'PRICILL POV'
Raina keluar meninggalkan ku sendiri dikamar. Aku terus menangis tanpa peduli makanan yang telah Raina buat. Aku terus memikirkan Zayn. Aku masih tidak percaya Zayn membentakku dan tidak mempercayaiku lagu. Dan lebih parahnya lagi dia mengatakan aku 'jalang'. How hurts?
Tiba tiba kepalaku sangat sakit. Sakit sekali. Aku tidak tau ini kenapa. Sakit sekali. Dan penglihatanku semakin buram, dan menjadi gelap.
'ZAYN POV'
"Sus, kamar Pricill Cytya Enson nomor berapa?" tanyaku pada suster.
Suster itu pun terus melihat dokumen yang isinya adalah nama nama pasien.
"VIP450. Anda lurus sampai buntu dan berbelok ke kanan."kata suster tersebut.
"Terima kasih." aku pun segera berlari menuju ruang Pricill. "Zayn!!" teriak seseorang. Raina rupanya. Aku segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaan Pricill?" tanyaku pada Raina yang masih khawatir terhadap Pricill.
"Tidak tau. Dokter masih memeriksanya. Tapi saat aku membangunkannya dia panas sekali dan pingsan. Mungkin tadi malam dia tidak makan. Dia terus menangisi kau Zayn!" jelas Raina panjang lebar.
Mendengar perkataan Raina aku menjadi merasa bersalah dan menyesal.
Ceklek!!
Pintu ruangan Pricill terbuka menampakkan seseorang memakai jas putih. Ya, dokter. Aku pun langsung menghampiri dokter tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan Pricill?" tanyaku tak sabaran.
"Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, saya ingin bertanya. Apakah Pricill menangis semalaman?" tanya dokter tersebut. Raina pun melirik ke arahku.
"Iya dok. Dia menangis semalaman dan tidak makan juga." jelas Raina. Hft, ini salahku.
"Baiklah. Keadaan Pricill tidak apa apa. Dia hanya demam biasa. Yang menyebabkan dia seperti ini karena terlalu lama menangis. Dia tidak boleh terlalu lama menangis. Kalau begitu saya tinggal dulu. Kalian bisa masuk. Tapi Pricill masih belum sadarkan diri. Dan ini resep obatnya" ucap dokter itu dan berlalu pergi.
Kami--Raina dan aku masuk ke ruangan Pricill. Kulihat Pricill terbaring lemah. Wajahnya yang pucat sekali. Aku pun duduk di samping ranjangnya. Aku terus menggenggam tangannya.
"Rain, aku sangat menyesal atas perbuatanku kemarin yang menyebabkan dia seperti ini. Aku yang menyebabkan dia seperti ini." ucapku. Raina hanya mengehela nafas.
"Sudahlah, Zayn. Kau tak perlu menyalahkan dirimu. Ini bukan sepenuhnya kesalahanmu. Kau harus banyak belajar dari kejadian ini." ucap Raina. Aku hanya mengangguk.
"Terima kasih" ucapku tersenyum kepada Raina. Raina hanya tersenyum sebagai balasannya.
"Zayn sebaiknya kutinggal dulu. Aku harus membeli obat untuk Pricill." aku hanya mengangguk.
Aku terus memperhatikan Pricill yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
"Kau tau, Pricill? Aku terus memikirkanmu tadi malam. Aku menyesal atas perbuatanku padamu kemarin. Aku sangat frustasi malam itu. Aku mengurung diri dikamar. Aku sangat sangat menyesal. Maafkan aku atas perbuatanku kemarin. Dan maafkan aku, karena aku kau jadi seperti ini." ucap ku sambil terus menggenggam tangan Pricill.
Aku menenggelamkan wajahnya pada tangan Pricill. Setelah beberapa menenggelamkan wajahnya pada tangan Pricill, tiba tiba tangan Pricill bergerak. Aku pun mendongak untuk melihat Pricill.
"Pricill?" ucapku. Pricill pun menghiraukan panggilan dariku.
"A..aku dimana?" ucap Pricill sambil terus memijat keningnya.
"Kau berada dirumah sakit. Kau pingsan" jelas Zayn. Pricill hanya mengangguk.
"Pricill?" panggil Zayn. Pricill hanya menoleh.
"Maafkan aku atas sikapku yang kemarin. Karena aku kau jadi seperti ini. Aku sangat menyesal." Ucapku. Pricill hanya mengalihkan pandangannya menuju jendela.
"Aku tidak tau" ucap Pricill.
"K..kenapa? Aku sangat menyesal"
"Aku....aku butuh waktu" aku hanya terdiam.
Ceklekk
Pintu ruangan Pricill terbuka. Raina pun masuk sambil membawa obat Pricill.
"Pricill? Kau sudah sadar?" tanya Raina.
"Seperti yang kau lihat." ucap Pricill sambil tersenyum.
"Kalau begitu aku akan panggilkan dokter." tanpa persetujuan dari Pricill, Raina pun keluar ruangan. Kami--aku dan Pricill dilanda keheningan. Canggung sekali.
"Pricill? Kenapa kau butuh waktu?" tanyaku spontan membuat Pricill terkejut.
"Aku belum siap. Aku masih trauma atas kejadian kemarin. Dan ditambah kau mengatai aku 'jalang'. Dan kau juga menyamakanku dengan mantanmu. Kau tau? Aku tak suka disamakan dengan orang lain." aku terkejut mendengarnya.
"Maafkan aku. Ini semua salahku. Aku sangat menyesal. Sungguh, aku tidak bermaksud mengatakan kau jalang. Tapi sungguh kau bukan jalang. Forgive me, Pricill" ucapku dengan mata yang berkaca kaca.
Ceklekk
Pintu ruangan Pricill terbuka, dan masuklah dokter.
"Selamat Pagi, Pricill. Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" tanya Dokter yang kurasa bernama David.
"Pagi, Dokter....?"
"David" aha! Benar.
"Bagaimana keadaanmu, Pricill?" tanya dokter tersebut.
"Ya seperti yang kau lihat dok." ucap Pricill tersenyum.
"Baiklah. Saya periksa dulu" Dokter David pun memeriksa Pricill.
"Hm keadaanmu sudah membaik Pricill. Sudah ada peningkatan." ucap Dokter David.
"Terima kasih, dok. Hm kapan saya bisa pulang dok?" tanya Pricill.
"Malam ini anda bisa pulang. Kalau begitu saya tinggal dulu. Banyak banyak istirahat Pricill" nasihat dokter David.
"Baik dok. Sekali lagi terima kasih dok." dokter David hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Pricill, malam ini aku antar pulang ya" ucapku.
"Tidak perlu. Itu akan merepotkanmu" ucap Pricill tanpa menoleh ke arahku.
"Tidak merepotkan, Pricill. Kau kekasihku, tidak mungkin kau merepotkanku." ucapku.
'PRICILL POV'
Apa yang baru saja aku katakan? Aku tidak tau? Aku butuh waktu? Yang benar saja. Itu kebohongan besar. Aku sudah memaafkanmu, Zayn. Kenapa kata kata itu keluar. Batinku
"Pricill, malam ini aku antar pulang ya?" ucap Zayn.
"Tidak perlu. Itu akan merepotkanmu" ucapku. Ya tuhan, jahatnya aku.
"Tidak merepotkan, Pricill. Kau kekasihku, tidak mungkin kau merepotkanku." aku terkejut. Aku ini kekasihnya. Sungguh, kekasih macam apa aku?
Aku pun menatap Zayn yang rupanya menatapku juga. Zayn pun tersenyum ke arahku. "Baiklah" ucapku.
----------
HAIII. SORRY LATE UPDATE.
Voment ya guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
Stole My Heart × z.m
Fanfiction"Zayn Malik: Aku sangat susah jatuh cinta sebenarnya. Dan pasti tidak ada yang bisa mencuri hatiku. Mantan mantanku? Mereka baru bisa membuat aku 'menyukai' mereka, bukan 'mencintai' mereka. Tapi setelah bertemu dengannya, begitu cepatnya dia membua...