chapter 02

27 8 0
                                    

02 | perjanjian masa lalu.






Hujan deras mengguyur kota Seoul ditengah musim panas berkepanjangan. Sebuah kejadian aneh namun mampu berhasil membantu kekeringan terjadi di bulan pertengahan tahun. Aroma petrikor yang menguar hebat siang itu membawa tubuhnya tetap berdiam diri pada bangku teras kafe Areum. Menikmati tetesan air hujan dikala langit nampak begitu cerah. Hal itu mengingatkannya pada debar jantung saat ia berhasil mencuri satu kecupan manis dari gadis yang diam-diam dipuja satu tahun lamanya.

"Bajingan mesum, kau Jeon!" Suara bentakan itu serta rasa sakit karena dijambak setelahnya, masih menjadi memori yang sulit dilupakan. Selalu, menjadi hal yang muncul pertama kali saat ia datang ke klinik kampus ataupun sekedar duduk di bangku yang biasa Hemi tempati.

Tak luput kala hatinya mulai merindu, ia akan selalu datang ke tempat gadisnya menghabiskan waktu di sana, memesan menu yang sama persis menjadi favorit gadisnya, menunggu meski ia tahu sang pemilik bangku tersebut tak akan pernah datang. Kendati malam terlewati, jarum jam terus berputar dan hari berganti, nampaknya Jeon Jungkook sudah terbiasa dengan perasaan rindu tak tersampaikan. Setidaknya hanya duduk di sana ditemani cokelat panas sembari mengenang memori lama mampu mengobatinya sedikit demi sedikit.

Seokjin datang sesekali mengecek keadaan kafe sebab Hoseok berhenti karena pekerjaan barunya usai lulus kuliah. Sahabat yang dianggapnya sebagai kakak itu pun menjadi saksi bagaimana Jungkook merenungkan kembali keputusan yang diambil usai kepergian Hana dari apartemennya sebelum hujan turun. Bersama isak tangis yang tertahan, wajah memerah, serta tangan yang tak berhenti menyentuh perut. Wanita Park itu baru bisa bicara usai Jungkook memberinya air minum.

"Aku hamil."

"Apa...?" suara itu berasal dari Seokjin yang muncul dari dalam kamar, dan pemilik apartemen hanya mendongak dengan sorot mata terkejut. Tentu, kehadiran Seokjin membuat Hana membeku seketika. Ia tidak tahu bila ada presensi lain di sana.

"Siapa yang melakukannya?" tanya Jungkook usai Hana diam membisu. "Kak Seokjin tidak akan beritahu siapapun."

"Kak Hyunjae...." jawab Hana nyaris berbisik.

"Lalu kenapa kau kemari dan bukan datangi Hyunjae untuk minta bertanggungjawab?" pertanyaan Seokjin seakan menyuarakan isi kepala Jungkook.

Terisak kembali bersama kepala semakin menunduk dalam, Hana berusaha mengeluarkan suaranya yang gemetar, "A-aku tidak ingin menghancurkan masa depannya...."

"Kau bilang apa?!" Seokjin menaikkan intonasi suaranya, takut salah dengar.

"Kak Hyunjae sedang mempersiapkan ujian pengacara," beritahu Jungkook.

"Hei, tak masuk akal sama sekali! Bila ingin melakukannya, harus siap dengan risiko yang akan ditanggung!"

"Aku tak masalah bila Kak Hyunjae tak mau!" sela Hana balas membentak marah. Ia sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk saat Hyunjae memastikan untuk terakhir kali, namun tetap saja Hana kelewat percaya diri tanpa tahu semua akan jadi rumit.

"Aku juga tidak apa-apa bila harus menanggung semua ini sendiri. Tapi..." kedua bola mata Hana bergerak ke arah Jungkook berada, "Ayahku ingin aku mengugurkan bayinya bila aku tidak membawa Kak Hyunjae ke rumah untuk dimintai pertanggungjawaban. Aku tidak mau menggugurkannya, Jungkook ... aku tak mau membunuh bayiku."

"Coba kau bicarakan baik-baik dengan Hyunjae, Hana. Bila kau ingin mempertahankan bayinya."

"Kau tidak mengerti, Kak...." Hana terlihat begitu kalut sekaligus takut, "Tahun ini waktu krusial dalam hidupnya, kesempatan terakhir bagi Kak Hyunjae untuk mencoba kembali. Bila tidak lolos, ia akan dikirim keluarganya ke Inggris dan aku ... aku tak bisa memberitahunya. Aku tak bisa melihatnya kembali hancur saat impiannya tak tercapai."

After Fallin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang