15. Tempat Ternyaman

29 8 10
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih, terserah kalian aja. Aku nggak bakalan maksa lagi. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Renal masih terus berjalan mengekori Ale sejak keluar dari rumah sang kakek. Kini mereka berada di bandara karena Ale memutuskan untuk pulang ke Indonesia saat itu juga. Dia juga kalau terlalu lama semakin muak dengan tekanan yang diberikan oleh sang kakek. Renal berusaha menyusul langkah Ale sampai akhirnya Renal berhasil menghentikan langkah dari sahabatnya itu.

"Belum, gue enggak akan biarin lo naik pesawat dalam keadaan masih marah. Tarik nafas dulu." Perintah Renal yang baru akan disanggah oleh Ale tapi Renal langsung menarik kedua tangan Ale dan menyilangkannya di depan dada. Dia menepuk-nepuk tangan Ale secara perlahan berharap Ale bisa tenang.

"Tarik nafas, hembuskan perlahan. Lo harus tenang, jangan sampai lo naik pesawat dengan kondisi masih marah dan berakibat kemarahan lo itu lo bawa ke rumah. Inget, lo sekarang enggak tinggal sendirian lagi." Ucap Renal masih terus berusaha menenangkan Ale yang diselimuti oleh amarah. Setelah dirasa Ale sudah tenang karena Renal sudah melihat Ale membuka kembali matanya, Renal tersenyum pada Ale.

"Udah ?? Udah tenang ?? Sekarang kita masuk ke dalam pesawat ya. Tapi lo harus janji, jangan bawa-bawa amarah lo ke mansion atau ke apartemen." Tutur Renal yang diangguki pelan oleh Ale. Mereka berdua kemudian berjalan untuk masuk ke dalam pesawat untuk kembali ke Indonesia. Ale berjanji pada dirinya sendiri, dirinya tidak akan kembali ke Italia lagi jika kakeknya yang meminta.

Belum juga mereka selesai menyelesaikan pemeriksaan tiket, beberapa orang menginterupsi langkah keduanya. Ale tau benar mereka siapa, sudah pasti mereka adalah orang-orang suruhan kakeknya. Karena Ale sama sekali tidak ingin menciptakan keributan, Ale dan Renal memutuskan untuk minggir lebih dulu dan membiarkan penumpang lainnya untuk masuk lebih dulu.

"Signorina, il grande signore le chiede in tornare alla !! (Nona, anda diminta Tuan besar untuk kembali !!)" Tegas orang itu. Ale hanya memberikan tatapan datarnya pada orang itu.

"Non tornerò mai più !! (Saya tidak akan pernah kembali !!)" Ucap Ale tak kalah tegas. Orang tersebut masih terus berusaha untuk membawa Ale kembali ke tempat tinggal kakeknya. Ale yang memang tidak pernah kehilangan akal, langsung berteriak meminta tolong. Beberapa petugas keamanan bandara langsung berlari mendekat ke arah Ale dan Renal untuk menolong mereka.

"Non tornerò mai più. Dillo al nonno !! (Saya tidak akan pernah kembali. Sampaikan itu pada kakek !!)"

🍁🍁🍁

Jevian melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar Ale yang berada di mansion. Beberapa hari ini, selama Ale tidak ada di Indonesia. Jevian memilih untuk menetap di mansion keluarga Allessandro. Dia memutuskan hal itu karena ingin menjaga mama mertuanya yang memang berada di mansion sendirian. Dia tidak mungkin membiarkan mama mertuanya itu dalam bahaya jika berada di mansion sendirian.

Jevian masih terus berjalan menapakkan kakinya ke anak tangga yang mengarah ke lantai dua, tempat kamar Ale berada. Jevian menghentikan langkahnya ketika berada di depan kamar sang mama mertua. Jevian mendekatkan langkahnya kemudian mengetuk pintunya pelan dari luar.

Gemelli (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang