6. Dia yang Sebenarnya

33 11 4
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih, terserah kalian aja. Aku nggak bakalan maksa lagi. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Arin memasuki rumah keluarga Andrea bersama dengan Mario. Di tangannya menggenggam sebuah kantung berisi makanan untuk Jevian. Begitu Arin sampai di kamar Jevian, Arin mengetuk pintu tersebut beberapa kali sampai menemukan Jevian yang membuka pintu tersebut.

"Hai !!" Sapa Jevian. Arin mengusap bekas luka di wajah Jevian secara perlahan. Mata Jevian terpejam, menikmati semua sentuhan yang diberikan Arin pada lukanya.

"Masih sakit ??" Tanya Arin yang kini sudah menatap manik mata Jevian. Jevian menggeleng kemudian tersenyum tipis.

"Udah mendingan. Masuk dulu." Ajak Jevian sambil menarik tangan Arin untuk masuk ke dalam kamar miliknya. Jevian mendudukkan dirinya dan Arin di tepi kasur. Tangan Arin kini sibuk membuka makanan yang tadi dia bawa sepulang dari kampus.

"Sushi ??" Tanya Jevian yang mendapat anggukan dari Arin.

"Iya, kesukaan lo." Ucap Arin.

Arin kemudian membuka sumpit dan menyuapi Jevian dengan sushi yang dia bawa tadi. Mereka memakan satu box sushi itu berdua dengan suasana saling diam. Mereka hanya fokus untuk makan dan Jevian yang fokus pada wajah Arin yang juga sibuk mengunyah.

"Weekend ikut gue ya, ke acara makan malam besar sama rekan perusahaan papa. Biar gue enggak sendirian disana, karena nanti bakalan ada mama." Ucap Jevian.

Arin mendongakkan kepalanya kemudian mengangguk sebagai jawaban. Mereka kemudian kembali saling diam dengan Arin yang masih terus menyuapi Jevian dengan sushi. Sampai akhirnya suara gaduh dari kamar sebelah memecah fokus mereka, merubah wajah Jevian menjadi sedikit panik.

"Dari kamarnya Jevan, mau ikut gue buat ngecek ??" Tawar Jevian. Arin menangguk, setelahnya Jevian menarik tangan Arin dan membawanya menuju ke kamar Jevan.

Bisa mereka lihat kalau saat ini kamar Jevan pintunya sedang terbuka. Jevian masuk secara perlahan dan diikuti oleh Arin di belakangnya. Mereka tidak melihat keberadaan Jevan disana, mereka hanya melihat beberapa pecahan kaca yang berserakan. Jevian mengedarkan pandangannya dan melihat kalau saudara kembarnya kini tengah berdiri di balkon sambil melongokkan kepalanya ke bawah. Jevian menghampiri Jevan sedangkan Arin berjongkok dan mengambil gumpalan kertas berisi batu dan membukanya.

"Atas perilakumu ?? Maksudnya apa ??" Gumam Arin. Jevan yang mengetahui jika Arin membaca tulisan yang berada di kertas tersebut langsung mengambil kertas itu dengan paksa. Membuat Arin sebenarnya sedikit terkejut karenanya.

"Lo enggak perlu tau soal ini !! Jangan ikut campur sama urusan gue !!" Tegas Jevan. Arin berdiri dari posisinya kemudian terkekeh geli. Ternyata Jevan membalikkan ucapannya sebelumnya.

"Oke gue minta maaf. Mungkin sebaiknya gue pergi dari sini dan balik ke kamar Jeje." Ucap Arin kemudian berjalan keluar kamar Jevan.

Seperginya Arin, Jevan membahas sedikit soal kejadian barusan bersama dengan Jevian. Jevan bercerita jika ada seseorang yang melempar gumpalan kertas berisi batu pada jendela kamarnya dan membuat jendela tersebut pecah. Jevan juga bilang kalau pelakunya sama seperti pelaku yang melempar benda yang sama di basecamp mereka.

Gemelli (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang