"Udah semua, 'kan, nggak ada yang ketinggalan?" Tristan memeriksa kembali isi tas kecil motif pesawat dengan beruang kecil.
"Udah, sayang. Hati-hati, ya, maaf jadi repotin kamu. Papa nggak ada yang jaga di rumah sakit," ujar Keisha sambil memastikan kebutuhan Abe supaya tak merepotkan Tristan.
"Iya, aku paham, kita bagi-bagi tugas." Tristan mengecup kening sang istri beberapa kali. Abe menepuk-nepuk wajah Keisha lalu memajukan bibir hendak mencium juga.
"Abe sama Papa dulu, ya, jangan rewel, kasihan Papa nanti. Terus jangan nangis, Abe jagoan, 'kan?" Keisha menciumi pipi sang putra begitu gemas hingga Abe terkikik geli.
"Maem ... Ma," ucap Abe yang doyan makan dan ngemil. Tristan tertawa geli, belum juga berangkat ke tujuan, perbekalan sudah dimakan.
"Iya, udah Mama siapin, nanti Papa kasih. Mama berangkat, ya, Onty Bria udah nunggu di depan. Assalamualaikum, duo gantengnya Mama." Keisha mencium Abe lalu berganti ke suami brondongnya. Tristan memejamkan mata saat bibir sang istri menciumi wajahnya berkali-kali.
"Sabria ke kedai langsung apa ke Papa dulu, Keis?!"
"Ke Papa sebentar, dadah sayang-sayangku. Tan, jangan ngebut-ngebut nyetirnya, ya, inget ... kamu bawa anak bukan bawa barang." Kedua mata Keisha menyipit, Tristan tersenyum hingga lesung pipinya tercetak sempurna, hal itu membuat Keisha selalu berdebar karena pesona ketampanan serta manisnya wajah Tristan terlihat dari itu.
Keisha dan Sabria sudah pergi menjauh dari rumah, Tristan masuk ke dalam rumah lagi untuk mengambil kunci mobil. Abe tetap anteng dalam gendongan papanya, hanya sesekali menatap Tristan.
"Let's go kita ke rumah sakit lain, ya, inget, Be ... nggak boleh nangis." Tristan mencium kening Abe lalu berjalan ke arah garasi menuju ke mobilnya. Mobil, Tristan punya mobil? Bukan, kok, mobil itu pinjam ke papi.
Abe duduk dengan car seat khusus untuknya, setelah siap, mereka melaju ke rumah sakit.
Tristan mengemudi dengan kecepatan sedang, setengah jam kemudian mereka tiba di lokasi. Di parkiran mobil rumah sakit sudah ada seseorang yang menunggu mereka. Tristan senyam senyum. Setelah memarkirkan mobil dengan sempurna.
Abe digendong Tristan dengan baby caring di depan dadanya, tangan Abe terangkat karena senang melihat sosok yang ada di hadapannya.
"Elu, Tan, ngerepotin gue aja. Bagus gue lagi survey lapangan jadi nggak ketauan kalau cabut bentar," dumal Junet yang tampak rapi memakai pakaian kerja tapi membawa tas bayi milik Abe yang baru saja diberikan Tristan.
"Temenin gue bentar, jangan pelit sama gue."
"Bukannya pelit, Tan, lo lihat nggak kita udah kayak apa?" sewot Junet sambil membetulkan posisi kacamatanya.
Tristan tertawa pelan, "apaan, pasangan gay?" Lalu ia tergelak.
"Paham, 'kan! Malah ketawa lo."
"Lagian gitu aja lo pikirin. Eh, rumah sakit ini tempat mertua gue praktek, dokter anak ini juga temennya mertua gue. Nah, bokap mertua gue dirawatnya di rumah sakit khusus jantung, jadi beda jurusan gue sama Keisha. Gue ogah sendirian nunggu antrian Abe imunisasi, makanya gue ajak elo. Bentar doang, Net."
Tristan lalu berjalan ke meja pendaftaran, ia meminta Junet mengeluarkan buku data imunisasi Abe dan tetap saja beberapa pasang mata melihat beberapa kali ke arah mereka dengan tatapan bertanya-tanya.
Junet risih, ia manyun-manyun sendiri sampai seorang wanita dengan jas dokter datang menghampiri.
"Abe ...!" pekiknya. Abe menoleh, begitupun Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksi Papa Muda ✔
RomanceSahabat sejati, katanya ... nyatanya mereka lebih dari sekedar sahabat. Semua hal hampir mereka ketahui, bahkan para istri juga tau. Kecuali urusan ranjang, mereka saling merahasiakan, selain itu ... SEMUA MEREKA TAU. Kenalkan, mereka : Akasia Tri...