Ekspresi senang tak pernah luput dari paras tampan Vino, membuat teman-temannya satu tongkrongan dibuat bingung sekaligus merinding. Takut Vino kerasukan roh jahat dari perempatan jalan entah dimana itu.
"Vin, lo baik-baik aja? Kecantol mbak-mbak kunti dari mana lo?" Suara ini berasal dari Abram.
Tatapan mata abu Vino seketika berubah tajam, "Mulu lo minta digenjreng?"
Faisal terpingkal-pingkal melihat Abram buru-buru menyatukan kedua tangan meminta maaf kepada Vino. "Makanya jangan asal ngomong, bodoh!" Selorohnya senang atas penderita teman sendiri.
Abram menyahut sengit, "Kecebong sawah mending diem."
"Amuba homo jangan sok keras."
"Eh! Lo kalau ada masalah sama gue mending ayo ribut!"
"Kalian berdua nggak bisa diem, gue pukuli satu-satu sampek bonyok."
Abram dan Faisal seketika diam, duduk tenang kembali sambil memakan soto mereka masing-masing. Ketiganya saat ini sedang keluar sekolah mumpung guru-guru sibuk rapat, sebenarnya tidak harus menunggu rapat pun mereka juga bisa keluar.
Hanya saja semenjak Vino bertemu Sallyana dan mulai dekat dengan anak gadis tersebut, seolah mendapatkan cahaya illahi, Vino berubah menjadi lebih baik lagi. Jarang bolos—ralat, nyaris tidak pernah lagi bolos. Tidak lagi nyontek. Tidak lagi mencari ulah kecuali ada setan yang sengaja memancing keributan. Dan bertambah pintar karena rajin belajar—mengingat Vino sendiri adalah anak cerdas, hanya malas belajar. Jadi ketika belajar, kecerdasannya mulai terpublikasikan.
Abram berkata ragu, "Cok, soto lo kurang asin, nggak?"
"Gak tuh, punya lo kurang asin?"
"Kurang."
"Mau pakai ingus gue? Mumpung lagi pilek, karena lo temen gue, nggak usah bayar alias gratis."
"Anjir, ogah!"
"Padahal ingus gue micin alami. Langsung dari sumbernya."
Melihat kelakuan kocak dua teman baiknya ini mampu membuat Vino tertawa ketika dia sedari tadi memikirkan sesuatu hal penting. "Btw, gue mau ngomong sesuatu ke kalian."
Abram dan Faisal saling tatap. Keduanya sama-sama menutup dada mereka, berlagak seakan menghindar dari tatapan mata abu Vino.
"Bos, gue masih demen perempuan meskipun gue lebih sering kumpul bareng cowok," ujar Abram serius.
Faisal tak kalah serius, "Walau cowok manis emang bikin gemes, gue sebagai cowok jantan menolak untuk bermain pedang-pedangan. Gue masih demen menjelajahi gua hangat."
"Lo berdua .... gila?" Tanya Vino seraya melihat Abram lalu berganti Faisal. Mengapa mereka berdua tiba-tiba bersikap seolah dia ingin mengutarakan perasaan? Jelas-jelas dia ingin bercerita. "Gue cuma mau ngomong kalau gue suka Sally dan mau berjuang buat dapetin dia." Lanjutnya.
Sontak Abram dan Faisal bernafas lega berbarengan. Mereka pikir Vino ingin menyatakan perasaan seperti cinta contohnya? Pikiran kotor di kedua kepala anak muda ini bisa muncul demikian karena didorong oleh fakta bahwa Vino tak lagi bermain perempuan. Ya siapa tahu, kan, Vino tiba-tiba suka sesama jenis? Mana Abram dan Faisal itu tampan.
Lagi-lagi dibuat pening oleh kelakukan dua anak cacing di depan, Vino menyerah seketika. Dia pamit undur diri, jangan sampai dia lepas kendali memukuli kepala Abram dan Faisal sampai penyok.
"Mendingan gue balik, ini duitnya. Kembaliannya kalian bawa aja."
"Emang si Vino yang paling murah hati! Kira-kira dia butuh tukang sopir rasa pembalap Motor GP nggak ya?" Ucap Abram bahagia sesekali memukuli tiga lembar uang seratus ribu. Lumayan kembaliannya bisa buat borong cilok dekat gang rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]
FanfictionWajib baca buku musim pertama. Judul : Wanna Be Me, bisa dibaca di akun wp @azzurayna