Empat lima

798 83 12
                                    

Selalu sedih kalau mau ninggalin satu judul cerita yang berkesan, tapi mau gimana lagi, banyak judul minta digarap 🤭

________

"Saya terima nikah dan kawinnya Aldira Pramitha binti Pandu Pradana Sukmojoyo dengan maskawin logam mulia dua puluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Junet mengucap janji suci dengan tegas dalam satu tarikan napas.

"Sah!" ucap ketiga kakak kembar Dira dan juga Pandu dengan kompak. Zita menepuk kening, masihhh ... aja kelakuannya ya ampun.

"Sah! Barakallah ...," ujar saksi yang langsung doa dipanjatkan bersama-sama. Dira menunduk dengan mata terpejam, sedangkan Junet tergugu menangis bahagia.

Akasia mendekat, memberikan tisu ke tangan Junet. Kedua orang tua Junet juga begitu bahagia menyaksikan anaknya yang dulu disangka tak kan mau menikah, kini justru sah menjadi suami wanita cantik bernama Dira dari keluarga yang tak bisa diangkap enteng.

Acara selanjutnya menyematkan cincin, Dira tersenyum saat memasangkan cincin kawin ke jemari tangan Junet lalu mencium punggung tangan suaminya.

Pun Junet, ia mencium kening Dira lama setelah menyematkan cincin. Acara selanjutnya ngidak endog atau injak telur. Junet yang juga orang jawa, begitu mengagumi adat istiadat yang dilakukan, sekali seumur hidup juga. Dira mencuci kaki Junet perlahan, sambil berdoa didalam hati supaya baktinya kepada suami, sama dengan Zita, mamanya dan Diva, kakaknya yang begitu baik menjalankan perannya.

Bondan, Andra, Akasia, Tristan dan Eron, mereka memperhatikan dengan seksana. Mereka memakai beskap jawa yang pada akhirnya sewa dadakan di sanggar rias pengantin milik teman Silvi, tau Mami Silvi, 'kan?

Para istri, termasuk Asri calon istri Andra memakai kebaya instan alias yang sudah siap pakai dan kainnya juga yang talinya tinggal dililit. Sedangkan anak-anak, memakai baju batik untuk Abe sedangkan yang perempuan memakai kebaya untuk anak kecil.

Junet dan Dira berjalan ke pelaminan yang ada di halaman belakang rumah Pandu dan Zita, dulu Diva juga nikah di rumah, karena buru-buru mau dibawa suaminya ke Sidney.

Pandu tampak gagah memakai beskap jawa, Zita tampak cantik juga anggun walau keduanya sudah semakin tua. Acara sungkeman menjadi momen tumpahnya air mata.

Dira memeluk Pandu sambil menangis karena papanya yang selama ini menjadi sosok cinta sejatinya, tapi kini ia menemukan cinta lain yang pasti tidak kalah setia dan sejati.

"Kasih tau Papa kalau Junet rese. Alat las Papa masih ada digudang, Papa las itunya nanti," gumam Pandu. Dira cekikikan sambil memukul bahu Pandu.

"Apaan, sih, Papa." Diva mencium kedua pipi Pandu lalu kembali memeluk. "Papa sehat-sehat nanti di Sidney, ya, jangan bikin Mama senewen. Jangan kabur ke taman koala sendirian, jangan bikin Kak Diva manyun-manyun. Dira yakin Papa pasti di sana sehat."

Pandu mengendurkan pelukan, ia memegang kedua bahu putrinya. "Kenapa gitu?"

"Di sama nggak ada kang gorengan, nggak ada pos satpam jadi Papa nggak nongkrong dan nggak bebas ngerokok. Emang enak." Dira menjulurkan lidah. Pandu terbahak-bahak. Zita mencubit pinggang suaminya yang mengaduh.

"Duh! Mama, sakit, ih ...," bisik Pandu ke Zita.

"Malu. Ketawamu kayak dinosaurus mangap!" gerendeng Zita.

Aksi Papa Muda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang