#33. Halo, Putri Mama

42 11 0
                                    

Fifi menyerahkan semua amplop berisi surat dari mendiang Juwi beserta memori card berisi video. Mantan Bidan tersebut undur diri dan bergabung dengan Bram serta Kim Taehyun diruangan khusus.

Sally terduduk lemah ke tepian ranjang. Jemarinya bergetar ketika dia melihat serentetan kalimat pada surat pertama. Surat yang seharusnya diserahkan padanya ketika dia tepat berusia sepuluh tahun. Juwi pasti tidak pernah menduga bahwa saat putrinya membaca surat pertama darinya, dia sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Jarum jam terus berputar, Sallyana membaca dari lembar pertama ke lembar berikutnya hingga akhirnya dia sampai pada lembar terakhir yang harus dia terima ketika berusia dua puluh tahun.

[Selamat ulang tahun ke-20 tahun cantiknya, Mama. Putri Mama bingung, ya, kenapa Mama buat surat begini padahal kita selalu berada di satu rumah dan Mama bisa langsung bicara ke kamu tanpa harus ribet menulis surat. Mama sendiri juga bingung, tiba-tiba Mama pengen buat surat seperti ini yang akan Mama berikan ke kamu mulai dari usia sepuluh tahun hingga ke dua puluh tahun.]

[Impian Mama masih sama, yaitu satu, kamu selalu bahagia. Di usia dewasa, seorang perempuan harus mulai mencari pasangan hidup. Carilah laki-laki yang bisa mengayomi dan menghormati kamu, bukan hanya bisa mencintai kamu. Eh, tunggu sebentar, apa Mama terlalu cepat untuk membahas pasangan masa depan kamu? Mama udah enggak sabar pengen gendong cucu padahal kamu aja masih dikandungan Mama waktu surat ini ditulis.]

[Mama dan Papa cinta kamu, mentari kecil kami yang hadir setelah dinanti selama bertahun-tahun. Sekali lagi terima kasih karena sudah datang ditengah-tengah keluarga kecil Mama dan Papa. Beranjak dewasa bukan berarti kamu harus mandiri dan hidup terpisah dari orang tua, bagi Mama, mau sedewasa apapun kamu, Sallyana tetaplah bayi perempuan yang sangat Mama sayangi. Doa Mama selalu menyertai kamu, semoga putri Mama bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. I love you, My Little Sun.]

Joo Hee bergerak mendekati kakak perempuannya dengan susah payah karena tubuhnya harus merangkak dengan posisi tengkurap. Jemarinya meraih jemari Sallyana, anak kecil itu menurunkan kepala kecilnya di atas punggung tangan Sally. Air liurnya ikut menetes, membuat Sallyana tersadar dari kesedihan akibat sensasi dingin basah.

Mau tidak mau anak gadis dengan kuncir kuda itu terkekeh ringan, menarik lengannya yang ditindih oleh Joo Hee. Ia mencium kening Joo Hee lembut, "Kamu nggak mau kakak sedih?"

Joo Hee menggeram panjang. Mata lebarnya menatap Sallyana seolah meminta digendong. Detik kemudian Joo Hee mulai merengek gelisah.

Sallyana meletakan surat-surat dari mendiang sang Mama, beralih menarik tubuh berisi Joo Hee untuk dia pangku. Semua surat sudah dia baca, kini tersisa video yang belum dia tonton. Mata karamelnya memerah sembab akibat menangis. Dari surat-surat ini, dia bisa tahu seberapa dalam dan seberapa besar cinta Juwi untuknya.

Jarinya menekan tombol play pada layar ponsel miliknya. Tak selang lama, seorang perempuan muda dengan paras mirip dengannya terlihat duduk di ranjang rumah sakit sembari mengusapi perutnya yang membengkak terisi oleh makhluk hidup.

"Mama jadi bingung nih, mau bilang apa ke putri Mama. Kamu bisa lihat ini 'kan?" Dilayar ponsel, Juwi menepuk ringan perutnya yang membesar. "Kamu masih ada di sini, Mama bisa rasain detak jantung kamu. Sebentar lagi kamu lahir dan Mama bisa genggam tangan kamu, nemenin kamu tumbuh, bantu kamu berlajar melangkah, menulis, dan membaca. Mama nggak sabar mengajarkan banyak hal ke kamu. Waktu lihat video ini, kamu pasti udah besar dan nggak lagi manggil-manggil Mama pas lagi lapar. Dari video ini, Mama pengen kamu tahu, Mama cinta kamu. Ketika kamu lahir, Mama akan sering-sering bilang kalau Mama sangat sayang dan cinta sama Sallyana. Jadi jangan bosen, ya?"

Sallyana meneteskan air mata melihat senyuman sang Mama terlihat begitu ceria dan bahagia. "Bagaimana bisa Sallyana bosan mendengar kalimat itu ketika Mama bahkan tidak pernah mengatakannya untukku?"

SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang