#39. Ending

168 21 17
                                        

Sallyana berhenti di dekat pintu ruangan pendafataran kasus. Polisi muda yang memberi arahan jalan sudah pamit untuk kembali ke ruangan sidang karena masih ada perlu dengan Hakim.

"Sampai ke sini malah diem di deket pintu? Kalau cuma mau diem dideket pintu, mending kita langsung pulang sekarang." Suara Vino mengalun lambat dari belakang telinga perempuan bersurai coklat tua tersebut.

Sensasi hangat di telinga menggelitik rasa geli Sallyana, kepalanya menoleh ke samping. Bulu mata lentiknya menurun, menciptakan bayangan samar pada iris karamel jernih yang terlihat suram. "Kakak di sini aja nunggu aku, jangan ikut masuk ke dalam ruangan."

"Tapi—"

"Tolong, ikuti permintaan Sally kali ini."

"Oke, aku tunggu kamu di luar. Jangan lama-lama, Om Taehyun mungkin bisa marah kalau kamu ketemu 'dia'."

"Hanya sebentar, nggak lebih dari lima menit." Jawab Sallyana sambil lalu meninggalkan Vino kemudian masuk ke ruangan pendaftaran kasus. Benar saja, di sana tinggal Yuwi seorang yang terduduk sendirian dikursi tunggu, sisa tersangka lain sudah dibawa ke penjara sebab hukuman mereka lebih ringan dari pada Yuwi.

"Ma—Bibi," lidah Sallyana nyaris terpeleset dan memanggil perempuan yang duduk di kursi tunggu dengan sebutan Mama. Paras mirip Yuwi dan Juwi membuatnya hatinya terlilit kembali. Mengapa keduanya harus mempunyai paras yang sama? Ini membuat Sallyana sering tidak tega untuk bersikap buruk ke Yuwi.

Yuwi berhenti menunduk, paras cantiknya yang masih awet muda dan mirip sekali dengan Sallyana—tampak lemas tak ada tenaga.

Bibir tipisnya yang diwarnai lipstik merah muda natural menipis sedikit menjadi senyuman, "Mau ngapain kamu datang kemari? Mau nampar atau mau mencaci? Aku bersedia menerima keduanya bahkan lebih, tapi aku mohon jangan celakai Sela. Selama delapan belas tahun dia sudah hidup menderita di panti asuhan dan harus bekerja keras. Jika kalian melakukan sesuatu kepada Sela, hidupnya benar-benar akan hancur. Di sini, aku yang salah, bukan putriku. Maka cukup lampiaskan amarah kalian semua kepadaku, jangan pada putriku."

"Sally datang bukan karena ingin mencaci atau menampar wajah Bibi. Apa gunanya bila Sally melalukan hal buruk seperti itu?"

Kening Yuwi berkerut hingga tercipta lipatan. Kedua alis tipisnya terangkat bersamaan, "Lalu?"

"Sallyana mau bilang makasih."

"Sally, kamu ...." Tatapan iris karamel Yuwi membola sempurna. Tidak pernah terbayangkan bahwa Sallyana justru akan berterima kasih padanya.

"Seseorang pernah bilang ke Sally sewaktu masih kecil. Jangan melupakan seribu kebaikan hanya karena satu atau seratus kesalahan. Selama lima belas tahun, Bibi menjalankan tugas sebagai seorang Ibu bagi Sally dan mengajarkan banyak hal. Meski Bibi sudah berlaku jahat pada Mama dan membuat Mama pergi dari Sally serta Papa, sekarang Bibi sudah menerima hukuman, ada sedikit ketidakpuasan di hati Sally karena Bibi tidak dipenjara seumur hidup, namun disisi lain, Sallyana juga tidak rela bila Bibi terlalu tersika. Bagaimana pun juga, saat kecil—Bibi adalah sosok Ibu yang mengajarkan Sally cara untuk berjalan, bicara, membaca, dan belajar. Bahkan saat Sally sakit, Bibi selalu begadang dan terus berada di sisi Sally. Selamanya, Sally tidak akan melupakan kebaikan ini. Semoga Bibi selalu sehat setelah semuanya berlalu."

Sallyana terdiam sebentar, meletakkan jeda sejenak agar dia bisa menarik nafas panjang. "Papa mungkin masih menaruh kebencian besar pada Bibi dan Sela, selagi Bibi ada dipenjara, Sally bisa berjanji bahwa Papa tidak akan menyentuh Sela. Putri Bibi bisa hidup sehat setelah ini, Sela adalah perempuan yang cerdas dari segi akademik atau non-akademik, masa depannya masih panjang dan cerah. Bibi bisa hidup tenang tanpa beban pikiran dipenjara. Itu saja yang ingin Sally sampaikan, lalu untuk Aksa—Sally juga berjanji akan membesarkan dia penuh kasih sayang dan membuat dia tumbuh menjadi pemuda sukses kelak di masa depan. Namun maaf, Sally tidak akan membiarkan dia tahu Bibi Yuwi adalah Ibu kandungnya. Aksa hanya perlu tahu jika Ibunya adalah Juwi Arsania Larasmanati yang meninggal dunia ketika melahirkannya."

SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang