Saat tengah menghadiri meeting, Ryan terus merasakan sakit di dadanya sehingga staf lain yang berada di dalam ruangan merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Maaf, apa tuan baik-baik saja?" Tanya salah satu staf.
"Aku baik-baik saja. Lanjutkan meeting nya." Ucap Ryan sembari terus menahan rasa sakit yang luar biasa.
Staf itu awalnya merasa bahwa Ryan sedang tidak baik-baik saja dan ia agak ragu untuk melanjutkan meeting hari ini.
"Tuan Presdir, jika anda merasa kurang enak badan sebaiknya___"
"Lanjutkan saja." Potong Ryan, staf itu pun langsung melanjutkan meeting mereka hari ini.
Semakin lama rasa sakitnya semakin terasa, Ryan pun memutuskan untuk pulang setelah meeting selesai.
Saat di perjalanan pulang, detak jantungnya berdegup kencang seketika Ryan langsung mengatur napasnya kemudian menggunakan salah satu kekuatannya untuk tetap mengontrol aura tersembunyi di dalam tubuhnya.
"Kita sudah sampai tuan." Ucap sang supir pribadinya.
"Baik, terimakasih." Respon Ryan kemudian berjalan keluar dari dalam mobilnya.
Ryan pun berjalan memasuki rumah saat sudah berada di ruang tamu, Vania berdiri tepat di hadapan Ryan.
"Ryan, tumben sekali kamu pulang lebih cepat." Ucap Vania, Ryan hanya terdiam sembari terus menahan rasa sakit di dadanya itu.
"Ryan, kenapa kamu hanya diam?" Tanya Vania tiba-tiba saja Ryan terhuyung ke arah Vania lantas Vania pun langsung memeluk Ryan agar Ryan tak terjatuh.
"Ryan apa yang terjadi? Kamu kenapa?" Tanya Vania, Ryan hampir saja kehilangan kesadarannya. Vania pun meletakan Ryan di sofa kemudian melepas jas hitam Ryan lalu menaruhnya di sembarang tempat.
"Ryan, sadarlah. Apa kamu bisa mendengar ku?" Tanya Vania rasa khawatir mulai menghantui gadis cantik itu, ia takut hal yang buruk terjadi kepada Ryan.
"Bagaimana ini... Apa yang harus aku lakukan?" Ucap Vania.
Perlahan Ryan merengkuh tubuh Vania hingga kepalanya menyentuh leher Vania. Ryan bersandar di dada Vania, ia merasakan kekuatan kalung yang di kenakan oleh gadis cantik itu sehingga Ryan merasa lebih baik.
Sementara Vania hanya menahan napasnya karena kegugupan yang saat ini ia rasakan.
"Biarkan aku seperti ini..." Ucap Ryan, Vania mencoba untuk merasa lebih tenang.
Perlahan Vania mengelus rambut Ryan dengan lembut, Zen yang tadinya berniat untuk mengantarkan Kai kepada Vania langsung mengurungkan niatnya setelah melihat hal itu.
Dan akhirnya Ryan tertidur di pelukan Vania. Gadis cantik itu tak menyangka bahwa Ryan akan bersikap seperti ini kepadanya, bahkan Ryan terlihat lebih manja saat sakit.
Aku tidak tau kamu tipe orang yang manja juga... Aku kira kamu hanya laki-laki tampan berhati dingin...
Batin Vania sembari terus tersenyum menatap Ryan dan tangan kanannya yang mengelus kepala Ryan dengan lembut.
"Astaga jika seperti ini terus jantungku akan meledak." Kata Vania, ia harus tetap tenang dan membiarkan Ryan untuk tidur di pelukannya.
Setelah 30 menit, Ryan kembali terbangun dan ia agak terkejut ketika menyadari bahwa sedari tadi dirinya tertidur di pelukan Vania.
"Vania, maaf aku tidak bermaksud untuk__" Perkataan Ryan terhenti ketika Vania tersenyum menatapnya.
"Tidak masalah, apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙶𝚄𝙰𝚁𝙳𝙸𝙰𝙽 𝙰𝙽𝙶𝙴𝙻 [𝙴𝙽𝙳]
WerewolfSkip aja kalo gak suka(ノ`Д')ノ彡┻━┻ [DILARANG KERAS UNTUK MENG-COPY/MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN!] Ini murni imajinasi author yah, jika ada kesamaan nama tokoh, latar, dan cerita, itu hanya kebetulan saja dan tidak bermaksud untuk meniru. SEMOGA MENGHIB...