Hai... kembali lagi dengan saya yang suka naik turun moodnya hihihi
_____
Semua mata menatap Abe dengan lekat. Bocah itu menundukkan kepala begitu dalam. Rasa bersalah jelas terlihat dari raut wajahnya yang sendu.
"Lama-lama Papa masukin kamu ke sekolah asrama, ya, Be!" omel Tristan, pria yang dahulunya penyabar dan jarang marah saking bijaksananya, kini terpacu amarah karena kelakuan anaknya.
"Jangan, Pa, nggak mau," tolak Abe lalu menubruk lengan Keisha yang juga tak kalah kesal. Sudah berkali-kali dikasih tau kalau Athena jangan suka disuruh ini itu, ya ... walau kadang Athena sendiri yang suka rela mau seperti itu dengan alasan kasihan Abe atau namanya juga teman jadi harus saling tolong menolong. Tetapi, jika sudah begini, gawat, 'kan. Athena dibawa ke IGD karena kulitnya melepuh, Eron dan Sonya hanya bisa pasrah saat Athena menangis karena panas di kedua paha hingga lutut.
"Lagian Athena kok bisa nyalain kompor?" Sabria masih bingung.
"Athena itu mandiri, mirip Sonya, jadi ya gitu. Anak sekecil itu udah bisa bikinin Eron kopi tau nggak kamu, tapi diawasi pas di dapur," jawab Akasia. "Calon ibu rumah tangga idaman di masa depan. Abe ... kamu nggak ada harapan buat jadi jodohnya Athena. Cam kan itu anak kecil," sambung Akasia sekalian menakut-nakuti.
"Iya, lho, Be. Om Eron udah kecewa banget sama kamu. Udah kesekian kalinya kamu begini." Kali ini Bondan menyahut, Tristan mengangguk setuju.
"Maafin Abe Om-om semua, Papa, Mama, Abe--" Bocah itu menangis kencang, bahkan hingga Hanifa kaget dan terbangun di gendongan Sabria.
"Sukurin, Om Eron pasti marah sama kamu." Keisha, ikut-ikutan. Sengaja, biar Abe kapok sejadi-jadinya. Abe semakin menangis kencang, ia tak enak hati. Sungguh, anak kecil itu terpojok oleh orang dewasa disekitarnya yang iseng tak karuan.
"Be, kita mau pindah rumah. Kita akan tinggal di rumah Oma dan Opa, karena Oma Opa mau ikut tingga sama Tante kece." Tristan berujar. Tante kece maksudnya adiknya yang diluar negeri. Orang tuanya mau di sana saja, karena adiknya Tristan sedang hamil dan mau kedua orang tuanya menemani. Kesempatan bagi kedua orang tuanya bisa tinggal sekaligus jalan-jalan di sana, jadilah Tristan kembali ke rumah utama yang sudah diwariskan untuknya. Sudah balik nama juga, beres pokoknya. Bisa dibilang, Tristan memang yang paling kaya diantara semua sahabat-sahabatnya.
"Yah, Papa ...!" keluh Abe sambil menghapus air matanya dengan kaos yang dikenakan.
"Ya gimana lagi. Kamu mau tinggal sendirian di cluster? Papa sih, nggak mau. Ada setannya." Tristan menakut-nakuti jilid dua setelah tadi menakuti dengan Eron yang akan marah dengan Abe.
"Minta tolong Om Andra, Pa, Om Andra kan pawang setan," lanjutnya jujur. Akasia dan Bondan menahan tawa, Sabria tak tahan, ia tertawa sambil menuju ke kamarnya di atas untuk menidurkan Hanifa lagi. Ia pamit ke Keisha--kakaknya--sebelum menaiki anak tangga.
"Om Andra lagi nggak bisa usir setan, dia aja lagi kesetanan. Ketempelan setan ambekan. Jangan deh, ide buruk. Pokoknya kita pindah, Be, mulai besok kita pindahan, ya." Tristan sudah ambil keputusan, tak bisa dibantah.
Di rumah Eron.
Lelaki itu mengusak kasar rambutnya. Athena tidur tapi sesenggukkan, kedua pahanya merah walau sudah dikasih salep. Sonya mengipas-ngipas dengan buku di kedua paha Athena. "Anak Papa kasihan," lirihnya sedih. Ia menciumi pipi Athena.
"Abe juga nggak niat celakain Athena, Ron, kamu jangan marahi, ya. Mungkin anak kita yang teledor." Sonya tetap positif pikirannya. Eron menghela napas. Ia paham, tak akan marah juga dengan Abe, kasihan, anak itu sudah takut dengannya, tadi saja langsung nangis kejer saat Eron baru tiba di rumah bunda Dona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksi Papa Muda ✔
RomansaSahabat sejati, katanya ... nyatanya mereka lebih dari sekedar sahabat. Semua hal hampir mereka ketahui, bahkan para istri juga tau. Kecuali urusan ranjang, mereka saling merahasiakan, selain itu ... SEMUA MEREKA TAU. Kenalkan, mereka : Akasia Tri...