32 Perjalanan Hidup

77 11 22
                                    

Dylan tersenyum sembari menyeka darah di ujung bibirnya.

"Baiklah jika itu mau mu." Ucap Dylan, Vania harus bisa mengontrol dirinya sendiri agar tidak membahayakan orang lain.

"Vania aku tidak akan membiarkan mu menggunakan kekuatan itu. Kamu akan mati." Kata Ryan. Vania mengalihkan pandangannya ke arah Ryan lalu berkata.

"Lalu?  Apa aku hanya boleh diam dan melihat kalian mati? Begitu? Aku akan tetap melawan Dylan walaupun nyawaku taruhannya, kalian sudah melindungi ku dan sekarang giliran aku melindungi kalian." Mendengar perkataan itu, Ryan hanya terdiam tak menjawab.

Vania menahan serangan Dylan yang membuat nya sedikit terkejut, karena Dylan menyerang Vania begitu mendadak dan tanpa peringatan.

"Tuan, ayo kita bantu Vania." Ujar Ryan kepada Ethan. Ethan hanya mengangguk kemudian mereka pun membantu Vania untuk menyerang Dylan, tiga lawan satu...

"Ch! Dasar pengecut!" Kata Dylan lalu kembali menyerang.

Pertarungan ini cukup mendebarkan bagi mereka, namun tiba-tiba saja mayat-mayat itu kembali hidup dan menyerang Ryan dan Ethan. Lantas Ryan dan Ethan pun menyerangnya kembali, alhasil mereka harus melawan mayat hidup dan Vania harus melawan Dylan sendirian.

Vania pasti bisa melawan Dylan walaupun dia hanya sendirian, Dylan memiliki titik kelemahan yang mampu di baca oleh Vania.

Ketemu.

Benak Vania, ia menemukan titik kelemahan Dylan tanpa basa-basi lagi Vania langsung menyerang Dylan di titik kelemahannya.

BOMB!!

Ledakan pun terdengar menggelegar di penjuru langit, Dylan pun hancur bagaikan debu begitu juga dengan mayat-mayat itu dan Zen. Dia ikut hancur seperti Dylan.

Napas Vania terengah karena energinya terkuras habis, akhirnya ia bisa menguasai kekuatan di dalam dirinya.

Pandangan mata Vania mulai berkunang-kunang, ia hanya melihat Ryan yang berlari menghampiri nya. Ryan langsung menangkap Vania yang begitu lemas karena energinya terkuras habis.

"Vania..." Ucap Ryan, Vania masih setengah sadar sehingga ia masih bisa melihat wajah Ryan. Entah kenapa air mata Ryan menetes, Vania mengangkat tangan kanannya lalu menyeka air mata Ryan menggunakan ibu jarinya.

"Ryan... Maafkan aku sudah membuatmu khawatir, jika aku tidak bisa bertahan tolong kamu jaga Kai baik-baik. Jika aku masih di beri kesempatan untuk hidup, aku ingin kamu menjadi... Pendamping hidup ku.." Ujar Vania, air mata berharga Ryan menetes karena tak bisa membayangkan betapa berat jika ia harus kehilangan Vania.

"Vania, jangan berkata seperti itu. Aku akan mencari cara untuk membuatmu pulih, tolong bertahanlah." Kata Ryan, Vania tersenyum sebelum perlahan ia memejamkan matanya.

"Vania, buka matamu Vania! Aku mohon..." Kata Ryan dengan suara yang terdengar bergetar, Ethan yang melihat hal itu merasa sedih karena harus menyaksikan semua ini.

"Vania..." Ryan memeluk Vania yang wajahnya sudah pucat, Ryan benar-benar terpukul melihat kejadian ini.

Baru pertama kali ini ia merasa begitu kehilangan, perasaan ini sama seperti saat ia kehilangan ibunya.

Ryan menangis... Dia terlihat begitu terpukul atas kejadian ini.

Setelah kejadian itu, Ryan membawa Vania pulang ke kastil milik Klan Serigala putih. Ayah Samuel dan Kai yang melihat hal itu merasa terpukul, apalagi Kai yang langsung memeluk Vania yang saat ini sudah tak bernyawa.

"Mamah... Kenapa mamah tinggalin Kai... Kai belum siap kehilangan mamah... Hiks." Ucap Kai yang menangis tersedu-sedu, ayah Samuel tak bisa menahan air matanya melihat putri semata wayangnya itu sudah terbujur kaku di hadapan matanya.

"Putriku... Maaf kan ayah..." Kata ayah Samuel, mereka terlihat begitu bersedih akan meninggalkannya Vania.

Ryan tak akan memaafkan dirinya sendiri karena ia tidak bisa menjaga Vania dengan baik bahkan Vania harus meninggal untuk melindunginya.

"Ryan.. aku turut berdukacita." Ucap Daniel. Ryan hanya terdiam menatap jasad Vania dengan air mata yang terus mengalir, melihat sahabatnya itu Daniel merasa tidak tega.

Daniel pun menepuk-nepuk bahu Ryan dengan lembut, Ryan terlihat tidak bisa menerima semua yang terjadi pada hidupnya.

Seluruh Klan Serigala putih sedang bersedih karena kabar kematian putri pemimpin kedua.

Saat Vania hendak di semayamkan di dalam peti mati, Ryan mencium ujung dahi Vania untuk terakhir kalinya. Setelah itu ayah Samuel, Ryan dan Ethan pun memasukan Vania ke dalam peti mati yang di dalamnya sudah terdapat banyak bunga.

"Beristirahat lah, putriku." Kata ayah Samuel.

Tiba-tiba ada cahaya yang keluar dari dalam tubuh Vania, cahaya itu menyilaukan mata semua orang yang berada di dalam kastil. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas karena sinar dari cahaya itu.

Perlahan cahaya itu meredup, betapa terkejutnya mereka semua ketika melihat Vania yang sudah keluar dari dalam peti mati. Wajahnya terlihat bersinar, dan Vania terlihat seperti hidup kembali.

"Vania.." Kata Ryan, Vania merespon nya dengan senyuman. Perlahan Ryan mengelus pipi kanan Vania.

"Apa ini benar-benar kamu?" Tanya Ryan yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Iya, ini benar-benar aku, Ryan." Ucap Vania, Ryan langsung memeluk Vania. Dia benar-benar bahagia melihat gadisnya kembali ke dalam pelukannya.

Untuk kesekian kalinya air mata Ryan kembali menetes, tapi kali ini air mata kebahagiaan.

"Akhirnya aku bisa memelukmu lagi, Vania... Aku tidak akan membiarkan mu terluka lagi, aku akan menepati janjiku." Ucap Ryan, Vania tersenyum lalu membalas pelukan Ryan.

"Aku juga senang Ryan. Kamu jangan menangis lagi, oke?" Ujar Vania sambil melepaskan pelukannya, ia menyeka air mata Ryan menggunakan tangan kanannya.

Kai langsung berlari memeluk Vania.

"Mamah... Jangan tinggalin Kai lagi.. Hiks." Vania memeluk Kai yang saat ini tengah menangis sambil memeluk nya.

"Mamah janji sama kamu sayang, sekarang jangan menangis lagi, oke?" Kai mengangguk.

Ayah Samuel berjalan menghampiri mereka sama seperti Ethan.

"Putriku." Panggil ayah Samuel.

"Ayah..." Ucap Vania ia langsung memeluk ayahnya itu.

"Aku sangat merindukanmu ayah.."

"Ayah juga putriku." Kata ayah Samuel, mereka pun melepas kerinduan yang sudah lama terpendam mengingat Vania sudah beberapa bulan tidak bertemu mereka karena di culik oleh Zen.

Semua orang bertepuk tangan melihat keajaiban di depan mata mereka, tangis bahagia membuat suasana menjadi lebih tenang.

Setelah kejadian itu, akhirnya ayah Samuel meminta Ryan untuk menjadi suami Vania. Dengan senang hati Ryan menerima permintaan itu, sementara Ethan senang bisa melihat Vania senang. Mungkin Vania bukan lah takdir untuknya.

Setelah menikah, Vania dan Ryan di karuniai seorang buah hati. Kai sekarang memiliki adik perempuan yang cantik, bertahun-tahun mereka menjalani kehidupan bersama.

Bahkan pada awalnya mereka di pertemukan secara tak sengaja di sebuah bar tempat Vania bekerja, namun lama kelamaan Ryan tau bahwa gadis yang selama ini ia cari adalah Vania.

Susah senang mereka lewati bersama, bahkan tak jarang mereka harus melihat pengkhianatan yang di lakukan oleh orang-orang terdekat mereka.

Namun sekarang hidup mereka menjadi lebih tenang, merekapun hidup bahagia bersama....

END...

•••••

𝙶𝚄𝙰𝚁𝙳𝙸𝙰𝙽 𝙰𝙽𝙶𝙴𝙻 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang