat cinta mati dengannya.

"Kalau Nenek nggak restuin?" Sonya membelai wajah Eron.

"Kita kawin lari," celetuknya.

"Capek, nggak mau, ah." Sonya tersenyum. Eron gantian mengecup kening Sonya lalu membungkuk untuk menyamakan tinggi badannya dengan Sonya.

"Kita bikin dedek bayi aja sekarang, yuk, Nenek pasti ma-- aduh! Sakit, yank!" keluh Eron karena Sonya mencubit keras pinggangnya.

"Mentang-mentang aku janda, ya, jadi kalau kamu bobol nggak ada bekas?! Sembarangan kamu." Sonya menjewer telinga Eron yang mengaduh.

"Lagian. Kalah sebelum berperang. Kita harus lawan Nenek. Aku nggak mau kita putus. Titik." Eron menatap serius.

"Dia orang tua, harus kita hormati, Ron." Sonya berjalan ke dalam kamarnya, lalu kembali dengan membawa handuk kering, bibir Eron udah pucat karena kedinginan. "Tuh kan, kedinginan. Aku nggak ada baju cowok, adanya daster, mau pake?"

Sontak Eron terkikik. "Tadi aku minta tolong Junet anterin baju ke sini. Di rumah Junet ada bajuku, di rumah Tristan, Akasia, Andra, juga ada. Aman." Lalu Eron mencuri ciuma  di bibir Sonya yang melotot saking terkejutnya.

"Tadi aku sedih, lihat kamu hujan-hujanan sedangkan aku, boncengan sama Cantika." Wajah Eron lesu, tertunduk saking tak enak hati dengan Sonya.

"Nggak papa, aku paham, kok. Asal kamu nggak kasih harapan aja sama dia. Takut baper atau di PHPin kamu."

"Ya nggak bakal, lah. Pokoknya aku mau lulus cepat, terus kerja dan gapai masa depan sama kamu. Kalau keluargaku nolak, aku tetap akan nikahin kamu apa pun yang terjadi."

Sonya tersenyum, ia membantu mengeringkan rambut Eron dengan handuk. Duduk bersisian, membuat Eron puas memandang kecantikan janda seksi mempesona itu.

"Yank."

"Hm?"

"Mau punya anak berapa?"

"Banyak."

"Berapa, sebutin angka."

"Banyak pokoknya." Sonya mengulum senyum. Eron mendekat, menelisik wajah Sonya yang memang enak dipandang.

"Cantik," lirih Eron. Sonya merona. Eron semakin mendekat, hingga bibirnya menyapu bibir Sonya, mereka menikmati momen hingga.

"Eron! Bajunya gue lempar kecomberan ya!"

"Shit!" umpat Eron lalu beranjak. "Tanggung banget!" gumamnya.  Sonya tertawa, ia ikut beranjak tapi berjalan ke dapur. Di depan teras rumah sudah ada Andra dan Junet, sedangkan Bondan sedang memarkirkan mobil.

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang