03 | persimpangan jalan.
Seakan dilempar ke masa lampau, Hemi berusaha keras untuk tidak terpancing dan menimpali setiap ocehan Sacha sepanjang pesawat berada di udara. Tersisa waktu lima jam lagi dan ia tidak cukup yakin bisa terus membungkam mulut dan menahan diri untuk tak membongkar segala hal saat ini juga. Apalagi menimpali segala komentar Sacha mengenai dirinya ketika perempuan itu memperlihatkan beberapa foto Hemi saat mereka masih berkuliah. Jujur, rasanya lidah Hemi gatal ingin balas mengejek Sacha dan beradu argumen seperti dulu.
"Benar 'kan kubilang, kau dengan temanku itu mirip sekali. Makanya aku sangat yakin bahwa kau adalah teman sekaligus musuhku yang hilang," meloloskan dengusan geli saat matanya menangkap foto Hemi yang diambilnya diam-diam, memperlihatkan ekspresi Hemi yang tengah marah dengan bola mata membola sempurna, "Lihat, ini diambil ketika aku berhasil mendapatkan kue beras terakhir dari kafe favorit kami. Dia kesal karena didahului olehku. Lucu sekali wajahnya seperti hendak menelan manusia bulat-bulat."
Kurang ajar, desis Hemi dalam hati. Ia yakin sekali Sacha memang sengaja melakukan ini padanya. Berusaha terus memancing kekesalan agar Hemi berhenti berlagak menjadi orang asing dan menghentikan sandiwara yang jelas-jelas sudah tertangkap basah.
Tawa meledak seketika membuat penumpang lain menoleh, Sacha memperlihatkan foto Hemi yang menjadi model kampus namun telah diedit oleh perempuan itu dengan menambah janggut dan juga kumis pada wajah Hemi. "Dia memang cantik dan cocok jadi model kampus, tapi akan lebih lucu bila penampilannya seperti ini. Aku mengedit fotonya karena kesal saat itu dia seenaknya melempar amarah tanpa alasan."
Benar-benar sialan!. Hemi menatap tajam meski diabaikan oleh si Pelaku, Hemi pada akhirnya membuka suara. "Kupikir cocok saja bila kau edit seperti itu. Dia masih terlihat cantik dan menarik."
"Kau benar, kemampuan mengeditku memang luar biasa."
"Bukan itu maksudku!" Hemi lepas kendali hingga membentak kesal tanpa disangka.
Sacha mulai mengulas senyum kemenangan sebelum tangannya menggulir lagi layar ponsel ke samping dan menampilkan sebuah foto kelulusan di mana semua orang yang Hemi kenali ada di sana. Hembusan napas berat terdengar oleh Hemi dan ia tahu perasaan macam apa yang tengah Sacha rasakan ketika menemukan Jeon Jungkook memakai toga sembari memeluk foto Hemi dalam sebuah figura.
Tercenung cukup lama, diam-diam tercekat menyadari bahwa mereka semua ternyata masih mengingat dirinya meskipun sudah dianggap tiada. Bahkan seorang Sacha selama ini pun menyimpan berbagai foto dirinya, merupakan sebuah hal yang tak pernah dibayangkannya.
"Tahun terberat yang pernah kualami sekaligus hari kelulusan yang dipenuhi duka," ungkapnya setelah terdiam seakan mengenang masa itu, "Meskipun begitu menyebalkan seorang Jung Hemi dan selalu kedapatan berselisih, tetap saja ketidakhadirannya dirindukan semua orang—termasuk aku. Berniat pergi selama satu tahun, dia malah pergi untuk selamanya...."
"Tidak...." tanpa sadar Hemi menyangkal, membuat sepasang mata cokelat terang itu menengok ke samping. Terkejut mendapati Hemi tengah mengigit bibirnya menahan desakan air mata yang tak mampu dibendung lagi, "Aku tidak pergi. A-aku, aku di sini...."
"Apa...." Saat keduanya bersitatap dan menemukan manik Hemi memerah, segera Sacha menariknya ke dalam pelukan, "Memang benar, kau masih hidup. Kenapa terus menyangkal? Kau tahu, aku tidak mudah percaya saat kau mengaku bukan Jung Hemi yang kukenal!"
°
°
°+1628xxx
|Anna, bagaimana kabarmu? Ini aku, Gerald.
Hubungi aku kembali bila kau menerima pesan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Fallin'
FanfictionSequel of Fallin' All In: AFTER FALLIN' "After fallin', my time stops, my sun doesn't rises & sets, and my season stops changing." --- Tak butuh ujung belati atau moncong pistol tertuding baik didepan jantung maupun pelipis untuk membuat seseorang...