chapter 08

23 10 0
                                    

08 | mencoba berteman.








Jungkook mengerjap guna meminimalisir rasa perih karena seharian ini tak lepas menatap layar kamera yang terus menyorot pada Direktur Wilson. Wanita itu kini duduk di salah satu kursi, fokus pada sebuah presentasi. Tidak pernah menyangka bila menjadi seorang pemimpin perusahaan akan luar biasa melelahkan. Jungkook pikir bila menjadi seorang CEO akan selalu berada di ruangannya, duduk manis dan hanya membubuhkan tanda tangan jika diminta. Namun setelah mengikuti kegiataan Direktur Wilson, Jungkook mengerti kenapa waktu yang dimiliki CEO muda itu sangat berharga. Setiap detiknya bukan hanya menghasilkan cuan, juga hidup seseorang bergantung padanya.

Jungkook bahkan hanya bisa duduk saat dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, begitu pula dengan makan siang. Jadwal pagi dimulai berangkat ke perusahaan cabang tempat Direktur Wilson bekerja, setelah itu menghadiri rapat dengan tim perencanaan soal suatu bisnis yang tidak Jungkook pahami. Setelah selesai, Direktur Wilson harus pergi ke pertemuan penting dengan perusahaan lain salah satunya adalah perusahaan SH Grup.

Sebuah perusahaan yang tak pernah Jungkook bayangkan bila dirinya bisa menginjakkan kaki di sana. Perusahaan yang menaungi universitasnya dulu. Tak ayal, Jungkook pun bertemu dengan Saha, istri dari Namjoon—salah satu sahabatnya. Satu hal yang ia perhatikan kala melihat dua wanita itu duduk bersanding ditengah mendengarkan Pimpinan Lim bicara, mereka sangat mencerminkan wanita berkelas, selayaknya wanita independen.

Hal itu membuat Jungkook mulai merasa rendah diri tanpa alasan yang jelas. Menyadari bahwa selama ini hidupnya disia-siakan dengan mudah. Andai bila ia sedikit saja memiliki hasrat untuk belajar bersungguh-sungguh mungkin dirinya saat ini akan lebih dari sekedar seorang fotografer dan jurnalis lepas.

Jungkook menemukan dirinya berdiri di sudut ruangan bersama kamera merekam setiap gerak-gerik Direktur Wilson, ia tidak yakin masih punya kosentrasi penuh bila ada di posisi wanita itu. Sejak pagi hingga sore menjelang, terus menghadiri pertemuan tanpa beristirahat sedikit pun. Salutnya, Direktur Wilson masih bisa bersikap profesional persis Jung Hemi kala serius memperhatikan materi profesor atau sedang rapat BEM berlangsung meski lelah berlatih boxing.

"Apa yang menarik dari bisnis coffeeshop milikmu? Kurasa bisnis seperti itu sudah terlalu umum mengingat ada begitu banyaknya kedai kopi di Korea Selatan," Hemi menyela di tengah presentasi dua orang lelaki didepannya. "Ya, aku tahu bahwa pangsa pasarnya sangat besar sebab hampir seluruh penduduk dunia apalagi Korea Selatan ini menyukai kopi. Bahkan kebiasaan masyarakat Seoul yang selalu mengomsusinya hampir setiap waktu. Jadi beri aku alasan kenapa aku harus menanamkan modal untuk bisnismu?"

"Kopi luwak."

"Pardon?" Hemi mengernyit bingung.

Salah satu lelaki bernama Hangju mengulang, "Kopi Luwak, Direktur," Hangju menekan tombol pada remot guna menggulir layar proyektor, "Salah satu kopi terbaik kami dan paling berkualitas. Terbuat dari—mohon maaf, fermentasi kotoran hewan namun memiliki cita rasa yang auntentik dan juga merupakan kopi termahal di seluruh dunia."

"Kau serius? Jangan bermain-main perihal bisnis, Hangju."

"Aku serius, Direktur. Disitulah keunikannya," Hangju terlihat begitu yakin. Tangan Hangju mengarah pada rekannya untuk bicara. "Rekanku, Leon lahir dari Indo di mana kopi luwak itu berasal. Ia akan menjelaskan secara detail."

"Indonesia?" Hemi merasa tidak asing, hingga setelahnya ia mendesah pelan, "Ah ya, Indonesia sangat dekat dengan Australia dan hanya berbeda empat jam, bukan? Dan juga, Bali yang terkenal sebagai tempat wisata karena pesona pantainya yang indah."

Leon nampak antusias. "Bagaimana Anda bisa tahu? Apa Direktur berasal dari Australia?"

"Tentu—" membungkam seketika saat bola matanya bergerak pada Jungkook berada. Ia nyaris membongkar kebohongannya sendiri karena terlalu semangat. "Tidak, ada beberapa temanku yang berasal dari sana dan menceritakan banyak hal soal Bali. Jadi ya ... seperti itu."

After Fallin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang