24 | pelarian sementara.
Selama perjalanan dengan perasaan resah, Jungkook melihat secara langsung berita sela yang menyiarkan bagaimana api menyebar cepat melahap hamparan perkebunan anggur berhektar-hektar luasnya dalam waktu kelewat singkat disusul lautan asap mengepul mengelilingi perkebunan.
Berkali-kali Jungkook coba menghubungi ayahnya namun sama sekali tak terjawab. Belum ada alasan pasti kebakaran tersebut terjadi. Polisi masih dalam perjalanan bersama sisa pemadaman kebakaran lainnya selama berita itu disiarkan. Kerugian yang ditaksir atas musibah tersebut tidak main-main.
Teriakkan para petugas kebakaran mengatur para kru untuk memadamkan api silih-berganti, orang-orang berkumpul menyaksikan bagaimana jagoan api membumihanguskan kebun yang menjadi salah satu pembangkit perekonomian desa, pula sumber utama penghasilan keluarga Jungkook. Kala iris rusanya menangkap sosok sang ayah terlihat syok dan putus asa. Tidak ada sosok ibu serta kakaknya yang menemani, sudah dipastikan mereka tak mampu tetap berada di sana lebih lama.
"Ayah, kenapa ini bisa terjadi?"
"Tidak tahu, Nak. Habis semuanya. Tak ada yang tersisa lagi...." Jeon Misu menarik rambut frustasi bersama perasaan hancur berkeping-keping.
Untuk pertama kali Jungkook menyaksikan bagaimana sosok itu nampak putus asa sampai air matanya jatuh seakan dunianya berakhir seketika. Bahu tegap itu terlihat tak berdaya dan malam ini semuanya nampak berbeda. Kobaran api perlahan-lahan lenyap menimbulkan asap tidak nyaman kala terhirup oleh penciuman. Jungkook terbatuk namun ia memilih tetap di sana menemani sang ayah.
"Paman Misu," Hana muncul dan Jungkook hanya memandangnya selagi Hana melirik sekilas sebelum berucap lagi, "Ayahku sedang mengurus semuanya dengan polisi. Jadi Paman jangan khawatir, lebih baik segera pergi ke rumah sakit."
"Terima kasih, Hana. Lagi-lagi, aku merepotkan ayahmu."
"Jangan seperti itu, kita ini sudah seperti keluarga. Jadi tidak masalah bila ayah membantu," Hana membenarkan saputangan yang menutupi setengah wajahnya karena asap. "Dan, meskipun tak ada yang tersisa, ayahku tetap melanjutkan kerjasama bisnis denganmu. Dia tidak akan pernah membatalkan kontraknya."
Betapa leganya raut wajah Jeon Misu mendengar kabar tersebut setidaknya meringankan sedikit beban dalam hati. Kehilangan seluruh perkebunan sama halnya juga kehilangan tumpuan hidup atas bantuan Park Hansu. Hanya kepada mereka bisnis Jeon Misu dapat berjalan lancar sebagai pemasok anggur terbesar untuk pabrik wine milik keluarga Park.
Mereka telah lama bekerja sama saat Jungkook dan Hana masih sekolah dasar. Maka sebuah ketakutan terbesar bagi Jeon Misu apabila kerjasama itu putus. Tak ada pemasukan untuk keluarganya serta biaya perawatan penyakit putra sulung mereka yang dalam satu bulan saja berhasil menghabiskan puluhan juta won.
"Maaf, aku sengaja mematikan ponselku saat ayah tahu bahwa aku masih berhubungan dengan Kak Hyunjae."
Ditengah lengangnya lorong rumah sakit, Jungkook menanti keadaan sang kakak yang tak sadarkan diri saat kebakaran itu berlangsung. Seakan tidak bisa melihat Jungkook tenang sebentar, Hana datang membahas hal yang sedang tak ingin Jungkook dengar. Wanita itu bersikap seolah musibah yang dialami Jungkook bukanlah apa-apa.
Jungkook yang mulai tertekan dengan apa yang sedang menimpa keluarganya, lantas menimpali kelewat dingin, "Sebenarnya aku sedang tak ingin membahasnya. Tapi karena sudah menahan ini selama satu bulan lamanya sejak kau menghilang, maka aku ingin semua jelas."
"Jungkook, maaf. Aku tidak bermaksud membahas itu disaat situasinya—"
"Aku bodoh, Hana." Jungkook memotong cepat, getir dalam dadanya semakin terasa pahit setelah semua yang ia terima hari ini. "Aku begitu bodoh sampai tak sadar kau kembali menjadikan aku bonekamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Fallin'
FanfictionSequel of Fallin' All In: AFTER FALLIN' "After fallin', my time stops, my sun doesn't rises & sets, and my season stops changing." --- Tak butuh ujung belati atau moncong pistol tertuding baik didepan jantung maupun pelipis untuk membuat seseorang...