Malam harinya Vania melihat ayahnya yang tengah duduk bersama dengan Ryan di lobi kastil mereka.
Lantas Vania pun berjalan menghampiri mereka.
"Ayah." Panggil Vania, lantas atensi mereka langsung teralihkan ke arah Vania.
"Vania, coba kamu jelaskan apa yang terjadi." Kata ayah Samuel sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.
Vania menatap Ryan sejenak sebelum akhirnya ia kembali menatap sang ayah.
"Jadi begini ayah. Kai adalah anak dari orang tua yang merawat ku....." Vania pun menceritakan semuanya pada ayah Samuel secara detail dan jelas.
Beberapa saat kemudian....
"Jadi ayah kandung Kai memintaku untuk merawatnya selayaknya orang tua kandungnya, mengingat aku membawa Kai saat dia masih berumur dua bulan. Jadi Kai menganggap ku dan Ryan adalah kedua orang tua nya karena kita berdua yang merawat Kai." Jelas Vania, ayah Samuel kelihatan menghela napasnya pelan.
"Ternyata begitu..." Kata ayah Samuel.
"Karena itu ayah tidak perlu khawatir. Lagi pun Ryan yang selama ini menjagaku, sama seperti Ethan." Ucap Vania yang di balas anggukan oleh ayah Samuel.
"Ryan, terimakasih karena sudah menjaga putriku dengan baik. Ini, ambil lah gelang ini karena ini bisa membantu mu melawan musuh yang kuat." Kata ayah Samuel sembari memberikan sebuah gelang kepada Ryan, lantas Ryan pun langsung mengambil gelang tersebut.
"Terimakasih banyak tuan." Ucap Ryan berterimakasih kepada ayah Samuel.
Sedangkan ayah Samuel hanya tersenyum, ia mengalihkan perhatian nya ke arah Vania.
"Vania, kamu harus lebih berhati-hati mengerti? Sedikit saja kamu lengah mungkin kamu akan berada dalam bahaya." Ucap ayah Samuel.
Beberapa saat kemudian...
Saat tengah tertidur lelap, mata Vania agak sedikit terbuka dan ia malah melihat bayangan seseorang yang tengah duduk di sampingnya.
Seseorang itu tersenyum, kemudian mengelus rambut Vania dengan lembut.
"Siapa...?" Tanya Vania sembari mencoba untuk membuka matanya yang terasa berat.
"Tidurlah lagi Vania." Ucap seseorang tersebut, suaranya seperti....
Deg!
Detak jantung Vania berdegup kencang, ia langsung merasakan rasa sakit yang luar biasa ketika rasa sakit itu mulai menggerogoti tubuhnya.
"Akh! " Desah Vania kesakitan sambil memegang dadanya yang sakit seperti ada yang menusuk-nusuk dadanya, kemudian ia langsung bangun dari posisinya. Namun anehnya bayangan itu tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.
"Dada ku terasa sesak dan sangat...sakit..." Ucap Vania dengan suara lemah.
Kai yang tengah tertidur di samping nya pun langsung terbangun ketika menyadari bahwa Vania sedang merasa kesakitan.
"Mamah. Mamah kenapa?" Tanya Kai sembari duduk di samping Vania yang tengah menundukkan kepalanya dengan tangan kanan yang memegang dadanya yang terasa sangat sakit.
"Kai... Tolong... Panggilkan ayah mu..." Pinta Vania, lantas Kai pun langsung mengangguk kemudian berlari menuju kamar Ryan.
Sesampainya di sana....
"Ayah! Buka pintunya ayah! " Ujar Kai sembari terus mengetuk-ngetuk pintu kamar Ryan, tak lama setelah itu Ryan pun membuka pintu kamarnya.
"Kai, kenapa malam-malam seperti ini kamu belum tidur?" Tanya Ryan namun Kai tak menjawab dan langsung menarik tangan kanan Ryan.
"Hei, jawab pertanyaan ayah."
"Aku tidak bisa menjawabnya sekalang." Kata Kai sembari terus menarik tangan Ryan.
Sesampainya di kamar Vania, Ryan melihat Vania yang tengah duduk di atas kasur sembari menundukkan kepalanya dengan tangan kanan yang masih memegang dadanya yang begitu sakit.
"Vania ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Ryan yang langsung duduk di samping Vania.
Perlahan Vania bersandar di dada bidang Ryan. Lantas Ryan pun sedikit terkejut menyadari hal ini yang terjadi secara tiba-tiba.
Ryan mencoba menyalurkan kekuatan nya kedalam tubuh Vania. Saat Vania sudah merasakan kekuatan Ryan dalam tubuhnya, Vania bisa mulai merasa tenang dan rileks.
Perlahan rasa sakit itu menghilang.
"Ryan, biarkan aku seperti ini untuk beberapa saat..." Pinta Vania dengan suara pelan.
Ryan hanya mengangguk kemudian ia membiarkan Vania tertidur di pelukannya, Kai menatap mereka berdua dengan wajah yang polos.
"Ayah, apa mamah akan baik-baik saja?" Tanya Kai yang tengah duduk di samping Ryan.
"Mamah mu akan baik-baik saja, jangan khawatir." Ucap Ryan, Kai mengelus tangan Vania dengan lembut.
"Apa kamu sangat menyayangi ibumu Kai?" Tanya Ryan yang langsung di respon oleh Kai.
"Tentu saja! Aku sangat menyayangi mamah Vania." Sahut Kai, Ryan tersenyum melihat reaksi anak kecil imut itu.
"Baiklah baiklah, ayah mengerti."
Ryan kembali mengalihkan perhatian nya ke arah Vania yang sudah tertidur pulas di pelukannya.
Perlahan Ryan meletakan Vania di atas kasur. Sekarang ia khawatir jika ia pergi rasa sakit di tubuh Vania akan kembali muncul.
"Kai, sekarang kamu juga tidur ini sudah larut malam. Ayah akan menemani kalian di sini." Kata Ryan yang di balas anggukan oleh Kai.
Lantas Kai pun berbaring di samping Vania sedangkan Ryan hanya mengelus kepala Kai dengan lembut agar anak kecil imut ini bisa tertidur pulas.
Vania hanya bisa merasa lebih tenang jika Ryan berada di dekatnya. Ryan harus menemani Vania sampai esok hari.
Keesokan harinya, Vania terbangun dari tidurnya.
"Tubuhku terasa kaku." Ucap Vania sembari bangun dari posisinya, ia mengalihkan pandangannya ke arah Ryan yang tengah tertidur di sofa kamar nya.
Lantas Vania pun langsung berjalan menghampiri Ryan. Ryan sangat manis ketika ia tertidur, Vania pun mengambil selimut untuk menyelimuti tubuh Ryan.
Setelah selesai menyelimuti Ryan menggunakan selimut, tiba-tiba saja Ryan menarik lengannya sehingga Vania terjatuh di atas tubuhnya.
Deg!
Detak jantung Vania berdegup kencang ketika melihat wajah Ryan yang begitu dekat dengan nya.
"Ryan?" Ryan menatap wajah Vania yang manis.
"Terimakasih karena sudah memberi ku perhatian." Ujar Ryan, Vania hanya bisa terdiam tak menjawab karena kegugupan yang menyelimuti hatinya.
"Mamah sama ayah lagi apa? " Tanya Kai, lantas Vania langsung menjauh dari Ryan.
"T-tidak, mamah sama ayah tidak melakukan apa-apa." Jawab Vania dengan wajah yang masih memerah, sementara Ryan hanya tersenyum melihat raut wajah gadis cantik itu. Ryan pun duduk di atas sofa sembari menatap Vania dan Kai.
"Wajah mamah kenapa? Mamah masih tatit? " Tanya Kai, Vania mengalihkan pandangannya ke arah cermin. Wajahnya memerah gara-gara kejadian tadi...
Vania mengusap wajahnya sejenak.
"Kai, ibu mu mungkin merasa lelah karena tadi malam. Jadi sebaiknya kamu main sama ayah aja, sekalian ayah mau ketemu kakek kamu." Ucap Ryan sembari menggendong Kai.
"Hei! Apa maksudmu tadi malam?!" Kata Vania.
"Asal kau tau, semalam kau mengamuk tak karuan." Ujar Ryan sambil menatap Vania.
"M-mengamuk?" Beo nya.
"Iya, kau mengamuk karena kesakitan. Aku terpaksa tidur disini untuk mengawasi mu semalaman, tapi tenang saja aku tidak melakukan apapun."
Sejenak Vania dapat bernapas lega, Vania kira sesuatu yang buruk akan terjadi.
•••••
Selamat membaca💖💖💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙶𝚄𝙰𝚁𝙳𝙸𝙰𝙽 𝙰𝙽𝙶𝙴𝙻 [𝙴𝙽𝙳]
WerewolfSkip aja kalo gak suka(ノ`Д')ノ彡┻━┻ [DILARANG KERAS UNTUK MENG-COPY/MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN!] Ini murni imajinasi author yah, jika ada kesamaan nama tokoh, latar, dan cerita, itu hanya kebetulan saja dan tidak bermaksud untuk meniru. SEMOGA MENGHIB...