#32. Bidan Fifi Damayanti

50 13 2
                                    

Cecil berlari mendekati Sallyana tepat saat melihat anak gadis itu keluar dari mobil bersama Alvin. Ekspresi Sallyana terlihat lesu dan kurang stamina, apalagi harus menggendong Aksa yang rewel dan terus menangis.

"Nak, muka kamu pucat. Kamu baik-baik saja?"

Tersenyum lembut sebagai balasan, Sallyana melepaskan Aksa yang diraih paksa oleh Cecil, "Aku baik-baik aja, Ma. Cuman letih sedikit."

Kim Taehyun datang dari lantai atas, di gendongannya ada Joo Hee yang terbangun dari tidur dan sibuk bermain dengan mainan kecilnya. Mata hitamnya bersinar begitu melihat Sallyana, "Auwa!" Pekiknya bahagia ketika jarak di antara mereka berdua tinggal sedikit.

Bram tertawa kecil, "Joo Hee bisa ngenalin kakak perempuannya."

"Dia langsung suka sama Sally walau baru digendong satu kali," ujar Kim Taehyun senang. Kedua putrinya bisa akrab merupakan hal membahagiakan baginya.

Vino menyerahkan koper ke pembantu dan memintanya menaruh ke kamar yang sempat digunakan Sallyana. Rumah ini bukan rumah utama keluarga Bram, melainkan rumah pribadi Vino. Sehingga saat Yuwi sadar Sallyana serta Aksa hilang, dia tidak akan menemukan apapun dirumah keluarga Alderion.

"Kamu ikut aku dulu, kakak kamu lagi capek," kata Vino, meraih tubuh berisi Joo Hee dengan bayi perempuan itu menangis karena tidak boleh memeluk kakak perempuannya.

Sallyana tertawa kecil, menggosok pipi berisi Joo Hee dan memberikan tawaran meski dia tahu Joo Hee pasti belum paham kalimatnya, "Mau tidur bareng kakak?"

Berbanding terbalik dari dugaan, Joo Hee seolah paham, tubuh gendutnya bergerak aktif karena bahagia. Kedua tangannya terulur ke depan, bibir kecilnya terus mengoceh tiada lelah, "Auwa! Auwa!"

"Kak, tolong gendongin Joo Hee sampai kamar atas, ya? Tangan aku pegal habis gendong Aksa."

"Kamu tenang aja, ayo naik ke atas. Joo Hee biar aku bawa, kamu mau makan sedikit atau minum susu?"

"Enggak, mau langsung tidur aja. Kakak juga jangan tidur larut-larut, maaf kalau Sallyana sering repotin kakak."

"Kamu bebas pakai aku selama kamu mau, dan kamu bebas meminta sesuatu ke aku selagi kamu butuh, aku udah janji ke Papa kamu kalau aku bakalan jaga dan perhatian ke kamu selagi beliau nggak ada di sini. Tapi kamu harus tahu satu hal, aku perhatian ke kamu bukan semata untuk memenuhi janji, melainkan karena aku sayang kamu, Sally."

Begini rasa dicintai dan dilindungi. Bila semasa kecil dia selalu dilindungi oleh Veen, maka sekarang saat dia tumbuh dewasa, sosok Vino adalah pendamping hidupnya. Kenapa dia baru sadar? Vino perhatian padanya bukan hanya karena keduanya akrab selayaknya saudara, tetapi karena Vino sepertinya lepas kendali menakar perasaan sayang untuknya.

Sallyana duduk ke tepi ranjang, melihat Joo Hee yang langsung berguling tengkurap sehabis diletakan. Menggigiti mainan miliknya bahagia. "Kak Vino, aku mau tanya sesuatu."

"Mau tanya apa? Tinggal ngomong aja, nggak usah minta izin," sahut pemuda di sisi seberang ranjang. Mata abu indahnya terlihat lebih gelap hampir mendekati hitam karena cahaya kamar agak temaram ketika semua lampu tidak dihidupkan.

"Kak Vino udah tahu kejadian siang hari ini dirumah Viona?"

"Udah, kakak udah tahu dari Om Taehyun. Kamu jangan khawatir, kalau Veen berani sakitin kamu, aku bisa maju dan pukul dia untuk kamu."

"Kakak nggak mikir Sallyana terlalu kasar dan tidak memiliki rasa kemanusiaan? Lagi pula Sela sedang sakit dan Sally nyaris ngebuat dia sekarat."

"Enggak. Aku pernah bilang ini ke kamu, seburuk apapun tindakan kamu, aku tetep percaya kamu. Karena Sally-ku bukan gadis sembarangan yang akan memukul orang lain."

SALLVEEN [WBM 2] - [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang