Tiga enam

386 91 8
                                    

"Om ... maafin Abe," ujar anak itu yang sudah dua hari datang ke rumah Eron yang masih ngambek. Duh! Eron, anak kecil diambekin. Eron diam, ia duduk di teras sambil membaca materi untuk ujian akhir semester. Ia ketularan Sonya, sekarang lanjut kuliah lagi, ambil jurusan lain.

"Abe, tenang aja. Papaku lama kalau ngambek. Ayo main," ajak Athena. Abe menghela napas panjang. Ia mengangguk.

"Om, Abe sama Ante ... um ... Athena main dulu, ya," pamitnya.

"Main ke mana?" Akhirnya Eron bersuara, menatap sok sebal ke Abe.

"Ke rumah Abe, mau main PS," jawab Abe.

"Ayo, Be ..., Papaku sibuk belajar." Athena menarik tangan Abe, kedua bocah itu berjalan ke rumah Tristan. Eron melongokkan kepala, lalu masuk ke dalam rumah dan tertawa geli.

Sonya yang sedang repot membuat nasi tumpeng untuk ulang tahun Eron yang dirayakan malam hari, mendadak kesal.

"Ron, udah, deh, kasihan Abe," ujar Sonya. Eron menutup pintu lalu menguncinya.

"Biarin. Sesekali isengin anaknya Tristan asik juga. Kamu masih lama?"

"Nggak. Tinggal tata-tata aja, nasi udah di kukusan. Sebentar lagi mat-- Eron!" pekik Sonya yang dibopong Eron masuk ke kamar.

"Jangan teriak-teriak, Mama ... Papa mau kekepan sama Mama Sonya," ujar Eron lalu menutup pintu dengan dorongan kaki. Sonya tergelak, ia hanya bisa menerima serangan siang menjelang sore hari dari suami brondongnya.

Di rumah Tristan, Athena duduk sambil bermain masak-masakkan dengan Abigail yang senang karena ada teman main. Athena batal main PS, lebih asik masak-masakan.

"Athena, kamu nggak mau punya adik?" Tristan mendadak melempar pertanyaan itu. Ia juga duduk di sebelah Abe, meraih stik PS lalu meminta Abe mengulang bermain karena ia mau ikutan.

"Mau, Om," jawab Athena sambil pura-pura memasak sayuran.

"Bilang sana sama Papa Mama, kalau ada adik seru, gitu, ya," kompor Tristan.

"Iya nanti," jawab Athena lagi. Bocah itu akan masuk TK B tiga bulan lagi, jika sesuai usianya harusnya masih TK A, tapi karena ceriwis dan sudah pandai calistung, jadilah lompat kelas.  Lain kalau anak dosen, diajarkan sendiri oleh Sonya, anak jadi cepat bisa.

"Pa, Om Eron masih marah sama Abe," keluh sang putra.

"Om Eron bercanda doang, tenang aja. Dia emang seneng godain kamu, Mas."

"Ya tapi Abe jadi sedih, biasanya Om Eron ajak main PS kalau hari sabtu, tapi sekarang nggak."

"Abe bisa main sama Papa, 'kan?"

"Jagoan Om Eron."

Sontak Tristan melirik sebal, memang diantara mereka berenam, yang jago main PS itu Eron, Akasia dan Junet, lainnya hanya tim sorak sorai. Gaya-gayaan aja sekarang Tristan main karena punya anak cowok, biasanya dia palingan tiduran, baca buku, main HP, main gitar, kalau temannya pada main PS.

"Pa," panggil Abe.

"Ya."

"Abe kapan di sunat?"

Tristan diam, ia meletakkan stik PS begitu saja lalu beranjak cepat, ia segera ke kamarnya. Di dalam kamar, Keisha yang baru selesai mandi terkejut hingga berjerit.

"Apaan, Tan?! Ada apa!" pekik Keisha. Tristan menelan ludah, istrinya jadi telanjang bulat. Ups, ada yang bereaksi tapi terhimpit. Tristan menggelengkan kepala cepat, karena apa yang akan ia sampaikan lebih penting.

"Abe minta sunat!" lirihnya.

Keisha menganga, buru-buru ia berpakaian.

"Yaudah, ayo. Mumpung anaknya minta. Besok aja, yuk! Sunat dulu aja, selametannya nanti kita pikirin."

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang