12 Isi Hati Ryan

54 19 12
                                    

Ketika Ryan berada di luar bersama Kai, ia merasa sedikit sakit di bagian dadanya entah karena melihat kejadian itu atau karena lukanya.

Saat Ryan tengah termenung hanyut ke dalam pikirannya, Kai menepuk tangan Ryan dan mengajaknya bermain.

"Maimm.. " kata Kai mengajak Ryan bermain, Ryan tersadar dari lamunannya ia langsung mengajak Kai bermain dan berjalan-jalan mengitari kawasan mereka.

Kai terlihat sangat senang ketika bersama dengan Ryan, sepertinya Ryan berhasil menggantikan posisi David di hati adik kecil imut itu.

"Apa kau senang?" Tanya Ryan sembari menggendong Kai dan terus berjalan menyusuri kawasan pemukiman mereka.

Kai mengangguk sambil sesekali tertawa karena senang.

"Kau tau? Kenapa aku marah saat melihat kakak mu dekat dengan laki-laki lain? Perasaan ini muncul begitu saja, entah kenapa detak jantung ku begitu cepat saat berada di dekatnya. Aku merasa nyaman, sudah lama sekali perasaan ini hilang dan tiba-tiba muncul kembali karena kehadiran kakak mu. Aku juga merasa khawatir saat melihatnya sakit, aku bingung dengan apa yang aku rasakan sekarang. Aku tidak mungkin menyukai nya, benar bukan?" Kata Ryan yang mengutarakan isi hatinya kepada Kai yang hanya menatap nya polos.

"Bodoh sekali aku menceritakan semua ini kepada anak kecil yang belum mengerti apa-apa." Ucap Ryan, sementara Kai hanya mengembangkan pipinya yang imut sembari menyilang kan kedua tangan nya.

Setelah mengajak Kai berkeliling, Ryan memutuskan untuk membawanya beristirahat. Ketika Ryan berjalan melewati kamar Vania, ia tak sengaja melihat Vania yang tengah duduk di atas ranjang nya sembari memejamkan matanya.

Ryan berjalan masuk ke dalam kamar Vania tanpa mengetuk pintu karena pintu kamarnya terbuka.

"Vania." Panggil Ryan, lantas Vania langsung membuka matanya yang tadi terpejam.

"Ryan? Oh iya, aku lupa soal adik ku. Terimakasih sudah menjaganya, maaf yah aku merepotkan mu." Kata Vania sembari mengambil Kai dari Ryan.

"Tidak masalah, bagaimana dengan kondisi mu? Aku dengar kamu sakit." Ujar Ryan sembari berdiri menatap Vania yang tengah menatapnya.

"Aku sudah tidak sakit lagi, apa luka mu masih sakit?" Tanya Vania yang di balas gelengan kepala oleh Ryan.

"Ryan, aku tidak tau kenapa aku gelisah seperti ini. Apa kamu yakin jika kamu baik-baik saja?"

"Vania. Aku baik-baik saja, jangan terlalu membebani pikiran mu. Ada yang harus aku kerjakan sekarang, aku pergi dulu." Kata Ryan lalu berjalan pergi tanpa permisi.

Vania benar-benar bingung dengan sikap Ryan yang seketika berubah menjadi dingin kepadanya.

"Ada apa dengan Ryan? Kenapa dia bersikap seperti itu padaku?" Kata Vania yang bingung, awalnya Kai ingin memberitahu kakaknya bahwa Ryan itu cemburu melihat nya bersama laki-laki lain.

Tapi Kai masih ingin mencari tau tentang perasaan Ryan kepada Vania lebih dalam lagi.

Anak kecil yang cerdik...

Saat ini Ryan tengah makan bersama Daniel, ia terlihat menyesal karena telah membunuh sahabatnya itu.

Daniel yang melihat Ryan yang sedari tadi hanya terdiam melamun menjadi sedikit khawatir.

"Ryan, sepertinya ada yang mengganjal di pikiran mu. Apa yang kau pikirkan?" Tanya Daniel, Ryan mengalihkan tatapannya ke arah meja yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk.

"Aku... Merasa bersalah karena sudah membunuh David, aku tidak tau alasan dia ingin membunuhku sampai dia berkhianat kepada Klan Serigala dan bekerja sama dengan Klan Harimau untuk membunuhku." Kata Ryan yang mencurahkan isi pikirannya kepada Daniel.

"Aku mulai mengerti. Ryan, pemberontak tetaplah pemberontak. Walaupun dia adalah teman kita, itu yang sudah dia pilih dan dia harus menanggung konsekuensinya." Jelas Daniel, perkataan Daniel benar. Aturan tetaplah aturan.

"Apa itu yang mengganggu pikiran mu?" Tanya Daniel yang di balas gelengan oleh Ryan.

"Aku merasakan sesuatu yang aneh, saat itu aku tak sengaja melihat Vania bersama dengan pemimpin mereka terlihat sangat dekat padahal ini adalah kali pertamanya Vania bertemu dengan pemimpin...." Ujar Ryan.

"Jadi?" Tanya Daniel yang masih belum menyadari perasaan sahabat nya itu.

"Aku merasa marah... Tapi aku tidak tau sebabnya." Jawab Ryan tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Daniel.

Daniel terkekeh pelan ketika mendengar hal itu keluar dari mulut Ryan.

"Ternyata kau bisa merasakan cinta, aku kira tidak karena hati mu yang sekeras batu." Kata Daniel sembari tersenyum.

"Apa maksudnya itu? Kau mengejekku?" Ucap Ryan sembari menatap Daniel dengan tatapan tajam.

"Tidak, bukan itu. Jadi kau melihat Vania bersama dengan pemimpin dan mereka terlihat sangat dekat seperti sepasang kekasih yang lama tak bertemu, begitu? Dan kau merasa marah saat melihat Vania bersama lelaki lain?" Mendengar perkataan Daniel hanya membuat kepala nya pusing saja.

"Ya." Jawab Ryan singkat.

"Itu berarti kau cemburu." Ujar Daniel, Ryan tertegun ketika mendengar hal itu.

"Apa?! Tidak mungkin aku menyukai nya dan kau tau itu." Daniel mengangkat sebelah alisnya.

"Jika kau tidak menyukainya kenapa kau marah?" Pertanyaan Daniel membuat Ryan tak bisa berkata-kata.

"Lihat itu." Kata Daniel, lantas Ryan langsung mengalihkan atensinya ke arah Vania yang tengah duduk di balkon kamarnya bersama Kai dan ada Ethan di sana yang setia menemani Vania.

"Sudahlah, aku pergi saja." Kata Ryan lalu melenggang pergi, sementara Daniel hanya tersenyum melihat Ryan langsung pergi.

Daniel semakin yakin bahwa Ryan menyukai Vania setelah melihat reaksi sahabat nya itu.

"Mungkin ini yang sedari tadi di pikirkan Ryan." Ucap Daniel lalu pergi mengikuti Ryan yang belum hilang dari pandangan nya.

"Kau tau Ethan? Dulu aku menyukai seseorang, tapi orang itu meninggalkan ku begitu saja." Ucap Vania memulai suasana, Ethan kelihatanya sangat mendengarkan curahan hati Vania.

"Tapi perasaan itu ikut menghilang seiring berjalanya waktu. Saat pada akhirnya aku menemukan sahabat lama ku yang sudah 20 tahun menghilang, benar?"

"Ya itu benar." Sahut Ethan.

"Ethan, aku ingin meminta satu hal dari mu. Bisakah kamu ikut merawat Kai bersama ku?" Ujar Vania, Ethan terkejut saat mendengar hal itu keluar langsung dari bibir manis Vania.

"Aku kira kau sudah menawarkan itu pada Ryan."

"Aku pikir tidak bisa, Ryan itu..." Vania seketika terdiam, Ethan melihat raut wajah Vania berubah menjadi murung.

"Ada apa Vania?" Tanya Ethan.

"Aku tidak mengerti apa-apa tentang nya, bahkan aku takut dia menolak tawaran ku. Kau tau sendiri hatinya itu sangat dingin dan aku belum tentu bisa meluluhkan nya.." Ethan tersenyum lalu ia menggapai kedua tangan Vania kemudian berkata.

"Kamu bisa meluluhkan nya, tapi jika kamu meminta ku untuk merawat Kai bersama mu aku akan mengabulkannya." Jelas Ethan, Vania tersenyum sama seperti Ethan.

"Terimakasih banyak Ethan..." Ucap Vania berterimakasih kepada Ethan.

"Tentu."

Mereka terlihat sangat dekat, lama kelamaan Ryan jadi tak ingin mendekati Vania karena ini. Ryan baru menyadari bahwa ia mencintai Vania, tetapi Ryan menyesali nya.

Pada suatu malam, Ryan berjalan menghampiri Vania yang tengah tertidur. Ia menatap wajah Vania yang manis, perlahan ia duduk di samping gadis cantik itu.

"Kau tau Vania? Kau sudah membuatku tak waras, aku baru menyadari perasaan ku sekarang, karena kau." Ucap Ryan sembari mengelus rambut Vania dengan lembut.

"Tapi mungkin kau mencintai orang lain selain aku." Sambung Ryan lalu menghela napasnya pelan.

•••••

Happy reading😄

𝙶𝚄𝙰𝚁𝙳𝙸𝙰𝙽 𝙰𝙽𝙶𝙴𝙻 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang