41. Bahagia Bisa Mengenalmu

15 5 13
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Didalam kamar yang tak terlalu luas seorang Gadis sedang memandang sayu sebuah poto pria di layar ponselnya. Pria yang nantinya tak akan pernah ia temui lagi.

Kondisinya saat ini mulai membaik, gadis itu sudah di perbolehkan pulang setelah kondisinya yang Drop karna tidak bisa menerima kepergian Kevan. Kini gadis itu sudah sepenuhnya pulih, tinggal badan nya yang sedikit lemas karna baru menjalankan operasi, dan.. hatinya yang terasa sakit.

Kini kau sudah bebas.
Untuk terbang bersama ribuan bintang,
Tetap lah bersinar walau cahayamu kecil
Jangan pernah redup, aku akan menantimu untuk bersinar.

Tanpa Rara sadari kedua pelupuk matanya telah meneteskan air mata, yang semakin lama semakin deras. Gadis itu belum merelakan kepergian Kevano untuk selamanya. Baginya Kevan adalah sosok pria yang sangat baik, pria itu.. sangat istimewa. Rara sangat menyesal karna tidak bisa membalas kebaikan pria itu.

Tuhan lebih menyayanginya sampai sampai ia mengambilnya secepat ini. Bukanya ia menyalahkan takdir, namun mengapa berusaha mengikhlaskan kepergiannya sangatlah berat.

Mungkin gue baru mengenal lo dibanding yang lain, tapi sesingkat apapun sebuah cerita mengikhlaskan bukanlah hal yang mudah.

"Lo bilang hiks.. gue harus tetap bahagia.. tapi kenapa lo yang gores luka itu buat hadir, hiks.. kenapa lo tinggalin gue secepat ini Van.. Kenapa.." racaunya sambil terisak pilu.

"Tapi gue bersyukur bisa mengenal pria sebaik lo.. gue bahagia bisa mengenal lo.."

*****

Setelah pemakman usai, seorang wanita berjalan sempoyangan menuju sebuah kamar. Ia membuka pintu dan masuk kedalam ruangan itu, satu kata yang mendeksripsikan kamar ini, Sepi. Tidak adalagi sang pemilik kamar ini. Gadis itu duduk di tepi tempat tidur kamar yang kini tak berpenghuni itu.

"maafin kakak Van.."

malam ini Aurel membiarkan air matanya tumpah membasahi pipinya untuk terakhir kali. Sesak dalam dadanya semakin menjalar saat memandang seluruh inci kamar adiknya dengan tatapan sendu. Matanya berhenti tepat pada meja belajar yang di atas nya terdapat sebuah buku catatan yang masih terbuka, terlihat seperti baru saja digunakan.

Karna penasaran, Aurel pun berjalan kearah meja itu, setibanya di sana Aurel mengambil buku itu. terlihat sebuah tulisan bertuliskan 'My Diary' pada halaman pertama buku itu. Ia pun terus membuka halaman selanjutnya.

'Dear Laura'  

Maaf karna gue dengan lancang mencintailo,
Gue udah berusaha mengubur perasaan ini dalam dalam terhadap lo, tapi anehnya semakin gue berusaha lupain lo, semakin dalam pula rasa cinta gue sama lo Ra..

DEAR LAURA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang