Chapter 5

5.5K 515 13
                                    

'PRICILL POV'

Aku sedang dalam perjalan pulang bersama Dad dari sekolah. Selama perjalanan aku terus memikirkan Zayn. Aku merasa senang bisa bertemu Zayn kembali.

Senang bisa bertemu Zayn lagi. Bertemu seseorang yang sangat tampan, jambulnya yang sangat keren, mata hazelnya, dan senyumnya yang bisa membuat para wanita meleleh melihatnya. Setiap di dekatnya aku selalu nyaman. Apakah dia seperti itu juga denganku? Aku harap begitu. Sepertinya aku menyimpan rasa spesial kepadanya. Apakah dia seperti itu juga? I hope so.

"Hey. Dari tadi Dad perhatikan kau melamun. Kau sedang memikirkan apa?" Suara Dad membuatku terbangun dari lamunanku.

"Eh uh hm.. Tidak Dad." Jawabku.

"Kau berbohong pada Dad. Kau tidak bisa berbohong pada Dad. Dad tau persis kau bagaimana. Jadi ceritakan saja pada Dad. Apa kau sudah menemukan seseorang yang spesial di sekolah itu, huh?" Goda Dad. Aku pun hanya menggelengkan kepala.

"Tidak Dad. Aku hanya lelah bersekolah tadi Dad." Lagi lagi aku berbohong pada Dad.

"Baiklah." Jawab Dad pasrah. Dad pun mempercepat laju mobil agar segera sampai di rumah.

Setelah sampai di rumah. Aku segera menuju lantai atas segera masuk menuju kamar dan merebahkan diri. Tanpa di sadari aku langsung tertidur lelap.

--

"Pricill... Bangun, honey!! "

Aku pun terbangun dengan gontai berjalan menuju pintu dan membuka pintu kamar. Tepat di depan pintu Mom berdiri sambil menyodorkan secarik kertas dan uang.

"Sekarang kau berbelanja. Dan beli semua bahan bahan makanan yang sudah Mom buat. Ayo sekarang kau langsung berganti baju dan pergi ke supermarket."

"Hah? Mom aku sangat lelah. Aku ingin beristirahat. Pliss Mom..." Aku memohon pada Mom agar tidak berbelanja.

"Tidak. Ayo cepat!" Mom pun pergi meninggalkanku. Aku dengan malas pun segera berganti baju dan segera menuju lantai bawah.

Aku melihat Dad sedang menonton televisi di ruang keluarga. Dan aku pun segera menghampiri Dad.

"Dad, ayo!"

"Mau ke mana?" Tanya Dad. Dengan bingung akubpun menjawab. "Ke supermarket Dad."

Dad pun segera bangkit dari tempat duduknya "Pergi saja naik taksi."

"Hah? Dad ak--" belum aku lanjutkan bicaraku, Dad sudah pergi meninggalkanku menuju dapur. Ayolah aku sangat lelah. Tidak ada kah yang kasihan padaku? Kau tau?.

Aku pun keluar dan mencari taksi. Sesampainya aku di supermarket, aku langsung membeli bahan makanan.

"Susu.. Di mana ya? Susu. Susu." Kataku berbicara sendiri sambil masih terfokus mencari kota susu.

BRUKKK...

"Aduhh maaf. Aku tidak sengaja. Maafkan aku" Saat aku menoleh kepada orang yang kutabrak tadi, wajahnya tidak asing bagiku. Zayn.

"Pricill? Tidak apa apa. Hanya tabrakan kecil kok. Ohya, sedang apa kau disini?" Tanya Zayn dengan wajah ceria.

"Ah eh aku hanya membeli bahan makanan untuk dirumah. Persediaan makanan dirumahku telah habis. Kau sendiri? Sedang apa kau disini?" Tanyaku balik.

"Sama sepertimu. Hey kita kok bisa sama ya? Bertemu di tempat yang sama dan sedang dalam masalah yang sama?" Tanya Zayn sambil menggelengkan kepala.

"Entahlah. Hahaha" Jawabku sambil tertawa.

"Mungkin ini yang namanya jodoh hahaha." Tawa Zayn. Aku yang sedari tadi tertawa, berhenti ketika mendengar apa yang Zayn katakan. Seketika tubuhku mulai memanas. Sepertinya wajah ku sudah seperti kepiting rebus. Ada rasa senang pada perasaanku saat Zayn berkata seperti itu. Ahh aku sudah mulai blushing. Ah tidakk..

"Hahaha jangan kau hiraukan apa yang kukatakan tadi. Aku hanya bercanda. Pipimu merah."

Aku menghela nafas lega dan mulai malu. Tapi ada rasa kecewa ketika dia berkata "hanya bercanda". Ahh sepertinya aku mulai menyukainya.

"Apakah semua belanjaanmu sudah lengkap?" Tanya Zayn. "Belum. Hanya kotak susu yang belum ku temukan. Kau sendiri bagaimana?"

"Aku sudah selesai. Sudah lengkap. Mau ku bantu?" Tanya Zayn. "Terserah" sambil mengangkat sebelah alisku.

Zayn pun segera melihat ke arah rak yang berisi makanan. Aku pun begitu.

"Ini susunya." Kata Zayn sambil menyodorkan kotak susu padaku. Aku pun segera mengambilnya "Terima kasih Zayn."

"Ayo kita menuju kasir." Aku pun mengangguk dan berjalan di sampingnya. Badannya yang tegap dan tinggi. Aku lebih pendek darinya. Kira kira mataku sejajar dengan bahunya.

Aku pun antri tepat di depannya dan membayar bahan makanan yang ku beli. Aku pamit dengan Zayn dan segera keluar menuju halte. Aku menunggu taksi lewat. Tapi tidak ada.

"Aduh lama sekali taksinya. Mana sih??" Gumamku sambil melihat kanan dan kiri.

Tiba tiba mobil hitam berhenti di depanku. Dan seseorang di dalamnya segera membuka jendela mobil. Zayn rupanya.

"Hey pulang denganku yuk?" Tawar Zayn. Aku bingung harus menjawab 'Ya' atau 'Tidak'.

"Jangan melamun. Ayo masuk sekarang." Aku pun mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil Zayn tidak henti hentinya memberi lelucon padaku. "Hey aku baru tau kalau pohon sekarang sudah ada daunnya" Zayn lagi lagi membuat lelucon.

"Zayn cukup!! Hahaha aku sudah sakit perut karena lelucon mu itu. Dan sekarang menangis." Peringatku.

Aku merasa nyaman di dekatnya. Aku berharap kejadian ini terus berlanjut.

"Baiklah. Sekarang kita ke arah mana?" Tanya Zayn. "Arah kiri." jawabku. "Terus?"

"Arah kiri lagi." jawabku sambil melihat ke arah jalan. "Nah. Berhenti di rumah berwarna putih itu." aku menunjukkan rumah ku pada Zayn. Zayn pun segera berhenti di rumah putih milikku.

"Ini rumahmu? Besar dan indah sekali." Puji Zayn. "Bisa saja. Terima kasih Zayn kau sudah mengantarku sampai ke rumah. Dan terima kasih atas leluconmu itu."

"Samaa, princess." Aku yang mendengarnya hanya tertawa sambil menahan malu. Aku segera membuka pintu mobil Zayn. Saat ingin keluar, tanganku ditahan oleh Zayn. Genggamannya masih sama saat pertama kali bertemu. Mungkin sekarang lebih lembut. Aku pun terduduk kembali.

"Bolehkah aku meminta nomor telephonemu?" Tanya Zayn.

"Tentu saja." jawabku dengan senyum manis. Zayn segera memberi handphonenya agar aku mengetik nomorku di handphonenya. Setelah selesai aku mengembalikannya. "Terima kasih. Besok aku akan menjemputmu untuk berangkat sekolah bersama." Ucap Zayn. Aku hanya mengangguk menandakan 'setuju' dengan ajakannya.

Aku pun segera masuk ke dalam rumah dan menuju dapur di mana Mom berada. "Mom sudah kubelanjakan semuanya. Dan ini uang kembaliannya." aku segera memberikannya pada Mom. "Terima kasih honey" ucap mom. Aku hanya mengangguk dan segera menuju kamar. Aku langsung merebahkan diri di atas kasur.

Handphone ku berbunyi.

From : Unknow Number

Hey princess. Good night. Sampai jumpa besok.
By: Zayn Malik

Aku yang melihatnya tersenyum dan segera membalasnya.

To: Zayn Malik

Good night too.

Setelah membalas pesan dari Zayn, aku pun segera menaruk handphoneku di meja tepatnya disamping kasurku dan segera tidur.

--

Heyy para readerrrsss. Yang sudah baca part ini segera di voment ya. Dan maaf kalo ada yang gak nyambung atau typo. Tysm

Ilysm

Stole My Heart × z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang