9. Marah

37 10 12
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih, terserah kalian aja. Aku nggak bakalan maksa lagi. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jevian memasuki apartemen milik Ale dan menemukan kalau apartemen tersebut sekarang kosong. Jevian kemudian menghubungi ponsel milik Ale, tapi dia kemudian mendengar bunyi ponsel dari kamar miliknya dan milik Ale. Langsung saja Jevian menuju ke kamar tersebut dan mendapati ponsel milik Ale tergeletak disana tidak berdaya sambil menampilkan kontak miliknya.

"Al, lo dimana ??" Gumam Jevian.

Jevian menuju ke apartemen milik Ale pagi ini karena dia berniat untuk meminta maaf kepada Ale soal malam itu, dimana dirinya mengusir Ale dari depan mini market tempat dirinya bekerja. Jevian sudah mengira jika hal itu sudah melukai hati dan harga diri Ale. Jevian kemudian menghubungi nomor milik Tian tapi sama sekali tidak ada respon.

Jika sudah seperti ini, Jevian sama sekali tidak bisa berkutik dan sangat ketakutan. Karena Jevian hafal betul, jika mertuanya itu tidak mengangkat telfonnya sedangkan Ale meninggalkan ponsel miliknya. Sudah bisa dipastikan kalau terjadi sesuatu saat ini.

Jevian kemudian berpikir untuk menuju ke kampus dan berharap jika Ale saat ini berada disana. Begitu Jevian sudah sampai di kampus, dia melihat Ale yang kini berjalan begitu cepat menuju ke kelas yang Jevian duga adalah kelas milik Hendra.

"Semuanya keluar dari sini kecuali lo !!" Tegas Ale dengan telunjuk yang mengacung tegak tepat di depan wajah Hendra. Semua orang yang ada disana langsung keluar dari sana karena tidak ada yang ingin terkena masalah di antara mereka.

Bisa Jevian lihat, Ale saat ini semakin mendekat ke meja milik Hendra. Dia menyejajarkan wajahnya dengan milik Hendra. Jevian berusaha mendengar apa yang dibicarakan Ale pada Hendra, tapi ternyata Jevian gagal. Karena memang Ale begitu pandai menyembunyikan semuanya. Di sisi lain, Ale menyeringai ke arah Hendra ketika melihat wajah Hendra yang begitu terkejut karena orang suruhannya sudah tertangkap.

"Lo kalau mau ganggu hidup gue silahkan. Tapi kalau lo berani nyentuh mama gue sekali lagi, gue pastikan lo enggak bisa lihat cahaya lagi !!" Peringat Ale.

Hendra terkekeh sinis kemudian bangkit dari duduknya. Dia memutari meja miliknya kemudian menarik Ale sampai punggung perempuan itu membentur tembok dengan begitu keras. Hendra kemudian semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Ale dan semua itu tidak luput dari penglihatan Jevian.

"Tujuan gue itu hancurin keluarga lo, gue pastiin semua keluarga lo beneran hancur. Baik itu secara fisik ataupun secara mental." Ucap Hendra kemudian tersenyum miring. Hendra semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Ale, berniat untuk mencium bibir Ale. Belum sempat bibir Hendra menyentuh bibir milik Ale, Ale langsung mendorong tubuh Hendra kemudian menendang perut Hendra begitu keras hingga cowok itu jatuh tersungkur.

"Jangan pernah lo bermimpi bisa nyentuh tubuh gue !! Yang punya hak semua itu, cuma suami gue !! Dan lo, cuma sampah !!" Sarkas Ale kemudian menginjak perut Hendra yang masih tersungkur di lantai. Ale kemudian langsung pergi begitu saja tanpa menyadari keberadaan Jevian yang bersembunyi menyaksikan semua itu di balik dinding.

Gemelli (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang