28 | sickness.
"Hansu memutuskan sementara waktu beralih ke pemasok baru dari Perancis. Katanya, perusahaan tidak bisa berhenti hanya karena musibah kemarin, produksi wine harus tetap berlanjut."—kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam benak Jungkook selama meniti langkah menuju sebuah ruangan.
Raut wajah putus asa ayahnya melekat sejak pembicaraan mereka terjadi di beranda rumah. Tak mempedulikan harga diri untuk kesekian kali didepan keluarga Park, lagi ia harus menerima uang dengan mengandalkan belas kasih.
Sejujurnya Jungkook sudah merasa muak, andai bila musibah itu tak terjadi, kakaknya tak akan dilarikan ke rumah sakit dan menambah biaya ditengah situasi pelik. Dibuat tak memiliki pilihan selain patuh akan keadaan, jauh dalam lubuk hatinya Jungkook ingin melawan. Kendati ada sebuah tanggungan yang seakan sudah menjadi kewajibannya.
"Jadi untuk beberapa bulan ke depan, ayah harus membagi uang simpanan untuk biaya kerugian dan juga berobat kakakmu."
Tak ada seorang anak pun yang tega melihat ayahnya kesulitan, apalagi disaat sebuah tawaran menggiurkan membuat Jungkook kembali mengambil keputusan nekad. Ia berpikir bahwa sisa-sisa saja apa yang coba dipertahankan pada akhirnya ikut lenyap, maka kenapa tidak sekaligus hancurkan hidupnya tanpa tersisa apapun lagi.
Memantapkan hati dan menggenggam erat sebuah map berisi beberapa file yang sudah dijanjikan, Sekretaris Shin menyuruhnya masuk kala seseorang yang ingin ia temui sudah dapat menerima seorang tamu. Tak ada yang tersisa, hanya rasa pedih yang ia rasakan selama ini bahkan kenyataan bahwa Hemi pun mulai membencinya. Jungkook sudah tidak mau memiliki harapan lagi. Kali ini ia benar-benar pasrah.
"Ini hasil video dokumenter yang sudah direvisi sesuai dengan keinginan Paman," Jungkook mendorong sebuah flashdisk berwarna hitam itu ke hadapan Direktur Kim. Di susul dengan map tersebut bersama keraguan yang terpaksa harus ia telan, "Dan, barang bukti yang Paman minta."
Tak butuh waktu lama Kim Hanju mengeluarkan sebuah cek yang ia tulis bersama deret angka yang sudah ia janjikan kepada Jungkook bila lelaki itu menerima tawaran darinya. Lalu tak disangka ternyata teman putranya itu akan mudah diajak bekerjasama alih-alih mempersulit karena memikirkan hubungannya dengan Seokjin.
"Kau sangat butuh uang?" Tanya Hanju dan Jungkook membuang muka saat pandangan tak lepas bagaimana jemari Hanju menulis sederet angka. Ia sudah cukup merasa malu, diam-diam mengkhianati teman-temannya dan kini Kim Hanju memperjelas semuanya. "Ini, kau berhak mendapatkannya karena ternyata kinerjamu cukup memuaskan."
Jungkook menerima cek tersebut. "Terima kasih, Paman."
"Apa kau sedang sakit?" Tanya Hanju menyadari ada yang berbeda dari penampilan Jungkook.
"Tidak, aku hanya kelelahan."
"Istirahatlah yang cukup, lusa adalah pernikahanmu."
Tersenyum tipis sebagai jawaban, Jungkook lekas undur diri dari ruangan Kim Hanju setelah menerima apa yang ia butuhkan meskipun setelah ini akan banyak orang yang menyudutkan dirinya atas tindakan yang ia ambil secara diam-diam. Jungkook siap menerima konsekuensinya demi melindungi sang kakak. Apalagi saat sepasang iris rusanya telah menangkap presensi Seokjin didepan ruangan miliknya, sesaat di sana ia tiba-tiba terdesak lagi oleh rasa mual yang mengganggunya sejak tiga hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Fallin'
FanfictionSequel of Fallin' All In: AFTER FALLIN' "After fallin', my time stops, my sun doesn't rises & sets, and my season stops changing." --- Tak butuh ujung belati atau moncong pistol tertuding baik didepan jantung maupun pelipis untuk membuat seseorang...