Halooo, seperti biasa yaaaa.
200 vote dan 75 komen.
Alira-Zahian
Seingat Zahian, tadi dia tidur setelah malam panasnya bersama Alira untuk pertama kalinya setelah mereka menikah.
Tapi kenapa sekarang dia justru ada di ruangan yang terlihat asing.
Dan ada seseorang berambut sepunggung, warna rambutnya pink pucat dan dia duduk meringkuk disudut ruangan.
Tubuhnya terlihat bergetar hebat.
"Lira..hiks..Lira kembali..Lira aku takut sendirian...hiks..Lira aku mohon maafkan aku Lira..aku salah..aku minta maaf..hiks..huhuuu aku takut.."
Zahian menegang, itu kan suaranya, kenapa..apa yang terjadi?
Kenapa rambutnya jadi sepunggung, bukannya rambut Zahian masih setengkuk, dan dimana Alira?
Kenapa dirinya yang disudut menangis seperti orang yang ditinggal mati.
"MAU ALIRA! KEMBALIKAN ALIRA HUAAAA ALIRAAAA! Hiks..aku salah..aku salah..maaf..hiks..aku yang salah huhuuuu.."
Zahian menggeleng ribut, ini pasti mimpi, benar, Zahian pasti mimpi.
Dia menepuk wajahnya kuat dan benar saja, dia terbangun dengan deru napas yang kencang.
Yang dilihatnya adalah langit-langit kamar Alira, tubuh Zahian berkeringat.
Dia mendongak, menatap wajah Alira yang terlihat tertidur lelap, tangan wanita itu ada diperut Zahian.
Tanpa sadar Zahian menitihkan air mata dan menangis, mimpi tadi menyeramkan, Zahian tidak suka dengan mimpi itu.
"Huhuuu Liraaaaaaa! Hiks..LIRAAA HUAAAAAAAAA."
Terkejut, Alira terbangun dan menunduk dengan khawatir, dia bangun dan menarik Zahian agar duduk.
"Ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya nya linglung, dia masih mengantuk beneran.
Zahian bergetar hebat, dia memeluk Alira kuat dan menangis diceruk leher wanita itu.
"Jangan tinggalin aku..hiks..aku salah..aku salah..aku minta maaf..jangan pergi..hiks..aku gak suka sendirian Lira gak suka..hiks..huhuuu."
Alira membalas pelukan Zahian, menepuk punggung pria-nya pelan dan mengelusnya lembut.
"Aku gak kemana-mana, aku disini Hian."
"Aku..hiks..gak mau sendirian lagi..jangan buang aku..aku gak mau dibuang lagi..hiks..aku takut.."
"Iya Hian, tidak ada yang membuangmu..kau terlalu berharga untuk dibuang sayang.."
Getaran ditubuh Zahian mulai mereda, dia mengusapkan wajahnya dibahu telanjang Alira, menyandarkan kepalanya disana.
Tatapan mata Zahian sangat menyedihkan, dia takut, setelah dia mencintai Alira dia takut dibuang.
Dia tak mau, dia tak suka sendirian.
Kalau tak ada Alira, Zahian harus apa?
Dia juga sudah tak berminat bekerja sebagai Gigolo, Zahian hanya mau hidup bersama Alira lebih lama lagi.
"Aku mencintaimu..hiks..jangan tinggalkan aku.."
Alira terdiam, ingin percaya tapi dia takut itu hanya perkataan yang keluar disaat ketakutan Zahian, jadi Alira memilih diam dan terus mengelus punggung Zahian.
"Kau mau cemilan?"
Anggukan pelan Zahian berikan "Biar aku ambil."
"Gendong aku..hiks.."
Alira menurut, dia mengangkat tubuh telanjang Zahian yang tertutupi selimut, menggendongnya ala koala dan membawanya menuju lemari kaca khusus cemilan Zahian.
Mereka semalam selesai main jam 3, dan ini masih jam 5 pagi.
"Mau yang mana?"
Zahian menggeleng "Yang mana aja..aku lapar.."
"Kau sih kapan tidak lapar, setiap menit juga kelaparan."
"Hish!"
"Kau menjelma jadi kucing kecil lagi?"
"Aaaaaa jangan menggodaku!"
"Aku tidak, tapi kau manis, aku mau minta jatah lagi."
"Ck, beri aku makan dulu, baru aku kasih, aku butuh tenaga untuk mendesah dibawahmu Lira."
"Mulutmu itu."
Zahian mencium bahu Alira dan mencetak tanda disana, sesekali menggigitnya.
"Saking kelaparannya, kau mau memakanku?"
"Makannya cepat beri aku makan, aku lapar..hiks.."
"Sudah jangan nangis lagi, ini cemilanmu."
Zahian memeluk 2 bungkus besar chitato pemberian Alira, kemudian wanita itu mendudukan Zahian di pinggir kasur.
"Pantatmu tidak sakit?" tanya Alira.
Zahian yang baru saja membuka bungkus chitato berhenti bergerak, pipinya merona hebat.
"Tidak," jawabnya pelan.
"Wajar sih, kau kan gigolo, pasti sudah terbiasa."
Zahian menatap Alira sedih, mengingat lagi pekerjaan sialan itu, bibirnya bergetar pelan dan dia mulai menangis lagi.
Mampus Lir, nampaknya kau salah bicara.
"Hian, bukan itu maksudku."
Zahian masih menangis, tapi dia nangisnya sambil makan cemilan, jadi mulutnya penuh sama chitato tapi air mata mengalir deras.
"Hiks..aku tau..aku memang gigolo huhuuu..nyam..hiks..huhuu."
Alira menahan tawanya, bisa-bisanya dia nangis sambil kunyah cemilan.
"Maaf yah, mau susu stroberri? Biar aku ambil."
"Huum..hiks..mau 4.."
Alira hanya mampu tersenyum menghadapi napsu makan Zahian, tak apa Lira, tandanya Zahian bahagia menikah bersamamu kalau berat badannya naik.
Kerja bagus, misi untuk membuat Zahian bahagia sebelum bercerai sudah berhasil, Alira jadi bangga pada dirinya sendiri karena berhasil melakukan hal mustahil itu.
Setelah bercerai, aku yakin Zahian pasti akan sangat bahagia, aku senang jika dia bahagia saat lepas dariku, dia harus menemukan wanita yang dia cintai lalu hidup bahagia. Aku akan datang ke pernikahan Zahian nantinya jika dia menikah dengan wanita yang dia inginkan, bukan wanita sepertiku.
Ya Alira, kau benar.
🌺Bersambung🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
IMarried A Gigolo [End]
RomanceKecelakaan satu malam membuat wanita itu harus menikahi seorang gigolo di klub malam. Kesucian ya selama ini Alira jaga, harus hilang karena kecelakaan di bar malam itu, bersama seorang gigolo berwajah manis yang binal. Alira memaksa Gigolo itu agar...