"Ah!"
Teriakan gaduh datang dari lorong milik kawasan angakatan kelas dua belas jurusan IPA. Puluhan pasang mata melihat tepat ke arah Viona dan Sallyana berdiri, lalu berganti ke arah Sela yang terjatuh ke lantai bersama buku paket berserakan.
Bolehkah mereka tanya berapa kali Sela terjatuh seperti itu ketika Sallyana berdiri di dekatnya? Semua murid saja dibuat jengah dengan tingkah laku Sela yang tidak lagi mencerminkan perempuan cerdas baik hati. Mereka pikir Sela berubah menjadi orang lain yang sangat gencar mencari gara-gara dengan Sallyana!
Kumpulan anak murid dari kelas lain seketika langsung bubar. Malas melihat adegan drama yang setiap harinya sama saja. Membosankan sekali.
"Sallyana, kenapa kamu jegal kaki aku?" Sela bertanya sedih dengan tubuh masih terduduk lemas ke atas lantai seakan dia benar-benar menjadi korban paling tersiksa.
Kedua alis Sallyana berkerut. Ini sudah kesekian kali selama satu minggu—Sela sering bertindak konyol, contohnya saat ini, jatuh sendiri tetapi menyalahkan Sallyana. Mana jatuhnya harus selalu didekat Sally.
Orang bodoh saja bisa menangkap rencana Sela yang seolah ingin membuat Sallyana tertuduh dan dipandang buruk oleh orang-orang. Tapi beruntung sekali karena anak-anak di lorong ini semuanya anak cerdas, mereka dapat membaca maksud Sela.
Viona mengeram benci. Dia dulu tidak ada masalah apapun dengan Sela. Bahkan berteman baik. Namun melihat kelakukan Sela akhir-akhir ini terhadap Sallyana, dia jadi muak sendiri. "Sela, lo itu pura-pura bodoh atau emang bodoh?! Jelas-jelas kaki lo tadi jatuh sendiri tanpa di jegal kaki siapa-siapa! Sally dari awal fokus ngomong sama gue, mana ada waktu buat ngelirik lo dan jegal kaki lo. Kalau pun dia jegal kaki lo, orang-orang juga pasti tahu siapa yang salah, siapa yang bener."
Tanpa tedeng aling-aling, Viona menunjuk ke arah anak laki-laki yang sedang membaca buku dibantu kacamata hitam tebal. Dia ingat kalau anak laki-laki di sana keluar dari kelas didekat mereka bertiga sebelum Sela jatuh. Viona juga ingat anak laki-laki di sana sempat melirik ke arah mereka sebentar, lebih tepatnya ke arah Sallyana.
"Lo!"
Anak laki-laki dikursi mendongak, menunjuk dirinya sendiri, "Gue? Gue kenapa?"
"Lo tadi lihat kaki Sallyana jegal kaki Sela? Gue inget lo keluar kelas sebelum Sela jatuh dan sempet ngelirik ke arah Sallyana. Cepet jawab jujur!"
Yanuar melirik ke arah Sela yang menatapnya dengan komuk sedih. Bulu kuduknya merinding. Lalu mata hitamnya terangkat naik untuk melihat Sallyana yang ternyata juga balik menatapnya dengan sepasang iris karamel lebar tenang. Yanuar terlanda gugup dadakan, ia lantas menjawab jujur, "Gue nggak lihat. Sela jatuh sendiri."
"Huh!" Viona mendengus bagaikan induk banteng yang sedang kesal setengah mati karena harus melindungi anak bantengnya dari kelompok manusia pemburu. "Lo itu sebenernya kenapa, sih, Sel? Selama satu minggu ini lo sering banget jatuh di dekat Sally terus nuduh Sally dorong lo, jegal lo, sengaja ngebuat lo jatuh. Otak lo mulai goblok?"
Mulut Viona ini tidak ada bedanya dengan mulut macan. Sekali marah-marah, tidak perlu gigit secara langsung si musuh, melainkan cukup keluarkan kalimat dari bibirnya, maka musuh sudah akan tergigit dengan kalimatnya yang sukses membuat sakit hati.
Sallyana selalu diam pada saat-saat demikian. Pikirannya cukup cerdas untuk menangkap perubahan Sela yang tiba-tiba menjadi agresif, bila dia tanggapi, Sela justru semakin menjadi-jadi. Padahal hubungan mereka berdua sudah mulai membaik dan sering berbicara santai, namun selama satu minggu ini, Sela berubah total.
Kira-kira apa yang menjadi alasan Sela berubah?
Hal apa yang bisa membuat Sela kembali membenci Sallyana disaat Sally menjaga jarak dari Veen usai pemuda itu datang ke Solo untuk menciumnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]
Fiksi PenggemarWajib baca buku musim pertama. Judul : Wanna Be Me, bisa dibaca di akun wp @azzurayna