Sela berbaring di atas ranjang usang yang masih bisa untuk digunakan beristirahat. Surai hitamnya tampak berkilauan ketika cahaya mentari menyelip masuk lewat celah di atas jendela kayu kamar.
"Sela, bagaimana kondisi kamu? Sudah merasa baikan?" Ibu Panti—Lestari, bertanya lembut dan penuh kasih sayang.
Perempuan muda tersebut tersenyum lemah, setelah terkena siraman air susu hangat, esok paginya dia langsung demam tinggi dan terpaksa menambah hari izin tidak masuk sekolah karena sakit.
"Ini, Ibu masakin bubur buat kamu. Harus dimakan sampai habis, oke? Ibu tinggal dulu, mau nidurin Dek Aci, dia dari tadi nangis mulu. Cepat sembuh putri cantiknya Ibu."
Sela menutup mata saat Lestari mencium keningnya lembut bagaikan perilaku Ibu kandung kepada putri semata wayang yang teramat di cintai. Selepas Lestari pergi dari kamar sempit dengan cat hijau meluntur itu—Sela beranjak bangun.
Ekor matanya bergerak melirik mangkuk kecil berisi bubur cair kebanyakan air. Persediaan beras pasti sudah mulai menipis dan sampai sekarang belum ada donatur lagi yang mampu menyokong panti asuhan ini.
"Sela! Ada Veen main ke sini!"
Teriakan Lestari dari ruang tamu mengejutkan Sela. Ia langsung berdiri dan berlari ke meja rias usang, benda sumbangan dari anak gadis tetangga yang rumahnya tidak jauh dari sini. Dulu Sela sangat senang karena bisa mendapatkan meja rias sebagus ini walau pun sudah bekas.
Baru saja Sela bergerak merapikan rambut acak-acakan, sosok tinggi sudah terlanjur berdiri di ambang pintu. Pemuda menawan di sana menatapnya dengan tatapan memuja dan penuh kasih sayang, "Ngapain dandan? Kan, udah cantik."
Wajah putih manis si gadis tersipu malu. Sela tertunduk, menanti kehadiran pemuda itu sampai tepat di depannya. Tak butuh waktu lama, Veen sudah berdiri tinggi tepat di hadapannya. Tersenyum lembut sembari menyentuh surai panjangnya yang halus, "Aku rindu kamu, waktu kamu nggak ada di sekolah, rasanya sepi banget."
"Aku juga bosen, di panti sepi banget. Adek-adek lagi tidur siang, tinggal Dek Aci yang masih rewel dan lagi di urus sama Ibu." Tepat tatkala mengucapkan nama anak paling belia di Panti Asuhan Ceria—raut wajah Sela langsung sedih.
Veen segera menangkap perubahan ekspresi itu, lantas bertanya lembut, "Ada apa? Kamu bisa ngomong sama aku jika butuh sesuatu."
"Ibu kesusahan cari nafkah, belum ada donatur lagi sejak tiga bulan terakhir, uang yang tersedia semakin menipis. Aku takut dengan kondisi adek-adek aku di sini, mereka perlu makan."
"Kenapa baru cerita sekarang?!" Seloroh pemuda itu. Ia menyentuh kening, tak habis pikir dengan apa kemauan Sela sebenarnya. "Sayang, berapa kali aku bilang? Kalau kamu butuh sesuatu, bilang ke aku, aku janji pasti bantu. Jangan pernah sekalipun berpikiran bahwa kamu merepotkan!"
"Tapi—" Kalimat Sela terjeda, dia sungguh tulus mencintai adik-adiknya di sini begitu juga Ibu Panti. Dia selalu ingin yang terbaik untuk semuanya, itulah mengapa dia berusaha keras dalam belajar supaya kelak bisa menjadi orang sukses dan kuncinya adalah dengan dia harus menjadi pandai dan mendapatkan beasiswa.
"Tidak ada tapi!" Sanggah Veen. "Apapun itu, bilang ke aku! Masalah kamu adalah masalah aku. Berapa dana yang kamu butuhkan? Aku bisa ambil uang dari tabungan aku."
Iris Sela bergetar, dia mendongak. Menjawab sengit, "Gak mau! Uang di sana tabungan kamu! Biar aku yang cari cara untuk menarik donatur baru dan bisa menyuntikan dana secara tetap ke panti!"
"Sela," intonasi suara serak dan dalam semakin melembut setelah sang kekasih mulai keras kepala. "Dengar ini, uang tabungan aku hanyalah simpanan biasa. Aku juga nggak terlalu butuh, kamu bisa pakai itu. Jika kamu merasa terbebani, cukup bayar semua kebaikan aku dengan cinta tulus kamu hanya diperuntukkan untukku."

KAMU SEDANG MEMBACA
SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]
FanfictionWajib baca buku musim pertama. Judul : Wanna Be Me, bisa dibaca di akun wp @azzurayna