Chapter 30

3K 269 16
                                    

"Sudah siap dandannya nona?" Raina mendengus kesal.

"Ya sudah. Ayo! Kamu mau telat lagi? Seperti kej--"

"Shut up!" Raina hanya terkekeh.

Aku mulai menjalankan mobil menuju sekolah.

"Ohya Raina. Aku butuh pendapatmu."

"Pendapat apa?"

"Aku ada rencana untuk menyusul Mom dan Dad di Paris. Mungkin aku akan menetap disana selama bertahun tahun. Aku ingin secepatnya menuju Paris. Ya mungkin lusa aku akan pergi atau mungkin besok. Jadi menurutmu?" Kulihat raut wajah Raina sangat terkejut.

"Ap..apa? Kau akan menetap di Paris selama bertahun tahun?" aku mengangguk.

"Iya. Apa itu salah?" aku menaikkan sebelah alisku.

"Kapan kau akan berangkat?"

"Mungkin lusa." Raina semakin membulatkan matanya. Kenapa dia?

"Kau kenapa?" tanyaku.

"Secepat itu? Kurasa itu bukan waktu yang tepat. Dan kau akan meninggalkan aku disini, dikota London selama bertahun tahun? Begitu?" Astaga aku tidak sampai kepikiran kesitu.

"Astaga. Aku minta maaf. Sungguh aku tidak teringat dengan nasib kamu di London. Maaf."

"Tidak apa. Jadi kau akan benar benar pindah ke Paris?" aku terdiam. Aku ingin sekali menyusul Mom dan Dad.

"Bagaimana ya? Aku ingin sekali menyusul Mom dan Dad. Tapi aku juga memikirkan nasibmu disini. Sepertinya aku tidak jadi pindah ke Paris." Raut wajah Raina berubah jadi senang.

Raina pun memelukku. "Yey! Thanks Pricill. Kau baik sekali masih memikirkan nasibku."

"Hey! Le..pas! Ak..u tidak bisa ber..nafas." Raina pun segera melepas pelukannya. Aku mulai bernafas lega.

"Sorry."

Tanpa terasa aku dan Raina sudah sampai di gerbang sekolah. Aku segera memakirkan mobilku.

"Ayo turun!" Aku dan Raina turun dari mobil. Raina pun melihat kanan kiri. Oh aku tau dia sedang mencari siapa.

"Heh! Itu." aku menunjuk Niall yang sedang duduk dikursi taman sekolah sambil memainkan handphonenya. Raina menyengir.

"Okay, thanks. Aku tinggal dulu ya. Bye!"

"Bye!" Raina berlari menghampiri Niall. Ya seperti biasa Niall selalu memeluk Raina dan mencium puncak kepala Raina. Aku tersenyum melihatnya.

Aku berjalan menuju kelas sendiri. Aku dan keempat sahabatku berbeda kelas. Aku masuk kelas seni, dan mereka masuk kelas sejarah. Seperti biasa keahlianku adalah berjalan menunduk.

Dan sekarang aku sampai didepan kelasku. Aku pun masuk kedalam kelas. Semua kursi sudah penuh. Tersisa satu kursi disebelah...Zayn. Benarkah aku harus duduk disebelahnya? Aku mencoba mengumpulkan keberanianku. Dengan beberapa keberanian yang sudah terkumpul, aku berjalan perlahan lahan menuju meja tersebut.

Sampai akhirnya aku berhenti tempat didepan meja itu. Aku menatap Zayn dengan tatapan..entahlah(cek mulmed). Zayn masih fokus pada handphonenya. Dia belum menyadari keberadaanku.

Aku mulai duduk disebelahnya. Mr.Geo pun mulai memasuki kelas.

"Aku senang kau sudah sehat kembali." aku terkejut. Siapa yang berbicara? Apakah Zayn? Zayn berbicara padaku? Aku menoleh kearahnya. Dia terfokus pada Mr.Geo. Tidak mungkin. Jadi siapa yang berbicara padaku?

"Aku berbicara padamu." aku melihat ke arah Zayn. Benarkah? Tapi wajahnya masih fokus pada Mr.Geo.

"Zayn kau berbicara padaku?" tanyaku. Zayn tidak menjawab. Menyebalkan.

Stole My Heart × z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang