Kepala Eron tidak tertunduk sama sekali, ia dan Sonya sudah tiba di Jakarta, langsung ke rumah sang nenek karena ada orang tuanya juga berkumpul di sana.
"Keterlaluan kalian." Nenek menatap marah. Sonya tertunduk, tapi Eron tidak. Ia menatap lekat ke nenek sambil menggenggam jemari istrinya.
"Nek, cepat atau lambat Eron pasti nikahin Sonya. Apa bedanya sekarang dan nanti. Ini juga karena keadaan, kondisi almarhumah Ibunya Sonya nggak bisa di tawar menawar." Begitu tegas Eron bicara. Nenek menarik napas panjang lalu membuang perlahan. Ia beranjak, berdiri menatap cucunya yang membuat ia kecewa.
"Kalian tinggal di sini. Nenek mau siapkan acara syukuran dan kalian harus nikah resmi di KUA." Begitu datar nada bicara nenek. Eron hendak protes namun ditahan Sonya yang menggelengkan kepala. Tinggalah Eron bersama kedua orang tuanya dan satu adik perempuan yang masih SMP kelas tiga.
"Sonya, terima kasih sudah menerima Eron, ya," tutur ibunda Eron begitu lemah lembut. Sonya mendekat, bersimpuh lalu sungkem meminta restu. Air mata ibunda Eron luruh, ia membawa Sonya ke dalam pelukannya. Ia merestui. Ayah Eron juga sama, mereka akhirnya tak masalah dengan pilihan sang anak yang berani berontak tapi dijalur yang benar.
"Ron, Ayah mau bicara," ujar ayah lalu beranjak. Mereka berjalan ke teras samping, dekat garasi.
"Ayah, maafin Eron kalau lancang. Eron cuma nggak mau disetir Nenek." Eron segera mengeluarkan unek-uneknya.
"Ayah paham. Nenek memang begitu. Ayah minta maaf karena nggak bisa bela kamu, Ibumu juga. Kami semua terlalu tunduk karena menghargai Nenekmu Ibu kandung Ayah. Jangan kamu pikirin, Ron. Sekarang kamu udah jadi suami, bijak dalam bertindak dan dewasa lah. Seimbangi istrimu yang lebih dewasa. Ayah bangga kamu bisa bersikap. Ini ... pegang, dari Ayah dan Ibu." Ayah memberikan amplop coklat cukup tebal isinya. Eron membuka, mengeluarkan isinya.
"Yah, ini banyak banget," tukas Eron. Ayah tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Ayahmu ini memang hanya ASN, tapi rajin menabung dan tidak boros. Itu hak kamu, hadiah dari orang tua yang tidak mendampingi kamu sekolah. Dari SMP kamu ikut Nenek. Bilang kalau ada apa-apa, ya, tetap hormati Nenekmu." Tangan Ayah direntangkan, Eron segera memeluk ayahnya.
"Nanti, kalau punya anak, asuh sendiri, ya, jangan sama orang lain walau itu keluarga. Jangan ulangi kesalahan Ayah dan Ibu karena turuti permintaan Nenek yang mau asuh kamu, ternyata malah jadi ribut gini." Ayah melepaskan pelukan. Eron mengangguk.
"Ajak Sonya ke tempat kita di sana, supaya tau," lanjut ayah lalu merangkul Eron yang tingginya sejajar. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Lalu melihat Sonya sedang berbincang dengan ibunya. Hatinya menghangat, karena ia tak salah pilih pasangan hidup.
***
Acara pindahan gotong royong bersama empat sahabatnya selesai, satu truk digunakan memindahkan barang-barang Sonya. Nenek tak peduli, ia sibuk dengan kegiatannya sendiri.
"Nenek, Sonya izin mau memasak, boleh?"
"Boleh, pakai aja bahan di kulkas, masak makanan kesukaan Eron, kamu tau, 'kan?" Nenek sedang sibuk membuat rancangan menu lain, ia kini sibuk membuka cabang baru bersama temannya.
"Iya, Nek, Sonya sudah tanya. Nenek mau teh madu, Sonya buatkan?"
"Boleh." jawabnya tanpa menatap. Sonya berjalan ke dapur, sementara Eron dan para sahabatnya sibuk menata barang-barang.
"Yank, lemari baju aku di kamar, kasih orang aja kali ya? Lemari baju kamu besar, muat untuk baju aku juga." Eron berdiri di sisi Sonya.
"Iya, kasih aja, eh tapi, sama Nenek boleh emangnya?" toleh Sonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksi Papa Muda ✔
RomanceSahabat sejati, katanya ... nyatanya mereka lebih dari sekedar sahabat. Semua hal hampir mereka ketahui, bahkan para istri juga tau. Kecuali urusan ranjang, mereka saling merahasiakan, selain itu ... SEMUA MEREKA TAU. Kenalkan, mereka : Akasia Tri...