19. Kenyataan Pahit

14 5 1
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih, terserah kalian aja. Aku nggak bakalan maksa lagi. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Matahari muncul dan mulai menyinari bumi yang mempunyai begitu banyak jenis makhluk hidup ini. Bahkan tidak sedikit manusia yang tidak memanusiakan manusia lainnya. Ale membuka matanya ketika sebuah cahaya berusaha masuk melalui celah-celah jendela tempatnya disekap saat ini. Dia meringis ketika kembali merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Dia juga kembali merasakan sakit pada bagian perutnya. Dia kemudian melirik ke bagian kakinya yang kini terdapat bercak darah yang sudah mengering.

Pintu terbuka, Ale menatap pintu itu dengan tatapan tajam. Dia sudah bersiap melayangkan banyak sekali cacian pada orang yang akan masuk ke dalam ruangan ini. Tapi caciannya itu mau tidak mau kembali dia telan ketika melihat kehadiran Sanders dan Yohan. Mereka berdua menghampiri Ale kemudian mengecek keadaan Ale saat ini. Bisa Ale lihat saat ini Yohan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang, sedangkan Sanders mencari cara untuk melepaskan ikatan yang ada di tubuh Ale saat ini.

"Lo enggak apa-apa ?? Mana yang sakit ??" Tanya Sanders pada Ale untuk memastikan jika Ale masih bisa merespon pertanyaannya.

"Semua, semua sakit. Selamatin anak gue. Gue mohon." Mohon Ale pada Sanders yang kini masih berusaha melepaskan ikatannya.

"Iya, kita keluar dari sini ya. Biar gue cari cara buat bawa lo keluar sekarang juga." Ucap Sanders sambil mencari sesuatu yang bisa untuk melepaskan ikatan Ale tersebut.

"Gue udah temuin keberadaannya. Tapi dia enggak dalam kondisi baik saat ini." Ucap Yohan begitu sambungan telfon itu terhubung dengan orang di seberang sana.

"Jangan ke sini, nanti malah semakin bahayain dia. Ini biar jadi urusan gue sama Sanders. Biar kita berdua yang cari cara." Ucap Yohan lagi.

"Hhhh Jevian sama lo ?? Kalau lo sama Jevian mending jangan ke sini, gue enggak mau bikin dia dalam bahaya."

"Bagus deh, kalau gitu lo boleh ke sini. Alamatnya nanti gue kirim." Setelah itu sambungan telfon terputus, menyisakan keheningan yang menyelimuti mereka bertiga.

Yohan kemudian berjalan menghampiri Ale dan juga Sanders untuk membantu Sanders melepaskan ikatan pada tangan dan kaki Ale. Tapi belum juga mereka berhasil melepaskan ikatan tersebut, terdengar suara langkah kaki dari luar ruangan yang semakin mendekat. Langsung saja Yohan dan Sanders mencari tempat bersembunyi agar keberadaan mereka tidak diketahui siapapun yang datang ke ruangan ini.

"Kita bertemu lagi sayangku. Aku ingin bilang ini sejak kemarin, tapi kemarin ada Ghita di sini." Ucap Hendra sambil mengambil sebuah kursi dan duduk tepat di depan Ale.

"Lo udah nikah ?? Kakek Andro yang bilang ke gue." Pertanyaan itu sama sekali tidak ingin Ale jawab. Karena jika dia membuka mulutnya, sudah dipastikan jika Hendra pasti akan mencari siapa suaminya dan Ale tidak mau itu terjadi.

"Pertanyaan lo enggak penting !!" Sarkas Ale dengan suara yang terdengar lemah, tapi malah mengundang tawa dari Hendra.

"Itu penting buat gue. Karena kalau lo memang beneran udah nikah, gue akan cari siapa suami lo dan gue pastiin dia enggak akan bisa lihat dunia lagi. Setelah itu, kita akan menikah tanpa adanya hambatan lagi." Ucap Hendra sambil menggamit dagu Ale agar mata mereka bisa bertemu. Ale tertawa sarkas, dia menertawakan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Hendra itu.

Gemelli (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang