#2. Apa Tujuanmu Kembali?

105 20 1
                                    

"Mama, aku pulang." Seru anak perempuan dengan kepangan rambut longgar. Rambut terlalu panjang menyebabkan rasa gerah dan risih, sehingga Sally mengepang rambut panjangnya ketika dalam perjalanan pulang ke rumah.

Vino berlari dan datang dari gerbang masuk halaman. Berhenti di ruang tamu, hanya diam berdiri sembari melihat Sally berlarian ke lantai dua. Mengecek satu ruangan ke ruangan lain, Juwi tidak ditemukan dimana-mana, perempuan itu mulai khawatir.

Sedangkan Vino tetap santai. Ia berkata dengan nada sedikit tinggi karena Sally berada di atas dan jarak mereka berdua cukup jauh saat ini. "Sally, kamu tenang dulu. Mama pasti lagi keluar beli sesuatu."

"Tapi Mama belum telfon aku sama sekali, Kak! Mama selalu telefon dan lapor kalau mau keluar dari rumah."

"Aduh, aduh, ini ngapain pada teriak-teriakan? Mau latihan jadi orang utan? Ke kebun binatang sana, jangan berisik di rumah Mama!" Suara familier ini datang dari arah pintu masuk rumah.

Juwi berjalan santai sambil membawa dua kantung plastik berisi persediaan makanan selama satu bulan ke depan. Tubuhnya mulai gemuk pasca perutnya kian membesar. "Kok diem? Gak mau teriak-teriak lagi kayak monyet? Padahal Mama mau panggil tukang gendang biar kalian berdua bisa pentas seni di jalanan."

"Mama! Becandanya jelek!" Protes Sallyana dari lantai dua, dia berlari menuruni anak tangga dengan ekspresi cemberut.

Semenjak mereka hidup berdua bersama tanpa ada kepala keluarga. Cinta dan kasih sayang Sally teruntuk Juwi bertambah besar. Di ikuti rasa cemas berlebihan serta rasa takut akan kehilangan lagi seseorang yang begitu dia cintai.

Cukup dua pria paling berharga di hidupnya yang pergi meninggalkan dia. Tetapi jangan sampai Ibunya ikut meninggalkannya.

"Biarin jelek, lagian siapa juga yang ngelawak. Orang Mama baru aja ngasih saran. Iya gak, Vin?" Tatapan Juwi beralih ke pemuda tinggi di ruang tamu.

Pemuda bermata abu-abu tersebut mengangkat kedua tangan pasrah. "Mama jangan bawa-bawa Vino, nanti Vino ikut kena amukan."

Juwi tertawa dan Sally melemparkan tatapan kesal akibat ucapan itu.

"Kak Vino mending diem! Kamu tuh gak diajak!"

"Bibirnya makin pedes aja."

Sallyana menjulurkan lidahnya dan tertawa bahagia, berlari memeluk Juwi dari belakang. Tak lupa mencium sisi kiri wajah indah sang Mama lalu menepuk perut buncit yang terisi oleh makhluk kecil. "Adek, Kakak pulang."

Telapak tangan Sally mendapat hantaman dari dalam perut.

Juwi mencubit ringan punggung tangan putrinya, berkata lembut, "Adek kamu selalu nakal, nendang-nendang Mama mulu. Mentang-mentang Kakaknya pulang, jadi makin aktif."

Pemandangan akrab sepasang Ibu-Anak tak luput dari pandangan Vino Alderion. Suasana seperti ini, mustahil untuk ditemukan dalam keluarganya meskipun kau mencari dan menanti selama puluhan tahun. Seberapa bahagia Sallyana dan Juwi-tampak jelas pada ekspresi mereka.

Vino teringat Ibunya-Cecilia Amora. Meskipun ketika dia beranjak dewasa Cecilia jarang menghabiskan waktu bersama dengannya, tetapi Vino tahu betul seberapa dekat Cecilia ketika dia masih berusia kanak-kanak.

Semua kedekatan hancur tepat setelah Cecilia mulai masuk ke dunia bisnis menemani Papa-Bram Alderion. Jika dulu hanya Bram yang sibuk bekerja hingga jarang berkumpul bersama keluarga, maka Cecilia pun sekarang ikut jarang menyisakan waktu bagi putrinya.

Pada akhirnya, Vino ditinggalkan sendiri. Duduk seorang diri di kursi meja makan teramat luas. Dan menempati sebuah rumah besar mewah yang terasa bagaikan kuburan, saking sepi dan suramnya tempat tersebut.

SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang