25. Bertemu Lagi

13 5 0
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih, terserah kalian aja. Aku nggak bakalan maksa lagi. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Papa dengar kalau kamu sudah mempunyai seorang putra." Jantung Ale seakan berhenti selama beberapa detik. Dia tidak menyangka kabar itu bisa sampai di telinga sang papa. Perlahan rasa takut kembali menyelimuti Ale. Dia takut jika Kenzo lagi-lagi harus diambil secara paksa darinya.

"Kenzo putra kandung kakak kamu dan Jevan kan ?? Papa sudah tau semuanya Al." Ucap Tian dengan suara yang begitu lembut, tapi di telinga Ale suara itu terdengar seperti mengintimidasi.

"Jangan ambil Kenzo. Ale mohon pa, jangan ambil dia dari Ale. Semuanya udah direnggut dari Ale Pa." Ucap Ale lirih. Tian berdiri dari posisinya dan berjongkok tepat di depan Ale. Dia mengusap pipi Ale dengan begitu lembut.

"Sayang, papa enggak ada niatan untuk ambil Kenzo dari kamu. Setelah papa mengetahui cerita keseluruhannya, papa mencoba mengerti dengan keputusan Ale menyembunyikan Kenzo dari papa. Papa tau kamu sayang sama Kenzo, papa enggak berusaha untuk ambil Kenzo dari kamu. Papa juga akan melindungi Kenzo, karena bagaimanapun Kenzo juga cucu papa." Ucap Tian lembut. Ale hampir menangis dibuatnya. Selama 22 tahun dirinya hidup, dia tidak pernah mendapati papanya bersikap begitu lembut seperti saat ini. Tian kemudian meraih kedua tangan Ale dan mencium kedua punggung tangannya lembut.

"Maafin papa, maaf karena selama ini papa enggak bisa nunjukin rasa sayang papa ke kamu. Papa malah terus bikin kamu tertekan dengan segala tuntutan dari papa. Selama ini papa cuma punya kamu di hidup papa karena Arin dan mama kamu yang harus tinggal di Indonesia, itulah kenapa papa enggak mau kamu jadi orang yang lemah dan mudah dikalahkan. Setidaknya kamu tidak akan terluka jika papa enggak ada di samping kamu. Percaya sama papa, papa akan jagain Kenzo semampu papa." Tian mengucapkan hal itu dengan tatapan mata yang tidak lepas dari manik mata Ale.

Ale kemudian memeluk sang papa, hal yang sejak dulu dia inginkan. Pelukan yang begitu hangat dan terkesan manja seperti yang dilakukan kebanyakan seorang putri kepada sang papa. Ale benar-benar merasa jiwanya kembali bangkit. Memang, sehebat itu efek dari sang papa bagi Ale. Ale menangis di sana, dia menenggelamkan wajahnya di dada sang papa. Ale membiarkan semua rasa sesak di dadanya terkikis seiring dengan air mata yang semakin membanjiri wajahnya. Tian hanya bisa mengusap pelan punggung Ale dan membiarkan putrinya itu menangis sepuasnya.

"Al, papa boleh ketemu sama cucunya papa ??" Tanya Tian setelah Ale melepaskan pelukannya dari Tian. Tian mengusap pipi Ale yang basah dengan air mata secara perlahan.

Mendengar pertanyaan itu membuat Ale terdiam, dia merasa dejavu dengan pertanyaan itu. Dia kembali teringat pada hari dimana mamanya meninggal. Sebelum sang mama kehilangan nyawanya, sang mama mempertanyakan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh papanya saat ini. Melihat putrinya yang terlihat begitu panik, Tian kembali memeluk putrinya itu.

"Enggak Al, enggak akan ada yang terjadi sama papa. Papa beneran cuma mau ketemu sama Kenzo. Apa boleh papa ketemu sama Kenzo ??" Tian memang mengetahui kejadian secara rinci tentang kematian istrinya itu, itulah kenapa Tian bisa menangkap raut panik dari wajah putrinya itu.

Gemelli (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang