chapter 21

24 9 0
                                    

21 | permainan sang sahabat.








Pintu dibuka perlahan lalu ditutup setelahnya hingga tidak disangkal menimbulkan suara yang khas sehingga berhasil membuat penghuni didalamnya cepat-cepat menghampiri. Kedapatan sorot mata Hemi yang berbeda dan sulit dijelaskan, kendati raut wajah nampak berusaha menahan sesuatu saat presensi Jungkook menyambutnya. Sementara Jungkook sama sekali belum menyadari ada perubahan raut wajah yang keruh di sana. Lelaki itu masih memikirkan kecemasannya terhadap Hemi.

Usai mengantarkan Hana menggunakan taksi ke rumah dan menolak bantuan mengobati lukanya, Jungkook tidak bisa diam menunggu Hemi pulang. Meski ia tahu bahwa Taehyung akan menjaga Hemi sebaik mungkin, tetap saja Jungkook khawatir Hemi tidak kembali ke apartemennya dan memilih menginap di tempat Taehyung karena tindakan dirinya yang berlebihan. Tak ayal Jungkook yakin Hemi menaruh amarah terhadapnya. Lantas ketika presensi Hemi muncul, kegelisahan Jungkook sedikit terangkat.

"Kupikir, kau akan tetap bersama Taehyung."

Jungkook mengekor Hemi menuju meja pantry untuk mengambil air minum. Hemi butuh waktu untuk meredam emosi sebelum mengajak Jungkook bicara serius perihal sesuatu yang baru ia ketahui. Keinginan bertanya mengenai beberapa luka lebam pada wajah Jungkook harus Hemi tahan karena mulai saat ini ia akan menetapkan batasan yang jelas. Bila dirinya menjadi alasan Jungkook memilih hidup menderita, maka sebaiknya ia tak harus ada di sini.

"Kita perlu bicara, Jeon." Usai Hemi meletakkan gelas kaca itu dan bangkit berjalan menuju sofa, Jungkook yang ditinggalkan mulai sadar akan aura yang ditimbulkan Hemi saat ini. Terlebih bila hanya nama marganya yang disebutkan, itu berarti memang ada hal yang benar-benar serius untuk dibicarakan.

Tanpa menunggu Jungkook setuju atau tidak, Hemi melihat Jungkook mengikutinya duduk di sofa tunggal. Hal itu menandakan bahwa Jungkook setuju untuk mendengarkan semua yang hendak diutarakan olehnya.

"Kau tahu bahwa Hana masih berhubungan dengan kekasihnya?" Tanya Hemi langsung.

"Kenapa mendadak menanyakan itu?" Jungkook heran Hemi tiba-tiba mengungkit masalah itu disaat ia menduga Hemi akan menceritakan kejadian tadi.

"Jawab saja pertanyaanku," balas Hemi, tak berkeinginan untuk menjelaskan secara jujur. Untuk saat ini ia hanya butuh kepastian Jungkook dan ingin semuanya jelas.

Beberapa saat memandang Hemi yang nampak kelewat serius, mau tak mau Jungkook menjawab pada akhirnya meski ada beribu pertanyaan muncul dalam kepala. "Iya, aku tahu."

"Kau juga tahu bahwa mereka masih sering bertemu?" Tanya Hemi lagi seolah mengintogerasi.

"Sesekali?" Terdengar tidak yakin, Jungkook menjelaskan lebih lanjut, "Tapi kudengar Kak Hyunjae sibuk dengan kuliahnya di luar negeri—"

"Kau begitu menyedihkan...." gumam Hemi setelah mengetahui fakta baru bahwa Jungkook juga mengenal kekasih Hana. Hal itu memicu Hemi sehingga gagal menahan emosinya yang berusaha untuk tidak diluapkan. Ia merasa kesal sekaligus tidak habis pikir Jungkook mau saja dimanfaatkan oleh Hana. Serta dirinya yang merasa dibodohi oleh kedua orang itu.

Jungkook tertegun seketika. Ia jelas mendengar apa yang diucapkan Hemi kepadanya. "Kau bilang apa?"

Alih-alih menyesal telah mengatakan hal yang tak enak didengar oleh Jungkook, Hemi semakin meluapkan apa yang menganggu dalam hatinya tak peduli bila itu akan terdengar menyakitkan sekalipun. "Aku tidak tahu bila semudah itu membuat dirimu diinjak-injak sedemikian rupa. Perjanjian pernikahan?" Tanya Hemi sarkas, mengingat kembali alasan Jungkook menikahi Hana. "Kau sadar bahwa dirimu tengah dimanfaatkan? Bodoh, tentu kau sadar."

Jungkook hanya menatap Hemi dalam ketidakpercayaan, mendadak datang dan menuding yang macam-macam. Bahkan tidak memberi Jungkook kesempatan untuk menyela atau membela diri disaat Hemi terlihat mencoba melimpahkan segala emosi disertai kalimat-kalimat yang membuatnya merasa rendah diri tanpa alasan yang jelas.

After Fallin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang