Tiga puluh

416 88 2
                                    

Yuk lanjut!

______

"Athena anak cantik, Papa ...," bisik Eron di telinga putrinya. Terdengar suara motor mendekat. Eron menatap tajam, tandanya si pemilik motor harus mematikan motor dengan segera. Pemilik motor menuntun pelan hingga memarkirkan di garasi rumah Eron.

"Ngapain, Ron? Jemur Athena?" tanya Junet.

"Iya, lah, masa jemur krupuk. Lo ngapain ke sini?!" sinis Eron.

"Duile, Papa muda kisut amat mukanya. Kenapa lo, apa gara-gara harus puasa empat puluh hari sampai nifas Sonya kelar? Hahay, rasakan!" balas Junet tak kalah sinis. Eron bersingut kesal. Dari arah teras, Sonya berjalan pelan menghampiri.

"Eh, Net, masuk. Ngapain ngobrol di depan," sapa Sonya. Ia mengambil alih Athena karena sudah cukup terkena sinar matahari, saatnya mandi di jam delapan pagi.

"Di sini aja. Sonya, izin mau ajak Eron pergi sebentar boleh?"

"Boleh, lah, mau ke mana emangnya?"

"Ke rumah Bondan, mau fitting baju buat nikahan dia dua bulan lagi. Tantenya yang penjahit hari ini minta kita ke sana semua." Junet cengar cengir.

"Gue sibuk. Senin besok sidang." tolak Eron kesal.

"Udah sana ... kamu udah seminggu di rumah, sekarang masih sabtu, nggak usah belajar aku yakin kamu bisa. Pengujinya Dina, kok, istrinya Duta. Kalau ternyata Duta, ya, kamu siap-siap di cecar," cengir Sonya. "Aku masuk, ya. Dadah Om Junet, Athena mandi dulu, ya," pamit Sonya. Junet mengangguk.

Setelah Sonya masuk ke dalam rumah, Junet menatap lekat Eron. "Lo kenapa lagi, Ron? Wajar kalau lo puasa ina inu sama Sonya, masih Nifas."

"Dodol. Bukan itu." Eron menoleh sejenak ke belakang, melihat ke arah teras.

"Lha, terus?"

"Nenek gue. Dia sakit, sekarang Ayah sama Ibu lagi ke sana, jenguk. Menurut lo, Nenek sakit beneran apa cari muka ke Ayah Ibu karena mereka lebih peduliin Athena?" Eron bersedekap.

"Iseng amat Nenek lo kalau cari muka. Udah tua. Makanya jangan resek sama cucu sendiri, jadi kesepian, 'kan. Gue denger lo, Akas, sama Tristan rencanain mau cari cowok buat Nenek lo?"

"Ralat, Ron. Aki-aki."

"Ya, sama aja cowok, kan. Jadi beneran?"

"Iya. Setelah gue sidang baru dijalankan rencananya. Gue ngerasa kasihan juga lama-lama sama Nenek. Walau kecewa karena Sonya dihina dan dibikin sedih. Bagus bini gue dewasa, dia nggak marah dan memaklumi."

Eron berjalan ke teras, disusul Junet. Mereka duduk di bangku yang ada di sana, terpisah meja kecil di tengah dengan pot kecil berisi bibit bunga yang belum tumbuh sempurna.

"Urusan Nenek nanti dulu. Lo bisa nggak ke rumah Bondan?"

"Kayaknya nggak, deh. Gue bantu Sonya nyuciin baju bayi. Kasihan kalau dia mesti nyucinya sore pas nunggu nyokap dateng."

"Yaudah, ukuran baju lo sama kayak Akasia, ya. Dia udah di sana sama Sabria, semalam nginep di rumah Bunda, gara-gara Keiko mau ngemal, mau makan steak. Gaya banget emang tuh, bocah." Junet beranjak, ia pamit. Namun, ojek online berhenti tepat di depan rumah Eron. Seorang gadis turun dari atas motor lalu memberikan helm.

"Assalamualaikum, Kak Eron," sapa gadis itu.

"Waalaikumsalam. Dira, kok ke sini?" Eron mendekat. Sementara Junet masih diam di tempat saking terkejut karena bidadarinya mendadak muncul di depan muka.

"Iya, mau ketemu dedek bayi. Sama ini, titipan kado buat babynya dari keluarga kami. Mas Duta sama Mbak Dina juga titip kado tambahan, makanya--"

"Sini, aku bawain," ucap Junet langsung menyambar paper bag besar dari tangan Dira.

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang