[ SUDAH TAMAT, TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ]
Ini tentang Kai, Kailanza Ryder Shankara. Si mawar hitam. Cantik, namun mencekik. Ia berduri, ia menyakiti. Manusia baik yang badjingan. Kalimatnya manis, semanis racun yang membunuhku tanpa ampun.
...
Menurut berbagai sumber, anala artinya api dan bianglala artinya pelangi. Jadi, api di pelangi😭
Hah? Maksudnya gimana?
🤷♀️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
★★★★★
Renjana merundungku habis-habisan. Aku bersembunyi dibalik selimut, mencari kehangatan dan mencoba memadamkan gejolak rasa dalam dada. Pelan-pelan aku mengintip, menatap jendela yang tirainya terbuka dan menampakkan dunia luar yang terang.
Pelan kusibakkan selimut, sebab bukan kehangatan ini yang aku mau. Kubuka jendela kaca, menatap nabastala biru penuh mega.
Aku seperti katak dalam tempurung. Aku tidak tau seperti apa belahan dunia sana. Aku ingin jadi penjelajah, menapaki setiap sudut jenggala. Sayang, kastilku terlalu penuh oleh penjaga, aku tidak pernah bisa melarikan diri sekalipun aku menginginkannya.
Kai,
"Aku pengen main."
Pada penanggalan, hari ini masih tanggal hitam. Tetapi karena sabtu, jadi sekarang aku libur. Bosan, aku merasa jenuh. Menanam bunga pun rasanya tidak membuatku senang, dan hanya mengeluarkan peluh.
"Stella!"
Aku meraih handuk merah milikku, lalu melangkah dan menemui Mama yang sedang ngopi cantik di dapur. "Ma, aku mau main."
"Kemana?"
"Ke rumah Stella."
"Ya, jangan kesorean kalo pulang."
"Iya."
Aku tersenyum senang. Selepas mandi, aku memilih pakaian mana yang sekiranya nyaman aku pakai. Udara cukup hangat, mungkin kaos putih dipadu dengan cardigan dan celana jeans panjang. Aku meraih sepatu hitam dan tas kecilku yang baru.
Kupastikan aku tidak akan kejambretan!
"AKU BERANGKAT, MA!"
"IYA! HATI-HATI! JANGAN KESOREAN!"
"OKAY!"
Aku melompat senang, kemudian berlari menuju ujung komplek guna mencari taksi yang bisa kutumpangi.
"Aku akan kemana ya?" Tanyaku ditengah perjalanan.
Aku tidak benar-benar berniat ke rumah Stella. Yang ada di kepalaku justru adalah Kai. Sial, Kai benar-benar membuatku seperti anjing kecil yang selalu merindukan tuannya!
Kazalea Kai, nganggur enggak? |
Dua menit pesan itu tak kunjung terbalas. Sehingga nada dering panjang terdengar, Kai menelponku!
"Kenapa, hm?"
"A, enggak." Aduh, suaranya yang ramah membuatku kehilangan kata-kata.