#11. Kim Taehyun Kembali.

59 16 3
                                    

Empat hari berlalu semenjak insiden buruk menimpa Sally di sekolah. Semuanya mulai kembali berjalan sebagaimana mestinya. Veen juga tidak lagi terlalu dingin padanya, lalu Sela juga sedikit-sedikit mulai mau bersahabat. Sally bersyukur dengan kemajuan hidupnya saat ini.

"Kamu baik-baik aja?" Suara merdu dengan intonasi lembut ini datang dari pemuda pemilik mata abu—Vino.

Kepala kecil Sally melihat ke atas, menatap pemuda menawan yang sudah sangat dikenalnya. Vino berdiri tinggi gagah dalam balutan pakaian formal, kemeja putih ditutupi jas hitam. Pemuda itu terlihat rapi untuk acara penting hari ini.

"Sally baik. Cuma sedikit gugup aja, nanti kalau Sally belum tentu lulus loncat kelas gimana?"

Perihal bahwa Sally sebenarnya sudah lolos naik ke kelas dua belas dan menjadi satu angkatan dengannya masih dirahasiakan oleh Vino, semua ini dia lakukan karena dia ingin menyiapkan kejutan untuk adik barunya yang teramat dia cintai.

Jika Sally sudah tahu bahwa dia lulus loncat kelas, maka persiapan kejutan Vino tidak akan terasa menyenangkan. Oleh sebab itu Vino tidak berkata apapun.

Siang ini halaman depan SMA 1 Cakrawala penuh oleh kursi-kursi berjejeran rapi. Banyak siswa-siswi berlalu-lalang datang dan pergi bersama kelompok masing-masing.

Mona juga pergi bersama pacarnya yang merupakan kakak tingkat. Sehingga Sally terpaksa sendirian duduk di kursi paling depan, menunggu Vino datang.

Acara pengumuman nilai rapot dan kenaikan kelas untuk tahun ini sengaja diadakan secara mewah dan berbeda, jadi anak-anak berpakaian jas lengkap bagi laki-laki sedangkan perempuan mengenakan dress berwarna putih.

Cecilia secara pribadi membeli pakaian untuk Sally, gaun yang dikenakan oleh anak gadis tersebut tampak mewah dan elegan karena dirancang oleh desainer ternama tanah air. Awalnya Sally menolak, enggan harus menerima barang begitu bagus dari orang tua Vino.

Namun karena Cecilia terlanjur membeli dan Cecilia memaksa dengan wajah sedih, akhirnya Sally mau tanpa lupa berucap terima kasih. Pun, dia bercerita tentang kebaikan Cecilia ke Juwita, dua perempuan paruh baya itu berhasil dekat dalam waktu sekejap di pertemuan pertama.

"Kamu pasti lolos."

"Dari mana kakak tahu? Emang Kak Vino cenayang?"

"Ya, bukan. Tapi pokoknya kamu pasti lulus, kamu kan pinter banget. Yang penting percaya diri dulu."

"Oke. Makasih, kak. Aku gugup banget, semoga aku bisa lulus ujian loncat kelas." Harap perempuan itu tulus.

Vino duduk ke kursi kosong di dekat Sally. Ia tersenyum kecil, tanpa sadar memegang erat jemari yang berukuran lebih mungil, "Kenapa kamu ngotot mau loncat kelas? Mama Juwi pernah bilang, kamu harus bahagia dan melewati masa muda dengan bebas seperti anak-anak di luaran sana."

"Sally mau seperti itu. Tetapi Kakek dan Nenek sekarang semakin renta, mereka cuma punya Mama, sedangkan Mama cuma punya aku dan adik yang sebentar lagi mau lahir. Semua beban dan tanggung jawab keluarga pada akhirnya harus Sally pikul, Sally mau kasih yang terbaik untuk semua orang tersayang Sally. Entah itu harus kehilangan kebahagiaan masa remaja, tak mengapa. Karena kebahagiaan Mama, Kakek, dan Nenek adalah kebahagiaan Sally. Kegembiraan mereka tidak sebanding dengan kebahagiaan masa remaja Sally."

"Jangan nangis, udah cantik-cantik dandan masak nangis? Kasihan Snow capek-capek dandanin kamu," Vino menyentuh sudut mata Sally yang terasa basah. "Apapun keputusan kamu, aku dukung. Bila perlu, kita masuk ke Universitas yang sama, biarin aku jaga kamu sesuai keinginan Mama Juwi."

"Nggak bosen apa? Kakak lihat muka Sally terus dimana-mana dong kalau satu Universitas lagi."

"Ngapain bosen? Orang kamu aja cantik banget, manis lagi. Coba senyumnya mana?" Kata-kata Vino mengandung godaan serta candaan, berusaha merubah suasana hati buruk perempuan di sisinya.

SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang