- Sebelum baca ini, silahkan mampir ke lapak azzurayna dan baca buku yang berjudul “Wanna Be Me” karena ini sambungannya dari buku itu ya. Akun pertamaku dah hilang, jadi aku lanjut pakai akun ini. -
Bulan Juni adalah hari berlangsungnya ujian kenaikan kelas. Seluruh siswa-siswi berlarian ke ruangan masing-masing dan mulai duduk rapi di bangku. Guru Pengawas pun sudah terlihat keluar dari ruangan guru secara bergantian.
Berbeda dari anak murid kelas sepuluh lain, seorang anak perempuan berambut sepanjang pinggang berwarna coklat tua—duduk tenang di kursi tunggal yang sudah susun tepat ditengah-tengah ruangan. Di depan pula, ada Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah.
"Sallyana, waktu kamu masih banyak, jadi jangan tergesa-gesa." Suara Kepala Sekolah terdengar lembut dan ramah, menatap tulus pada anak murid lamanya yang sempat pindah lalu kembali lagi.
"Pak Kepala Sekolah benar, kalau kamu mengerjakan soal dengan terburu, takutnya hasil tidak akan memuaskan. Ujian ini adalah ujian penentuan, jadi sebisa mungkin fokus dan semoga berhasil."
Sallyana mengangguk sekilas. Iris karamelnya menatapi lembaran kertas berisi soal ujian khusus, dia sekali lagi akan berhasil loncat kelas setelah lulus dari serangkaian tes Sekolah.
Juwi melarang putrinya loncat kelas dengan alasan takut, putrinya masih muda dan terlalu dini untuk loncat kelas menjadi siswi akhir tahun. Masa remaja Sallyana setidaknya harus dilalui dengan bahagia, bukan di selimuti perasaan jemu akibat belajar dan terus belajar.
Namun Sallyana berpikiran berbeda, dia berpikir jika dia bisa lulus lebih awal dan bisa menyelesaikan pendidikan tinggi sewaktu masih muda, maka ada banyak waktu baginya untuk mencari pekerjaan bagus dan membahagiakan Juwi serta calon adik laki-lakinya.
Jarum jam berjalan tanpa berhenti, waktu terus mengalir sesuai hukum alam dan jam ujian akhirnya berakhir. Sallyana beranjak dari kursi, berdiri sembari menopang lembaran soal dan lembaran jawaban. Hasil dari belajar giat memang tidak pernah buruk.
Soal ujian kali ini dia tidak menemui kendala sama sekali, dengan begini, dia bisa yakin untuk lolos loncat kelas langsung dari kenaikan yang harusnya ke angkatan kelas sebelas menjadi ke kelas dua belas. Artinya—dia akan menjadi teman satu angkatan Veen.
"Pak, semua soal sudah saya kerjakan. Semoga hasilnya memuaskan dan saya tidak mengecewakan harapan Pak Aji dan Pak Jaka." Sallyana menyerahkan lembaran kertas. Pamit dan mencium telapak tangan kedua pria paruh baya baik hati tersebut, lantas keluar dari ruangan Kepala Sekolah dan berjalan menuju kantin.
Ujian untuk loncat kelas masih ada satu sesi lagi, jamnya sama dengan jam siswa-siswi yang sedang ujian akhir kenaikan kelas. Jadi ketika Sallyana pergi ke kantin, seluruh meja sudah penuh oleh orang-orang.
Siluet langsing anak gadis itu tampak mencolok diantara gadis lain karena tubuhnya begitu ramping dan tinggi. Belum lagi surai coklat tua sepanjang pinggul—jarang sekali ada anak gadis mau memanjangkan rambut sampai sepanjang itu.
"Sallyana!" Teriakan milik pemuda bertubuh tinggi semampai dengan surai hitam lebat dan sepasang mata abu-abu menggelegar ke seluruh sudut kantin.
Galen dan Juan berhenti saling memukul. Saling pandang satu sama lain untuk beberapa saat, seolah sedang mencerna sebuah nama yang belum lama ini diteriakkan oleh seseorang.
"Lo denger tadi ada orang nyebut nama adek kecil kita?" Tanya Galen bingung seraya mengerutkan alis rapinya.
"Iyalah gue denger, lo kira telinga gue tuli?" Sahut Juan tak santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]
FanfictionWajib baca buku musim pertama. Judul : Wanna Be Me, bisa dibaca di akun wp @azzurayna