Saat ini David tengah menjenguk Vania di rumah Ryan, di sana juga ada Ryan yang terlihat seperti mengawasi mereka.
Mereka berbincang seperti biasa, namun Vania terlihat sangat senang. Sikap itu belum pernah Ryan lihat ketika Vania berbicara dengannya, sehingga Ryan menyadari sesuatu.
Ternyata Vania mencintai David, mungkin itu alasan dia menganggap ku dingin.
Batin Ryan sembari terus memperhatikan Vania dan David, namun sepertinya David terlihat bahagia juga. Ryan yang merasa muak dengan suasana itupun berdiri dari tempat duduknya sambil berdeham, sehingga atensi David dan Vania teralihkan kearah Ryan.
"Aku akan pergi dulu sebentar, jangan macam-macam di rumahku." Ujar Ryan lalu berjalan pergi.
"Kau lihat bukan? Dia sangat dingin dan menyebalkan." Kata Vania. David tersenyum.
"Jangan bicara seperti itu, Ryan sedari dulu memang begitu tapi hatinya baik." Jelas David sembari memangku Kai di pahanya.
"Tapi aku kurang nyaman berada di sini, lagi pun dia tidak bersikap hangat kepada ku dan lagi dia jarang berada di rumah." Ucap Vania mengutarakan semua uneg-uneg nya.
David tersenyum penuh pengertian lalu ia berkata.
"Perlahan kamu juga akan merasa nyaman berada di sini, ini juga demi keselamatan mu Vania. Ryan bersikap begitu mungkin karena lelah, maklum saja dia seorang CEO perusahaan besar jadi waktu luangnya sedikit. Mungkin itu sebabnya ia jarang berada di rumah. " Jelas David, Vania mengangguk mengerti.
"Mungkin kamu benar, aku tidak berfikir ke arah sana..." Kata Vania sembari menghela napasnya pelan.
"Tidak apa."
Setelah beberapa saat, David memutuskan untuk pulang kerumahnya mengingat hari sudah malam.
Ryan mengambil ponsel milik Vania yang tertinggal di meja ruang tamu, Ryan melihat foto David yang di jadikan wallpaper ponsel oleh Vania. Ryan tersenyum miring.
"Dasar..." Kata Ryan lalu menyembunyikan ponsel Vania di bawah sofa, namun Ryan menonaktifkan nada dering ponsel Vania sehingga Vania tidak tau ponselnya berada di mana.
Ryan benar-benar merasa muak dengan situasi di rumahnya ini.
Tak lama setelah itu Vania datang mencari ponselnya di segala tempat sampai-sampai membolak-balik kan bantal di sofa yang tengah di duduki oleh Ryan.
"Apa yang kau cari? Kau sangat menggangguku." Kata Ryan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah ia baca.
"Aku mencari ponselku, apa kau melihatnya?" Tanya Vania sembari terus mencari ponselnya di bawah meja dan di bawah televisi.
"Tidak." Jawab Ryan tak berdosa, Vania menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Vania merasa frustasi ia duduk di samping Ryan yang tengah sibuk membaca buku.
"Aku harus mencari nya kemana lagi? Padahal semua tempat sudah aku telusuri tapi tetap saja tidak menemukannya....Arghhh!" Kata Vania sembari memberantak kan rambutnya karena kesal.
Atensinya teralihkan ke arah Ryan yang terlihat sama sekali tidak peduli.
"Hei, bisakah kau membantuku?" Tanya Vania dengan nada malas.
"........"
Ryan tidak merespon, Vania menghela napasnya gusar lalu berjalan pergi tanpa permisi.
Vania berjalan menghentakkan kakinya dengan kasar karena kesal dengan sikap Ryan yang di nilai olehnya sebagai orang yang sombong dan menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙶𝚄𝙰𝚁𝙳𝙸𝙰𝙽 𝙰𝙽𝙶𝙴𝙻 [𝙴𝙽𝙳]
WerewolfSkip aja kalo gak suka(ノ`Д')ノ彡┻━┻ [DILARANG KERAS UNTUK MENG-COPY/MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN!] Ini murni imajinasi author yah, jika ada kesamaan nama tokoh, latar, dan cerita, itu hanya kebetulan saja dan tidak bermaksud untuk meniru. SEMOGA MENGHIB...