[ SUDAH TAMAT, TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ]
Ini tentang Kai, Kailanza Ryder Shankara. Si mawar hitam. Cantik, namun mencekik. Ia berduri, ia menyakiti. Manusia baik yang badjingan. Kalimatnya manis, semanis racun yang membunuhku tanpa ampun.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
★★★★★
Perasaan samar namun terasa ini membuat semua lagu yang kudengar seperti sengaja ditunjukkan padaku. Ini gila. Kai benar-benar menguasai pikiranku secara penuh. Aku telah teracuni, pada tatapan hangatnya yang menawan sekali, pada kalimatnya yang semanis madu.
Dia membuatku mabuk. Mabuk asmara. Kai memaksaku memakan semua cinta yang ia beri, kemudian mencecokiku dengan sebotol rindu dan racunnya yang manis. Ada kekhawatiran di dadaku, aku takut kemudian ia menyuruhku menelan pil kenyataan yang pahit.
Aku takut semua kalimatnya hanyalah dusta. Aku takut nirwana yang ia tawarkan ternyata tidak ada. Segala keindahan yang ia janjikan, segala sikap manis yang ia tunjukan, hanya akan menghadirkan lara.
Aku takut Kai hanya menganggapku layaknya bola basket. Yang di lempar tinggi-tinggi kemudian di biarkan jatuh ke tanah.
"Bukannya lo yang bilang, semua laki-laki punya peluang yang sama buat nyakitin lo?" Sepertinya Ayu sengaja sekali berkata seperti itu. Sepertinya ia berharap aku merasakan ludahku sendiri.
"Iya."
"Lalu apa yang lo takuti? Lo perlu masuk ke kadang harimau terlebih dahulu biar lo tau apakah harimau itu bisa gigit atau enggak."
"Ayu!" Aku menatapnya kesal. Ah, sepertinya mengajakku ribut lagi. "Bukannya lo sendiri yang bilang biar gue mikirin ini baik-baik? Gue sekarang sedang mencoba mencari pilihan yang baik!" Aku tidak mau kalah.
"Apa yang lo takuti?" Ayu tersenyum padaku. Ya, biar semenyebalkan apa pun ia, Ayu adalah sahabat terbaikku. Sama seperti Stella yang kini sedang menemani Yanti pergi sebentar. "Lo takut kalau suatu hari nanti Kai mukulin lo?"
"Bukan." Aku menunduk. "Gimana kalau perasaannya itu palsu? Gue ragu, Yu. Rasanya aneh. Seseorang yang biasanya bersikap cuek dan enggak peduli ke gue, kini ... Ah, you know lah ya."
"Bukannya itu bagus? Perasaan lo terdengar dan terbalas."
"Iya. Tapi, tetap aja. Gue ragu. Gue takut dia pura-pura. Semua yang dia lakukan belakangan ini hanya sandiwara."
"Apa yang lo inginkan? Kai menjauh? Bersikap seperti semula?"
Aku menatap langit dari jendela kelas. "Entahlah. Gue suka. Gue enggak mau semuanya hanya berakhir sesingkat ini." Biarpun kenyataannya ini semua dusta, maka biarkan aou menikmati manisnya sebuah kebohongan.
"Lalu? Lo hanya perlu menerima. Menerima bahwa sekarang Kai tertarik sama lo."
"Lo ingin dicintai seperti apa? Love-hate relationship?" Tanya Ayu kemudian.
Aku menggeleng. "Enggak tau!" Pekikku frustasi.
Astaga, Kai benar-benar telah membawa separuh warasku pergi!