Murid-murid dari seluruh kelas berhamburan keluar dari ruangan masing-masing. Khusus hari ini semua angkatan dari segala jurusan boleh pulang sehabis jam dua belas siang sebab guru-guru ada kegiatan khusus yang mengharuskan semuanya ikut serta, dari pada anak-anak tidak ada yang mengurus, Kepala Sekolah menurunkan perintah untuk memulangkan mereka semua.
Di kelas 12 IPA - I sebelum pulang, siswa mendapatkan tugas dari guru mapel yang mana mengharuskan mereka berkelompok dengan satu kelompok berisi lima anggota. Dan kelompok sudah dibentuk oleh guru sesuai urutan tempat duduk serta barisan.
Veen, Sela, Jeno, Sallyana, dan Viona berada dalam satu kelompok. Mengingat besok ada mapel guru tersebut dan tugas sudah harus selesai besok untuk langsung dipresentasikan, mereka berlima sepakat untuk langsung berkelompok ke rumah Viona.
"Mau kemana Sal?" Viona bertanya lantaran lengannya dilepas oleh Sallyana dan anak perempuan itu justru berlari ke lorong anak IPS.
"Mau ketemu Kak Vino!" Seru anak perempuan di sana. Lalu tubuhnya hilang tertelan dinding.
Viona seketika menoleh ke Jeno yang berjalan didekatnya. Senyum menggoda sedikit jahil dia tampilkan pada wajah manisnya, "Je, sampai kapan mau lo tahan perasaan suka lo ke Sallyana? Katanya mau ngomong jujur dari jauh-jauh hari, nyatanya mana?"
Jeno menoleh ke Viona tak lebih dari satu detik. "Gue pesimis," sahutnya ringan. Kali ini Jeno sungguh jujur, dia pesimis dan minder apabila melihat beberapa pemuda yang mendekati Sallyana. Mereka semuanya anak-anak populer dan berada, bahkan beberapa adalah anak pejabat penting negara. Mungkinkah Jeno bisa berhasil bersaing bersama mereka?
Bila kata Juan, 'Mending mundur, lo malah kek tikus mau rebutan daging sama macan.'
Sepupunya memang tidak pernah bisa memberikan saran yang bisa membangun semangat Jeno.
"Yah, apaan! Cowok kok pesimis, kalau suka ya bilang suka, nanti Sallyana di srobot cowok lain baru sedih, nangis di dalem kamar!" Ledek perempuan bergaya tomboy di sebelah.
Jeno mengangkat kedua bahu acuh tak acuh, "Suka tidak berarti harus memiliki." Sepertinya disaat dia suka kepada Sela, dia tidak memaksa untuk memiliki Sela sebab Sela lebih dulu menjadi milik Veen dan keduanya saling menyayangi. Jeno tidak terlalu berambisi di usia semuda ini karena rasa suka di masa-masa begini biasanya mudah berubah.
Dia suka Sally karena dia anak perempuan yang manis dan baik hati, bila Jeno membahas tentang beberapa novel fiksi remaja, maka Sallyana bisa mengimbangi. Jeno senang menemukan individu yang sangat cocok dengan kepribadiannya dan timbul rasa nyaman. Inilah alasan dia suka dengan Sallyana. Dia pun sering lepas kendali menjadi sosok bebas nan leluasa apabila bersama Sallyana.
Viona mengerucutkan bibir kesal. Lalu melihat punggung Jeno yang menjauh, dia ikut-ikutan mengangkat kedua bahu apatis. Viona berlari mendahukui etangganya lalu meninggalkan pemuda itu di belakang, "Cepet, Je! Veen udah nungguin kita bareng Nenek Lampir!"
Jeno geleng-geleng kepala mendengar sebutan 'Nenek Lampir' dia tahu siapa yang dimaksud oleh Viona. Jikalau bukan Sela, siapa lagi? Perasaan sukanya ke Sela saat ini sudah hilang tak bersisa. Perilaku baru Sela yang anak gadis itu tunjukan selama satu minggu belakangan berhasil membuka mata Jeno. Sepertinya dia salah karena menyukai perempuan seperti Sela.
Perempuan ini .... ah, sudahlah. Jeno tak mau membahas, dia menghembuskan nafas penat. Keningnya dia pijat lembut, "Ternyata hidup itu capek," keluhnya.
***
Rumah besar Viona cukup sepi ketika siang hari. Tidak ada orang sama sekali. Pemilik rumah masuk duluan, melepaskan sepatu lalu membuka semua pintu, "Langsung masuk aja gais, anggap rumah sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]
FanfictionWajib baca buku musim pertama. Judul : Wanna Be Me, bisa dibaca di akun wp @azzurayna