🌺AlZah-32🌺

9.7K 983 147
                                    

Afakah ini happy ending? Setelah ini maw buat cerita baru, Katarina sama suami intersex nya, terus cerita cewek yang nyamar jadi cowok buat nemuin pelaku pembunuhan saudaranya, eh malah buat cowok nakal disana jadi krisis identitas.

Ini cuplikannya. "Gue mau jadi Uke lo!"

"Eh? Tapi gue—"

"GUE GAK MAU TAU! GUE MAU JADI UKE LO! GUE SUKA SAMA LO!"

Gapernah buat kek gini, jadi coba dulu.

200 vote dan 75 komen gas.

Zahian-Alira

Alira menahan napas saat melihat gedung RSJR tempat Zahian dirawat, dia menguatkan dirinya agar bisa masuk ke dalam.

Ilan disebelahnya hanya bisa diam dan mengelus bahu Alira.

"A-ayo masuk, Hian pasti baru selesai sarapan."

Alira mengangguk, mereka masuk ke dalam gedung utama dan berjalan perlahan, keadaan lorong sepi karena perawat sedang bertugas masing-masing.

Langkah Alira dibawa dengan cepat, dia mau bertemu Zahian secepat mungkin.

"Kamarnya nomor berapa?"

"Nomor..5."

Alira menemukan nomor kamar Zahian, dengan segera dia kesana yang dimana sudah dinanti Kepala Perawat.

"Buk Lira, Zahian sudah selesai sarapan dan saat ini sedang melukis."

Alira mengangguk, pintu kamar itu terbuka dan menampilkan sosok bertubuh kurus dengan kaus putih serta celana pendek.

Dia pakai celemek khusus melukis miliknya, rambut selehernya kini tengah diikat tengah seperti Eren Yeager.

"Alira cantik, Alira istri Zahian, kapan Alira datang sih...Zahian kangeeeen!"

Alira terkekeh pelan, melihat jelas lukisan yang Zahian buat adalah wajah Alira yang sedang tersenyum manis.

Sangat indah dan luar biasa.

"Kangen Alira.."

"Lira juga kangen Hian."

Deg!

Zahian menegang, dia berhenti melukis kemudian memukul kepalanya pelan "Ada suara Lira dikepalaku.." bisiknya bergetar.

Tawa Alira pecah, dia memeluk Zahian dari belakang kemudian mencium pipinya lembut.

"Hian, Lira datang. Mau jemput Zahian lagi."

Tubuh Zahian bergetar, isakan terdengar semakin kuat saat Alira mengelus rambut Zahian.

"I-ini mimpi ya.."

"Bukan sayang."

"Hiks..huhuu..Liraaaaa! HUAAAAAA ALIRAAAAAA."

Zahian berbalik dan menerjang Alira kuat, menangis diceruk leher Alira kuat, dia tak mau melepaskan pelukannya sedikitpun.

Alira bisa merasakan tubuh Zahian sangat kurus, menyedihkan, padahal sebelum Alira pergi, pria ini sangat montok dan berisi.

Sekarang malah sangat kurus, bahkan saat ini tulang punggungnya bisa Alira rasakan.

Dimas dan Aman mengintip dari luar, melihat temannya bahagia, kapan ya Adeline datang lagi pada Dimas.

"Kangen Adel.."

Aman sendiri kemudian memeluk Alen erat "Sayang Alen~"

Kasihan Dimas, pundung sendirian karena istrinya lagi kuliah di Amerika sana.

"Mau pulaaang..hiks..mau pulang ke rumah kita lagi..hiks.."

"Iya sayang, kita pulang ya, kita pulang."

Zahian mengangguk, 4 bulan 1 minggu adalah waktu dimana Zahian menunggu Alira menjemputnya.

Ibu Panti gak bohong, Alira benar-benar menjemputnya.

.....

"LIRA POHON MANGGA NYA UDAH TUMBUHH!" pekiknya riang saat mereka sudah sampai di rumah mereka.

Rumah yang selama ini diurus Ibu Panti dengan baik, Zahian bahagia melihat pohon mangga yang dia tanam dibelakang rumah sudah menjulang tinggi.

Bahkan sudah ada buahnya.

Alira terkekeh pelan, Ilan sendiri lagi tidur di kamar lamanya, akhirnya kembali ke rumah ini lagi.

Ilan lebih nyaman disini, bersama Alira dan Zahian, lebih baik begini saja seterusnya.

"Sayang udah, ayo masuk, kamu harus makan banyak biar gemuk."

Zahian mengangguk, dia merentangkan tangannya dengan manja.

"Liraaa, aku lapar~" pintanya seraya memeluk leher Alira erat.

"Baik sayang, ayo makan siang sekalian makan cemilan."

"Yeay cemilan!"

Kulkas di rumah Alira menanti untuk diisi lagi.

"Nanti malam kita belanja yuk." rengek Zahian memelas.

"Ayo, belanja sebanyak apapun yang kau mau sayang."

"Yes!"

Zahian mau beli cemilan yang banyak, jalan-jalan, menghabiskan waktu bersama Alira lebih lama lagi berdua.

"Tapi..Hian."

Zahian menatap Alira heran, ada apa lagi?

"Kenapa?"

Alira tersenyum sendu "Sebelum kita rujuk, aku mau bilang sesuatu."

"Bilang apa?"

Alira menghela napas panjang, jantungnya berdegup tak terkira saat ini.

"Aku..tidak bisa punya anak, rahimku lemah karena dulu waktu SMP pernah kecelakaan parah, jadi kalau kita rujuk..kau tak akan punya keturunan denganku."

Zahian terpaku sejenak, dia kaget sekaligus shock.

Tapi tak lama dia memeluk Alira kembali dan mengelus rambutnya.

"Gak butuh anak, yang penting kita selalu sama-sama...Hian hanya cukup sama Alira aja..gak perlu anak."

Alira meneteskan air matanya dan mengangguk, untung Zahian tak mempermasalahkan hal itu.

Kalau Alira saja tak mempermasalahkan perihal pekerjaan Zahian, maka Zahian tak akan mempermasalahkan perihal kemandulan Alira.

Tak apa, hany perlu mereka berdua saja, tak perlu anak.

Kebahagiaan tak selalu dari anak, tak apa.

🌺Bersambung🌺

IMarried A Gigolo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang