25 Kesalah Pahaman Berujung Salah Tingkah

33 10 0
                                    

Saat ini Vania tengah berjalan di lorong kastil, ia tak sengaja berpapasan dengan Ethan yang juga tengah berjalan melewati lorong.

"Selamat pagi, Ethan." Sapa Vania.

"Pag, Vania." Sahut Ethan sambil tersenyum sejenak. Ethan kembali melanjutkan langkah kakinya, Vania menggenggam lengan kiri Ethan.

Langkah kaki jenjang Ethan terhenti ketika Vania menggenggam lengan kirinya.

"Ethan, kenapa kamu bersikap seperti ini?" Tanya Vania, Ethan tidak menjawab.

"Jawab aku Ethan... Kenapa kamu bersikap seperti ini?.. apa aku memiliki kesalahan?...." Ucap Vania kembali bertanya, Ethan mengalihkan atensinya ke arah Vania saat mendengar suara Vania yang terdengar seperti hendak menangis.

"Vania..." Ucap Ethan, ia menatap intens manik mata Vania yang bergetar.

"Maafkan aku jika aku memiliki kesalahan... Aku benar-benar minta maaf Ethan..." Ujar Vania, air mata Vania menetes tanpa permisi. Ethan yang melihat hal itu langsung menyeka air mata Vania menggunakan ibu jarinya.

"Jangan menangis, Vania. Semua ini bukan salah mu. Aku tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu, hanya saja jika aku melihat mu bersama Ryan entah kenapa hati ku terasa sakit. Aku hanya ingin melupakan perasaan ini, Vania." Jelas Ethan.

"Tapi kenapa kamu tidak pernah bicara kepada ku kalau kamu menyukai ku? Jika kamu bilang aku pasti akan merespon nya dengan baik. Tapi kenapa kamu malah baru menyatakan nya sekarang?" Mendengar hal itu Ethan terdiam sejenak kemudian ia merengkuh tubuh Vania dan membiarkan Vania berada di dalam pelukannya.

"Maafkan aku, Vania. Aku tidak tau cara untuk menyatakannya. Aku minta maaf, aku tidak bermaksud acuh kepada mu." Kata Ethan, Vania menangis di pelukan Ethan entah kenapa perasaan Ethan terasa begitu sakit saat melihat Vania menangis.

Perlahan Ethan mengelus bahu Vania dengan lembut.

"Vania apa kau melihat___" Ucapan Ryan terhenti ketika melihat Vania yang saat ini berada di dalam pelukan Ethan.

Ryan menatap mereka tanpa ekspresi, Vania menyadari keberadaan Ryan di sana. Ia langsung melepaskan pelukannya dari Ethan.

"Ryan." Kata Vania, Ethan ikut mengalihkan tatapannya ke arah Ryan yang saat ini tengah menatap mereka berdua.

Ryan menggelengkan kepalanya sebelum pada akhirnya ia berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Ryan!" Panggil Vania namun Ryan terus berjalan pergi tanpa menghiraukan panggilan Vania.

"Vania." Panggil Ethan, Vania mengalihkan tatapannya ke arah Ethan.

"Kejar Ryan." Sambung Ethan menyuruh Vania untuk mengejar Ryan, Vania mengangguk kemudian berlari mengejar Ryan.

"Ryan, berhenti! Dengarkan aku dulu." Ucap Vania sembari terus berlari mengejar Ryan yang sudah jauh dari pandangan matanya.

"Ryan!" Vania terus memanggil nama Ryan sembari terus berlari, Ryan benar-benar kejam membiarkan Vania berlari mengejarnya dan ia sama sekali tidak berhenti berjalan. Mungkin karena kesal, maklum saja Ryan itu tipe orang yang pemarah.

Tiba-tiba saja Vania memiliki ide yang bagus untuk menarik perhatian Ryan.

"Ryan... Aku mohon dengarkan aku dulu..." Ucap Vania dengan suara yang lemah, ia pun berhenti berlari kemudian meletakan tangan kanan di dadanya lalu ia berpura-pura terbatuk-batuk seolah-olah dadanya terasa sesak.

Vania merintih kesakitan, ia menyandarkan tangan kirinya di tembok. Ryan menghentikan langkah kakinya, ia mengalihkan atensinya ke arah Vania.

Ryan langsung berlari menghampiri Vania kemudian memapah tubuh gadis cantik nya itu.

"Vania, apa kau baik-baik saja?" Tanya Ryan yang sepertinya terlihat khawatir.

"Ryan, dada ku terasa... Sesak." Jawab Vania, sepertinya itu berhasil menarik perhatian Ryan.

"Benarkah? Maaf semua ini salah ku. Ayo sebaiknya kita obati dulu."

"Tidak perlu, Ryan. Aku hanya ingin memberitahu mu bahwa kamu salah paham. Aku tidak bermaksud untuk menduakan mu." Jelas Vania, Ryan terdiam menunggu perkataan Vania berikutnya.

"Aku hanya kecewa dengan sikap Ethan yang mengacuhkan ku, entah kenapa aku menangis saat aku berbicara apa adanya dan dia tiba-tiba saja memelukku..." Sambung Vania, Ryan masih menatap Vania tanpa ekspresi dan tatapan itu membuat Vania merasa gugup karena ia takut Ryan membaca isi hatinya.

"Apa kau sedang mempermainkan ku, Vania?" Tanya Ryan.

"A-apa maksud pertanyaan mu Ryan?" Ucap Vania kembali bertanya.

"Kau berbohong kepada ku kalau kau sakit dan sekarang kau malah mengoceh." Jawab Ryan.

Eh? Aku kira dia tau kejadian tadi... Tapi ternyata tidak.

Batin Vania, Vania menggapai lengan kanan Ryan lalu menggandengnya.

"Aku tau. Kau cemburu bukan?" Goda Vania.

"Aku? Cemburu? Jangan bercanda." Kata Ryan, Vania tertawa kecil lalu menepuk lengan Ryan.

"Jika kau ingin berbohong, sebaiknya kau harus melatih raut wajah mu Ryan." Ujar Vania lalu kembali tertawa.

"Vania kau ini..." Ryan menghela napasnya pelan.

"Aku tidak akan pernah bisa marah kepada mu walaupun sebenarnya aku kesal." Kata Ryan, Vania tersenyum mendengar hal itu.

"Benarkah? Aku juga sama seperti mu." Ucap Vania. Tiba-tiba saja ia mengecup pipi kiri Ryan, lantas Ryan yang menyadari hal itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Vania.

"Aku harus pergi, dah Ryan..." Ujar Vania kemudian berjalan pergi tanpa dosa, sementara Ryan masih menatap Vania sembari memegang pipi kirinya.

"Dasar gadis itu. Hei kembali! Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan pernah terlupakan." Ucap Ryan lalu berjalan mengejar Vania.

Kemarahan Ryan menghilang karena sikap manis Vania, gadis itu memang tau cara mencairkan suasana bahkan mengubah sikap Ryan yang dulunya sangat acuh kepadanya dan sekarang berubah menjadi lebih peka ya walaupun Ryan menjadi lebih cemburuan dari pada biasanya.

•••••

Selamat membaca 😊

𝙶𝚄𝙰𝚁𝙳𝙸𝙰𝙽 𝙰𝙽𝙶𝙴𝙻 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang